Setelah bertahun-tahun hidup sendiri membesarkan putrinya, Raisa Andriana seorang janda beranak satu, akhirnya menemukan kembali arti cinta pada Kevin Mahendra duda beranak dua yang terlihat bijaksana dan penuh kasih. Pernikahan mereka seharusnya menjadi awal kebahagiaan baru tapi ternyata justru membuka pintu menuju badai yang tak pernah Raisa sangka
Kedua anak sambung Raisa, menolak kehadirannya mentah-mentah, mereka melihatnya sebagai perebut kasih sayang ayah nya dan ancaman bagi ibu kandung mereka, di sisi lain, Amanda Putri kandung Raisa, juga tidak setuju ibunya menikah lagi, karena Amanda yakin bahwa Kevin hanya akan melukai hati ibunya saja
Ketegangan rumah tangga makin memuncak ketika desi mantan istri Kevin yang manipulatif, selalu muncul, menciptakan intrik, fitnah, dan permainan halus yang perlahan menghancurkan kepercayaan.
Di tengah konflik batin, kebencian anak-anak, dan godaan masa lalu, Raisa harus memilih: bertahan demi cinta yang diyakininya, atau melepa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queen_Fisya08, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 Tempat Persembunyian Desi
Ia sadar, Mr X tidak hanya ingin mempermalukannya, ia ingin merusak hidupnya sampai ke akar, hingga semua orang yang pernah mengenalnya ikut menghakimi dan menjauh bahkan sekarang seluruh dunia menghakimi diri nya..
Desi menggertak kan gigi, wajahnya memerah oleh campuran panik dan kemarahan.
“Licik… kamu benar-benar licik, Mr X…” suaranya bergetar, penuh dendam dan rasa putus asa.
Pintu lift terbuka, ia melangkah cepat, menunduk, takut ada wajah yang mengenalinya..
Lorong itu terasa lebih panjang dari biasanya setiap detik seperti menguntitnya.
.Begitu masuk ke dalam taksi yang menjemputnya, Desi langsung menutup pintu dengan panik, ia menunduk, memeluk tasnya erat-erat..
Notifikasi di ponselnya terus berdenting.
*ting… ting… ting…*
Pesan masuk, komentar baru, mention dari akun yang tak pernah ia kenal. Tekanan itu terasa seperti jerat yang semakin menutup lehernya.
Dari kaca samping, ia bisa melihat pantulan wajahnya pucat, mata sembab, penuh ketakutan..
Desi menatap ke luar jendela mobil melaju meninggalkan gedung apartemen, meninggalkan sedikit rasa aman yang tersisa.
Namun sebelum ia sempat menarik napas panjang, sopir taksi menoleh melalui kaca spion.
“Maaf, Bu… kita mau ke mana?”
Desi mengedipkan mata, menyeka air yang sempat jatuh.
Dengan suara pelan namun mantap, ia berkata,
“Ke alamat ini saja, Pak…”
Ia memberikan secarik kertas lusuh, alamat yang hanya ia gunakan jika keadaan sudah sangat genting.
Sebuah rumah tua milik Bu Fatma, mantan perawat sekaligus ibu angkatnya Desi, seorang wanita tua yang sangat menyayangi nya tanpa syarat, ketika ia hancur akibat perselingkuhan Andre, Bu Fatma lah yang menampung nya, ia pun kenal dengan Anton di rumah Bu Fatma, sayang nya Anton membohongi Bu Fatma dengan status nya yang masih lajang..
Alamat itu adalah:
**Jalan Melati 17, Gang Mawar, Rumah nomor 23 — rumah Bu Raras.**
Tempat itu bukan sekadar persembunyian, tapi:
* