Hanya demi uang, Celline rela menjual dirinya pada seorang CEO perusahaan besar yang bernama James Chandra. James hanya menginginkan seorang anak. Dia rela membayar seorang wanita untuk melahirkan seorang anak sebagai penerus untuknya.
Jika Celline dapat melahirkan seorang anak untuk James, maka Celline akan mendapatkan uang sebesar 1 milyar Rupiah dari James. Dan Celline bisa keluar dari rumah pamannya.
Semenjak orangtua Celline meninggal dunia akibat kecelakaan, Celline harus tinggal bersama dengan keluarga om-nya yang tidak pernah memperlakukan dirinya secara manusiawi. Mereka selalu saja menyiksa Celline baik secara fisik maupun psikis. Kalau Celline tidak mau menurut apa yang mereka katakan dan inginkan.
Bagaimakah kisah Celline bisa bertemu dengan James? Dan bagaimanakah cara Celline bisa keluar dari rumah om-nya itu? Apakah Celline bisa merubah sikap dingin James pria itu? Ikuti perjalanan hidup Celline yang penuh dengan lika-liku kehidupan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evita Lin 168, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
“Celline……!” Panggil James lagi. Seketika membuat Celline langsung sadar kembali.
“I…. Iya, tuan.”
“Kemari…..” James menggerakkan telunjuk kanannya meminta gadis itu mendekat dirinya.
Tanpa membantah, bagai sapi yang ditusuk hidungnya, Celline segera mendekat tanpa perlawanan.
“Mengapa wajahnya selalu terlihat ketakutan begitu kalau berada di dekatku?” Tanya James dalam hati sambil menatap wajah Celline lekat-lekat.
“Duduklah.” James menepuk bibir ranjang yang ada di dekatnya. Tercium wangi shampo yang Celline pakai.
“Duduk di sana?” Tanya Celline seolah tidak percaya.
“Kemari! Aku yakin bagi kita melakukan hal itu, sebelum…….” Kata-kata James terputus sejenak.
James mengambil napas panjang, kemudian melanjutkan kata-katanya kembali. “Aku rasa, ayo kita lakukan secepatnya. Kamu juga ingin segera bebas dari perjanjian ini, bukan?”
Celline langsung mengangguk cepat, seolah-olah dia sependapat dengan James. Dia juga ingin segera terbebas dari perjanjian ini.
Melihat Celline yang sepertinya sekarang sejalan dengan kemauan James, maka James pun menyuruh Celline segera melapas pakaiannya.
“Cepat buka bajumu!”
Jleb…..
Tubuh gadis itu seperti kena setrum aliran listrik, saat James memintanya melepaskan pakaian yang dia kenakan. Celline merasa sangat malu, takut dan juga canggung.
“Bagaimana ini?” Suara lirih Celline. Selama ini dia tidak pernah berhubungan dengan spesies yang bernama laki-laki.
“Celline, kamu dengar atau tidak perintah saya??!!”
Lagi-lagi James membentak dengan nada yang tinggi. Pria itu menjadi sangat marah, karena Celline terlihat hanya diam terpaku. Dia tidak membuka pakaiannya seperti apa yang James perintahkan padanya.
James tidak tahu, betapa malunya gadis itu saat ini. Celline tidak pernah menanggalkan pakaiannya di depan siapa pun, kecuali saat dia mandi.
“Apa kamu mau saya yang melepaskan pakaianmu dengan paksa?!”
Dag….. Dig…. Dug….. Ser…..
Jadi semakin menjeritlah hati Celline saat ini. Tanpa sadar, Celline menggunakan tangannya menutupi bagian tubuhnya. Seolah-olah menjadi perisai, supaya James tidak macam-macam pada dirinya.
Tapi, tunggu dulu….. Bukankah kini James bebas melakukan apa saja terhadap dirinya? Kini mereka sudah sah, walau pernikahan mereka tanpa menggelar acara pesta dan tidak diketahui oleh banyak orang.
Kini Celline sudah sangat halal untuk pria itu. Gadis polos itu semakin ragu, tapi tidak bisa mundur lagi.
Detik berikutnya, Celline memberanikan diri. Dengan perlahan dia duduk dan mengatur napasnya. Kemudian mencoba membuka kancing piyama yang dia kenakan.
James tersenyum sinis saat melihat tangan gadis itu bergetar membuka kancing piyama yang dia kenakan.
“Lama sekali!” Cibir James saat melihat Celline tampak ragu-ragu membuang pakaiannya yang sudah tidak terkancing itu.
Bagaimana mau dibuang? Celline sangat malu sekali. Saat dia tidak berpakaian hanya di kamar mandi saja.
“Apa aku boleh pinjam selimut?” Celline melirik kain selimut berwarna merah muda yang ada di sisi lain ranjang.
Dengan kesal, James meraih selimut itu dan melemparkannya tepat ke arah Celline.
Bughhh……
Selimut tebal dan lembut itu berhasil mendarat di wajah Celline. Dia tidak berani protes dengan aksi kasar James itu. Celline pun langsung membungkus tubuhnya dengan kain selimut itu.
Kemudian meletakkan piyamanya di atas kursi di dekatnya. “Kamu mau tidur pakai selimut tebal begitu?!”
James mendesis. Kemudian dengan sengaja, James mematikan AC di dalam kamar mereka.
