NovelToon NovelToon
Life After Marriage: My Annoying Husband

Life After Marriage: My Annoying Husband

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Enemy to Lovers / Cintapertama
Popularitas:46
Nilai: 5
Nama Author: Aluina_

Keira Anindya memiliki rencana hidup yang sempurna. Lulus kuliah, kerja, lalu menikah dengan pria dewasa yang matang dan berwibawa. Namun rencana itu hancur lebur saat ayahnya memaksanya menikah dengan anak rekan bisnisnya demi menyelamatkan perusahaan.
Masalahnya calon suaminya adalah Arkan Zayden. Pria seumuran yang kelakuannya minus, tengil, hobi tebar pesona, dan mulutnya setajam silet. Arkan adalah musuh bebuyutan Keira sejak SMA.

"Heh Singa Betina! Jangan geer ya. Gue nikahin lo cuma biar kartu kredit gue gak dibekukan Papa!"

"Siapa juga yang mau nikah sama Buaya Darat kayak lo!"

Pernikahan yang diawali dengan 'perang dunia' dan kontrak konyol. Namun bagaimana jika di balik sikap usil dan tengil Arkan, ternyata pria itu menyimpan rahasia manis? Akankah Keira luluh atau justru darah tingginya makin kumat?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aluina_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

22

Matahari sore mulai condong ke barat saat mobil butut operasional kantor yang dikendarai Arkan memasuki halaman rumah. Arkan dan Keira turun dengan wajah lelah namun hati lega. Drama cemburu dengan Rio sudah selesai dan hubungan mereka justru semakin rekat. Namun mereka lupa satu hal. Di dalam rumah mewah itu masih bersemayam sosok Mama Rina yang kreativitasnya melampaui batas nalar manusia.

Baru saja Arkan membuka pintu utama, suara tangisan bayi yang melengking kencang langsung menyambut mereka.

Arkan dan Keira saling pandang dengan mata membelalak. Wajah Arkan memucat seketika.

"Ra. Lo denger itu kan? Itu suara bayi beneran. Jangan bilang Mama nemu bayi di depan pintu terus diadopsi," bisik Arkan horor.

Keira menggeleng cepat. "Enggak mungkin Arkan. Masa Mama senekat itu. Paling itu suara TV. Mama kan suka nonton sinetron azab."

Mereka melangkah masuk dengan hati-hati. Suara tangisan itu semakin jelas terdengar dari arah ruang keluarga. Di sana Mama Rina sedang duduk di sofa sambil menggendong sesosok makhluk mungil yang dibedong kain kuning. Papa Wijaya duduk di sebelahnya sambil menutup telinga dengan bantal sofa.

"Ma? Itu ... itu apa?" tanya Arkan gagap. Dia menunjuk buntalan kain di pelukan mamanya.

Mama Rina menoleh. Wajahnya berseri-seri.

"Ah kalian sudah pulang! Pas banget! Bayinya nangis terus nih dari tadi. Mama bingung cara matiinnya," kata Mama Rina santai.

"Matiin? Ma! Itu bayi manusia atau robot?" seru Keira kaget.

Mama Rina berdiri dan menyerahkan bayi itu kepada Keira. Keira menerimanya dengan kaku. Saat dilihat lebih dekat, ternyata itu adalah boneka bayi silikon yang sangat realistis. Kulitnya kenyal, matanya bisa berkedip, dan beratnya mirip bayi asli. Tapi tetap saja itu boneka.

"Ini namanya Jojo. Boneka simulasi bayi terbaru dari Jepang. Mama beli tadi sore lewat online pakai akun Arkan. Harganya lumayan loh lima belas juta," jelas Mama Rina tanpa dosa.

Arkan langsung mengecek ponselnya. Benar saja. Ada notifikasi tagihan kartu kredit yang masuk. Dia menepuk jidatnya keras-keras.

"Ma! Buat apa beli boneka ginian seharga motor? Mending Arkan beli motor matic buat ke pasar," protes Arkan.

"Ini investasi Arkan. Mama liat kalian belum siap mental jadi orang tua. Buktinya kemarin kalian berantem soal guling. Jadi Mama kasih tantangan. Kalian harus merawat Jojo selama dua puluh empat jam mulai dari sekarang. Kalau kalian berhasil bikin Jojo enggak nangis dan enggak sakit, Mama bakal pulang besok pagi. Tapi kalau gagal, Mama tinggal di sini sebulan buat kursus privat jadi orang tua," ancam Mama Rina.

