Percayakah kalian jika cinta monyet itu bahkan bisa sampai membekas dan terbawa hingga dewasa?.
Mempercayai kata-katanya.
Menunggu janjinya.
Hingga mengabaikan banyak cinta yang datang hanya untuk tetap setia, kepadanya.
Meskipun dia yang dinanti tak kunjung kembali.
Akankah Liora masih tetap bisa mempertahankan perasaannya, saat lelaki tampan bernama Kin Dananjaya datang dalam hidupnya, dan melakukan berbagai cara untuk menaklukkan hatinya?.
Selamat datang di karya pertamaku🤗🤗
Masih amatiran lo yah, jangan di bully...
.
👇👇👇
Liora membuka mata, tatapannya bertemu dengan wajah Kin yang dengan gaya cool tersenyum menatapnya.
"Hem, tempatnya bagus, aku suka pantai. Dulu, waktu aku kecil papa sering mengajak kami ke pantai, dan disitulah aku bertemu dengan cinta pertamaku, anak dari sahabat papa." Ungkap Liora dengan mata yang menerawang jauh ke masa lalu.
"Ceh, itu hanya cinta monyet, yang benar saja, saat kau bahkan belum bisa buang ingus kau sudah tau apa itu cinta?" Seloroh Kin dengan wajah yang nampak kesal.
"Entahlah!" jawab Liora singkat sambil mengedikkan bahunya.
"Apa sampai saat ini kamu masih mencintainya?, jangan coba-coba selingkuh di belakangku, kau sekarang adalah pacarku, aku akan menghabisi siapapun yang mencoba mengganggumu!" ujar Kin santai yang kemudian menyandarkan punggungnya sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Aku bahkan tidak tau dimana dia sekarang, terakhir dia berpamitan untuk pergi ke Luar Negeri dan melanjutkan SMA nya di sana, saat itu aku masih SD, dan setelah aku dewasa dan bertanya pada papa tentang sahabatnya dan juga anak laki-lakinya itu, papa selalu saja menghindar." Liora membuang nafas panjang, lalu tatapannya beralih pada lelaki tengil di sebelahnya.
"Dan jangan konyol, kita bahkan belum pernah jadian, seenaknya saja kamu mengakuiku sebagai pacar!" ucap Liora ketus dengan bibirnya yang mengerucut kesal.
Kin lantas menegakkan tubuhnya menghadap ke arah Liora yang duduk bersisian dengannya di kursi panjang itu.
"Kalau begitu, kita jadian sekarang, kau sudah resmi menjadi kekasihku mulai saat ini, dan jangan mengharapkan kedatangan lelaki lain lagi!" ucap Kin seperti memberi perintah.
"Ceh, kau bahkan tidak bertanya dulu aku bersedia atau tidak, seenaknya saja kau memutuskan sendiri, apa kau sungguh tergila-gila padaku?" sinis Liora yang dibalas tawa oleh Kin.
"Aku hanya kasihan melihatmu jomblo, harusnya kau berterima kasih karena seorang Kin Dananjaya mau menjadikanmu sebagai kekasihnya, gadis bar-bar!" balas Kin tak mau kalah.
"Oh ya?, Lalu bagaimana denganmu?, Apa kabar dengan yang katanya bibirnya masih perjaka itu?, sudah berapa kali berpacaran?" Balas Liora lagi yang membuat Kin seketika mengumpat.
"Pokoknya aku tidak mau tau, kita pacaran, titik!" Tegas Kin lagi.
.
.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Trya Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Di ruangan GM.
Mendengar hal itu Kin lantas bersorak dalam hati, melihat kepolosan Liora dan sikap bar-bar nya yang kadang muncul, paling tidak itu akan membuat nya bersemangat menghabiskan hari-harinya di kantor yang biasanya membosankan itu.
"Tolong buatkan kopi untuk saya!" Titah Kin yang kemudian dijawab oleh Vina.
"Bukan kamu, tapi dia!" Tambah Kin sambil menunjuk Liora dengan dagunya.
Lantas Liora dan Vina saling memandang, tatapan mata Vina memberi isyarat yang langsung dimengerti oleh Liora.
"Baik Tuan, maksudnya baik pak." Ucap Liora gugup, lalu berjalan di belakang Kin untuk menuju keruangan GM, untungnya tadi Vina sudah sempat menjelaskan jika di ruangan GM terdapat fasilitas yang lengkap.
Tara dengan sigap membukakan pintu untuk Kin yang kemudian disusul oleh Liora yang masih berjalan mengekor di belakangnya.
Saat masuk, Liora langsung mengedarkan pandangannya, mengagumi penataan ruangan yang apik dengan desain minimalis modern, dinding kaca lebar yang memperlihatkan pemandangan gedung-gedung tinggi dan bangunan-bangunan yang terlihat kecil dibawah sana.
Di depannya terdapat satu set sofa panjang, beberapa furniture berbahan kayu yang memberikan kesan terasa lebih hangat dan terlihat lebih luas.
Dan satu lagi, di sudut ruangan itu terdapat semacam Mini kitchen dengan peralatan makan dan juga Coffee maker. Sepertinya si tengil sering menghabiskan banyak waktu di ruangan itu, hingga semua perlengkapan sudah tersedia di sana.
Liora bahkan sampai tak menyadari jika Kin yang sedari tadi berjalan di depannya dengan tiba-tiba menghentikan langkahnya, sampai saat tubuhnya menubruk punggung tegap lelaki di hadapannya itu.
Liora terlihat gugup saat Kin menoleh kebelakang dan menatap Liora dengan intens.