“Rasakan!” Suara lirih James. Dia seperti mendapatkan mainan baru. Pria dewasa itu kini mulai bermain-main dengan anak kecil.
Ya, anak kecil! Bahkan, Celline lebih cocok kalau dianggap adiknya sendiri.
James kembali memasang wajah dingin. Dia merebahkan tubuhnya di atas ranjang.
“Mengapa AC-nya dimatikan? Kamar ini jadi panas sekali!” Gerutu Celline dalam hatinya. Namun, dia tidak berani mengatakannya secara langsung pada James.
“Apa kamu masih mau pakai selimut itu sekarang?” Sindir James yang tahu pasti kalau Celline kini merasa kepanasan.
Terlihat jelas dari bulir bening di kening gadis itu. Keringat dingin yang dicampur dengan keringat kepanasan.
“Tidak apa-apa. Saya tidak merasa panas.” Celline berbohong. Padahal dia sudah seperti di panggang di atas kompor yang menyala.
Gerah sekali rasanya. Sekujur tubuh Celline sudah bermandikan keringat. James tahu kalau anak nakal ini sudah berani berbohong padanya. Kemudian James langsung menarik kain selimut yang menutupi tubuh Celline.
“Aaagggrrhhh!” Celline menjerit dengan keras, sehingga membuat telinga James langsung mendengung. Gadis itu langsung saja refleks menarik kembali selimut yang semula James tarik.
“Cih!!” James kembali mendesis. Rupanya Celline mengajak dirinya bermain-main.
Bug….. Bug….
Mata Celline terbelalak saat melihat James melempar semua pakaian yang dikenakan oleh pria itu.
*****
Kamar utama yang luas dengan dipenuhi barang mewah di dalamnya, kini hanya jadi saksi bisu. Dimana tempat kejadian perkara Celline mimisan.
“Tissiu…. Tissiu….” Tangis Celline saat melihat bercak darah yang ada di atas selimut.
“Dasar sial! Belum diapa-apakan, sekarang malah berdarah.” Gerutu James dalam hati. Namun, dia tetap turun dari ranjang untuk mencari tissiu yang diminta Celline barusan.
“Hm…. Pakai ini saja. Usap sampai bersih. Aku tidak suka lihat yang kotor-kotor!” Ujar James ketus.
Dengan tangan yang terus memeluk selimut. Tangan Celline yang satunya meraih tissiu yang disodorkan oleh James.
Dengan perlahan Celline mengusap darah yang terus menetes dari hidungnya. Belum disentuh James, Celline sudah mimisan.
Sehingga, membuat pria tampan itu jadi bertambah kesal dan moodnya kembali memburuk. James tidak suka barang yang kotor. Baginya darah yang keluar dari hidung Celline itu bagaikan sesuatu yang menjijikan. Rasanya James ingin langsung mengusir gadis itu untuk segera turun dari ranjangnya.
“Kalau sudah, kamu bisa keluar dari sini.” Perintah James tanpa berperasaan.
Sambil mengusap hidungnya, Celline bersorak dalam hatinya. Setidaknya Celline masih selamat malam ini.
“Maafkan saya, tuan. Aku rasa sangat sudah, tapi ternyata belum apa-apa. Jantungku rasanya mau copot. Aku masih sangat muda, sehingga malu menanggalkan pakaian di depan pria sepertimu!” Kata Celline dalam hati sambil turun dari ranjang yang besar dan mewah itu.
“Bolehkan selimut ini saya bawa?” Tanya Celline memohon dengan wajah penuh harap.
“Ambil saja!” Kata James tanpa menatap Celline. Pria itu meraih pakaiannya yang semula tercecer di atas lantai kamar.
Sebelum singa menerkamnya, Celline segera meninggalkan kamar James. Ribuan kelegaan langsung dirasakan olehnya. berkali-kali dia mengucap syukur, karena tidak jadi menjalankan misi pertamanya.
Lain halnya dengan James. Saat ini pria itu merasa sangat kesal. Dia merasa sangat jengkel dengan apa yang terjadi barusan. Rasanya dia ingin keluar rumah saja malam ini. pria itu mencoba mencari hiburan untuk menyegarkan pikirannya yang suntuk.
“Benny, datang ke mansionku sekarang!” Perintah James dari handphonenya. Tanpa perasaan, James meminta asistennya untuk datang segera ke mansionnya.
“Sekarang, tuan?” Tanya Benny sambil mengucek-ngucek matanya. Benny mencoba melihat sudah jam berapa sekarang.
Sekarang sudah jam 10 lebih. Untuk apa tuannya memanggil dirinya malam-malam begini. Pikir Benny. Tidak ingin atasannya itu marah-marah seperti biasa, Benny langsung bangun dan mencuci mukanya.
Kemudian diraih jaketnya dan langsung menuju garasi. Benny bersiap meluncur ke mansion James.
Lima belas menit kemudian, Benny sudah sampai di mansion James. Jarak antara mansion tuannya tidaklah terlalu jauh dari rumahnya. James sengaja memberikan fasilitas rumah pada Benny.
Sebuah rumah yang lumayan besar, hanya saja satu lantai, tapi memiliki sebuah kolam renang di samping rumahnya.
Benny bebas memakai semua fasilitas mewah yang diberikan James itu padanya, selama dia masih setia dengan bossnya itu. James termasuk orang yang royal dengan bawahannya.
Bersambung……….