Ancaman itu bagaikan petir di siang bolong. Tinggal sebulan bersama Mama Rina dan ide-ide gilanya? Bisa-bisa Arkan dan Keira masuk rumah sakit jiwa.

"Oke Ma! Deal! Kami terima tantangannya. Cuma boneka doang kan? Gampang. Kecil," jawab Arkan sombong. Dia mengambil alih Jojo dari tangan Keira.

Tiba-tiba boneka itu menangis lagi dengan volume maksimal.

"Aduh! Berisik banget! Gimana cara dieminya Ma?" tanya Arkan panik. Dia mengguncang-guncang boneka itu agak keras.

"Jangan diguncang Arkan! Nanti dia gegar otak! Boneka ini ada sensornya. Dia nangis kalau laper, popoknya basah, atau minta digendong. Kalian harus cari tau sendiri maunya apa. Di tas itu ada botol susu mainan sama popok ganti," tunjuk Mama Rina ke arah tas bayi di meja.

Keira segera mengambil botol susu mainan itu dan menjejalannya ke mulut boneka Jojo. Ajaib. Tangisannya berhenti. Terdengar suara nyot nyot nyot seperti bayi menyusu.

"Tuh kan gampang. Dia cuma haus," kata Keira bangga.

"Bagus. Ingat ya, Jojo ini ada rekam jejak digitalnya. Nanti besok pagi Mama cek datanya di aplikasi. Kalau grafik stresnya tinggi, kalian gagal. Selamat berjuang Papa Arkan dan Mama Keira," ucap Mama Rina lalu menarik Papa Wijaya masuk ke kamar tamu. "Ayo Pa, kita tidur nyenyak malam ini. Biar anak-anak yang begadang."

Arkan dan Keira ditinggal berdua di ruang tengah bersama boneka silikon seharga lima belas juta yang sedang menyusu palsu.

"Gila. Hidup gue makin absurd aja," gumam Arkan sambil menatap wajah Jojo yang entah kenapa terlihat agak menyeramkan di bawah lampu kristal.

"Udah jangan ngeluh. Kita harus berhasil Arkan. Gue enggak sanggup kalau Mama tinggal di sini sebulan. Bisa-bisa gue disuruh minum jus tauge tiap hari," kata Keira.

Malam itu dimulai dengan cukup damai. Jojo tertidur pulas (matanya terpejam otomatis) setelah menyusu. Arkan dan Keira membawanya ke kamar utama. Mereka meletakkan Jojo di tengah kasur baru mereka, tepat di antara mereka berdua.

"Aneh banget rasanya ada orang ketiga di kasur ini. Mana bentuknya kayak tuyul milenium lagi," komentar Arkan sambil memandangi boneka itu.

"Hush. Jangan ngomong gitu. Nanti sensornya denger terus dia nangis," tegur Keira.

Mereka bersiap tidur. Keira sudah memakai piyama dan Arkan sudah memakai celana pendek. Mereka berbaring di sisi masing-masing, menjaga Jojo di tengah.

"Selamat malam Papa Arkan," ledek Keira sebelum mematikan lampu.

"Selamat malam Mama Keira. Semoga anak kita enggak rewel," balas Arkan.

Satu jam berlalu. Arkan sudah masuk ke alam mimpi. Dia sedang bermimpi naik kapal pesiar dikelilingi wanita cantik yang memberinya anggur. Namun tiba-tiba sirene kapal berbunyi sangat kencang.

Arkan tersentak bangun. Jantungnya mau copot. Suara tangisan Jojo memecah keheningan malam. Lampu indikator di dada boneka itu berkedip merah.

Keira juga terbangun dengan rambut acak-acakan. "Arkan! Jojo nangis! Kenapa dia?"

Arkan menyalakan lampu tidur dengan mata sipit. Dia melihat jam dinding. Pukul satu pagi.

"Mana gue tau Ra. Tanyain gih. Jo, kenapa Jo? Putus cinta?" tanya Arkan ngawur pada boneka itu.

"Cek popoknya Arkan! Siapa tau dia pipis," perintah Keira. Dia masih terlalu mengantuk untuk bergerak.