"Maaf Tuan, m-maksudnya maaf pak, saya tidak sengaja, bapak juga kenapa kalau berhenti nggak bilang-bilang dulu tadi." Ucap Liora lirih sambil menggigit bibir bawahnya.
Kin menggelengkan kepala dengan sudut bibir yang terangkat dan berlalu menuju kursi kebesarannya, meninggalkan Liora yang berdiri mematung ditengah-tengah ruangan luas itu.
"Mari ikut saya nona!" Seruan Tara membuat Liora terhenyak, dan dengan segera dia mengikuti langkah Tara menuju sudut ruangan.
Tara menjelaskan banyak hal tentang apa saja yang harus Liora lakukan, termasuk membuatkan kopi kesukaan si Tuan tengil yang sudah sering Liora lakukan saat dia di Apartemen Kin.
Dengan cekatan Liora membuat kopi, lalu membawanya kehadapan Kin yang terlihat sibuk dengan berkas-berkas yang menggunung, dan nampak sesekali dia mengernyitkan dahi saat membaca berkas-berkas itu.
"Ini kopinya pak silahkan, saya pamit dulu!" Liora berlalu dari hadapan Kin.
"Makasih Ra!"
Liora menghentikan tangannya memutar handle pintu saat mendengar ucapan Kin, dia lalu menoleh dan menaikkan sudut bibirnya, kemudian melanjutkan langkahnya untuk kembali ke ruangannya, menyelesaikan beberapa tugas yang tadi diberikan oleh Vina.
.
.
.
"Ra, boleh nggak kakak tanya?" Raut wajah Vina terlihat sungkan saat melontarkan pertanyaan nya.
"Pasti soal Pak Kin ya kak?" Liora sepertinya sudah bisa menebak apa yang ada dipikiran Vina.
"Iya Ra, itupun kalau kamu nggak keberatan sih." Vina tersenyum kearah Liora.
"Ceritanya panjang kak, besok-besok deh aku ceritain." Jawaban Liora yang kemudian diangguki oleh Vina. Mereka lalu melanjutkan pekerjaannya lagi, dan sesekali terdengar tawa kecil disela kesibukan yang mereka lakukan.
Hingga beberapa saat berlalu.
Liora masih sibuk berkutat dengan pekerjaannya, sampai suara dering telfon di mejanya berbunyi, dengan sigap Vina mengangkat panggilan itu.
"Ra, tolong kamu antarkan berkas ini ke ruangan pak Kin sekarang juga, beliau sudah menunggu!" Titah Vina setelah menutup panggilan telfonnya.
Liora lalu bergegas menuju ruangan GM setelah menerima berkas yang Vina sodorkan kepadanya.
Langkahnya terhenti saat hendak mengetuk pintu ruangan GM, butuh banyak tenaga untuk sekedar bertemu dengan lelaki tengil yang kini juga menjadi atasannya itu.
Berulang kali dia menghirup udara dalam-dalam dan menghembuskan nya perlahan, kemudian dia mengetuk pintu di hadapannya, dan tak berapa lama terdengar suara Kin yang menyuruhnya masuk.
"Ini berkas yang bapak minta." Ucap Liora sambil menaruh berkas di meja kerja Kin.
"Ra, tolong kamu siapin makanan di atas meja itu!" Titah Kin.
"Baik pak." Jawab Liora sambil mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan, mencari sosok asisten pribadi si Tuan tengil itu, namun dia tak menemukannya di sana.
Liora lalu berjalan menuju meja yang ada di depan sofa panjang, dilihatnya bungkusan makanan yang berjejer disana, uap panas yang keluar menunjukkan jika makanan itu baru saja dipesan beberapa saat yang lalu, dia lalu membawa bungkusan itu menuju Mini kitchen untuk menyusunnya diatas piring.
Saat Liora masih sibuk menyusun makanan, tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka, seorang lelaki masuk dengan tergesa dan terlihat di wajahnya penuh dengan amarah, Kin masih terlihat santai duduk di kursi kebesarannya, sepertinya dia sudah tau apa maksud kedatangan tamunya itu.
"Berikan berkas-berkas itu!" Seru lelaki berusia sekitar 45 tahun yang bernama Haris itu dengan berdiri congkak di hadapan Kin.
Liora terkejut mendengarnya, dengan mengendap-endap dia bersembunyi di balik lemari pendingin sambil terus memperhatikan kedua lelaki itu.
"Tak ku sangka secepat ini kamu mengetahui nya, ternyata banyak sekali tikus-tikus busuk di Perusahaan ini!" Sinis Kin sambil beranjak dari duduk nya dan menghampiri Haris.
"Jangan banyak bicara kamu, cepat berikan, atau kamu akan tau akibatnya nanti!" Haris mengeluarkan ancamannya.
Jantung Liora berdetak semakin kencang, satu tangannya dia pergunakan untuk menutup mulutnya, takut jika dia sampai berteriak nantinya.
"Jangan mimpi kamu bisa mendapatkan bukti-bukti itu!" Rahang Kin berubah mengeras, sepertinya dia sama sekali tak gentar dengan intimidasi yang Haris berikan.
Sontak jawaban tegas Kin akhirnya memicu amarah Haris, tangannya terkepal hendak memberikan pukulan ke arah Kin, namun tiba-tiba saja tangannya terhenti di udara, seperti ada yang menahan saat terdengar teriakan Liora yang nyaring.
"Berhenti...!"
Liora sudah berdiri ditengah-tengah ruangan, tatapan matanya seakan menyalak buas menatap tajam ke arah Haris.
eh, aku pernah bertemu user, Gantari, diakah itu 🤔🤔
🌿🌿🌿🌿🌿🌿