"Hah? Boneka bisa pipis? Canggih bener," Arkan dengan ogah-ogahan membuka perekat popok Jojo.

Benar saja. Ada air di sana. Rupanya botol susu tadi berisi air yang dialirkan ke sistem pembuangan boneka.

"Basah Ra. Gila. Mirip asli banget baunya... eh enggak bau deng. Cuma basah," lapor Arkan.

"Ya udah gantiin dong. Popok barunya ada di tas," kata Keira lalu menarik selimut menutupi kepalanya.

"Kok gue? Lo kan ibunya," protes Arkan.

"Lo bapaknya. Lo yang harus siaga. Gue capek abis kerja seharian. Cepetan ganti sebelum dia nangis makin kenceng terus Mama bangun," ancam Keira dari balik selimut.

Arkan mendengus kesal. Dengan mata setengah terpejam dan tangan kaku, dia mulai mengganti popok boneka itu. Dia melepas popok basah, mengelap pantat boneka dengan tisu basah (sesuai instruksi manual yang sempat dia baca sekilas), lalu memakaikan popok baru.

Tapi Arkan memasangnya terbalik. Perekatnya ada di belakang pantat.

"Bodo amat lah. Yang penting nempel," gumam Arkan.

Setelah popok diganti, Jojo berhenti menangis dan kembali tertidur. Arkan menghembuskan napas lega dan kembali tidur.

Pukul tiga pagi.

Tangisan kembali terdengar. Kali ini lebih melengking.

Arkan mengerang frustrasi. Dia menutup kepalanya dengan bantal. "Ra, giliran lo. Gue ngantuk banget."

Keira bangun dengan mata merah. Dia mengecek Jojo. Popok kering. Botol susu sudah diberikan tapi Jojo menolak (mulutnya menutup).

"Dia enggak mau nyusu Arkan. Popoknya juga kering. Terus dia mau apa?" tanya Keira panik.

Arkan bangun dan duduk bersila. Dia menatap boneka itu dengan tatapan bermusuhan.

"Minta saham kali. Atau minta mobil baru," jawab Arkan asal.

"Arkan serius! Baca manualnya!"

Arkan mengambil buku manual di nakas. "Katanya kalau enggak mau nyusu dan popok aman, berarti dia minta digendong dan ditimang-timang."

"Ya udah gendong," suruh Keira.

"Lo aja. Tangan gue pegel bekas nyetir mobil butut tadi siang," tolak Arkan.

"Arkan! Kita harus kerja sama! Gue gendong lima menit, terus lo lima menit. Gantian," putus Keira.

Akhirnya di jam tiga pagi yang sunyi, Arkan dan Keira bergantian menggendong boneka silikon itu sambil berjalan mondar-mandir di dalam kamar.

Keira menggendong Jojo sambil menyanyikan lagu Nina Bobo dengan suara serak. Jojo diam. Tapi begitu Keira berhenti jalan, Jojo nangis lagi.

"Dasar bayi manja. Mirip banget sama bapaknya," gerutu Keira.

"Kok gue? Gue enggak manja ya. Gue mandiri," bantah Arkan yang sedang duduk di kasur menguap lebar.

"Giliran lo. Tangan gue kram," Keira menyerahkan Jojo pada Arkan.

Arkan menerima Jojo. Dia meletakkan Jojo di bahunya dan menepuk-nepuk punggung boneka itu.

"Cup cup cup sayang Papa. Jangan nangis ya Nak. Nanti Papa beliin saham Google. Tidur ya. Papa ngantuk banget nih besok harus cari duit buat beli susu kamu yang mahal," Arkan mengajak boneka itu ngobrol.

Ajaibnya, Jojo langsung diam dalam gendongan Arkan. Bahkan terdengar suara dengkuran halus dari boneka itu.

Keira menatap pemandangan itu dengan takjub. Arkan yang bertelanjang dada, rambut acak-acakan, mata sayu, sedang menimang bayi (walau palsu) dengan lembut. Pemandangan itu entah kenapa terlihat sangat seksi di mata Keira.

"Dia nyaman sama lo Arkan," komentar Keira pelan.

Arkan tersenyum bangga. "Jelas dong. Aura kebapakan gue kan emang kuat. Pesona gue enggak cuma mempan ke cewek dewasa, tapi juga ke bayi silikon."

Arkan meletakkan Jojo kembali ke tengah kasur dengan sangat hati-hati seperti meletakkan bom waktu. Jojo tetap tidur tenang.

Mereka berdua kembali berbaring. Kelelahan luar biasa melanda.

"Gila. Punya bayi ternyata secapek ini ya Ra. Ini baru semalam. Gimana kalau tiap hari selama dua tahun?" bisik Arkan sambil menatap langit-langit.

Keira memiringkan tubuhnya menghadap Arkan. "Iya. Gue baru sadar perjuangan orang tua kita dulu. Pantesan Mama lo protektif banget sama lo. Ngerawat lo pasti susah."

Arkan menoleh, menatap Keira. Jarak wajah mereka dekat.

"Ra, lo takut enggak?" tanya Arkan tiba-tiba.

"Takut apa?"

"Takut punya anak beneran. Maksud gue, kita kan nikah awalnya main-main. Terus sekarang dituntut punya anak. Apa lo siap kehilangan waktu tidur lo, karir lo mungkin terganggu, badan lo berubah?" tanya Arkan serius.

Keira terdiam sejenak. Dia menatap boneka Jojo di antara mereka.

"Jujur, gue takut Arkan. Gue takut enggak bisa jadi ibu yang baik. Gue takut enggak sabaran. Gue takut karir gue mandek. Tapi ...." Keira menatap mata Arkan. "Kalau partner gue itu lo, kayaknya rasa takutnya berkurang dikit. Tadi lo cekatan ganti popok walau kebalik. Lo juga sabar gendong dia. Gue rasa kita bisa belajar bareng."

Arkan tersenyum haru. Dia mengulurkan tangannya melewati tubuh Jojo dan mengusap pipi Keira.

"Gue juga takut Ra. Gue takut enggak bisa jadi ayah yang bener. Gue takut anak gue nanti gedenya tengil kayak gue. Tapi gue janji, kalau nanti kita dikasih kepercayaan punya anak beneran, gue bakal berusaha jadi suami dan ayah siaga. Gue bakal bangun tengah malem biar lo bisa tidur. Gue bakal gantiin popok. Gue bakal lakuin semuanya."

Mata Keira berkaca-kaca. Ucapan Arkan terdengar sangat tulus.

"Janji ya?"

"Janji. Pegang kata-kata gue," Arkan meraih tangan Keira dan menciumnya.

Suasana menjadi hening dan romantis. Boneka Jojo di tengah mereka seolah menjadi saksi bisu janji suci itu.

"Arkan," panggil Keira pelan.

"Hmm?"

"Jojo udah tidur nyenyak. Kita bisa geser dia dikit enggak? Gue pengen peluk lo. Dingin," cicit Keira malu-malu.

Arkan tersenyum lebar. Dengan hati-hati dia menggeser Jojo ke pinggir kasur (di sisi tembok agar tidak jatuh). Lalu dia membuka lengannya lebar-lebar.

"Sini. Tempat ternyaman di dunia udah siap," kata Arkan.

Keira langsung bergeser mendekat dan masuk ke dalam pelukan Arkan. Dia meletakkan kepalanya di dada bidang Arkan yang hangat. Arkan memeluknya erat, mencium puncak kepala istrinya.

"Tidur Ra. Kita harus kumpulin tenaga. Besok pagi Mama pasti bakal periksa data Jojo kayak meriksa rapor," gumam Arkan.

"Iya. Good night Papa Arkan," bisik Keira.

"Good night Mama Keira."

Mereka tertidur pulas dalam pelukan. Lelah fisik terbayar dengan penuhnya hati mereka oleh rasa cinta yang semakin tumbuh. Tantangan boneka bayi ini, meski konyol dan melelahkan, ternyata berhasil mendekatkan mereka satu langkah lagi menuju keluarga sesungguhnya.

Keesokan paginya, mereka terbangun karena suara teriakan Mama Rina.

"ARKAN! KEIRA! KENAPA JOJO POPOKNYA KEBALIK?!"

Arkan dan Keira hanya mengerang malas dari balik selimut. Biarlah Mama mengomel. Yang penting mereka sudah melewati malam pertama sebagai 'orang tua' dengan selamat. Dan yang lebih penting, mereka melewatinya bersama-sama.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!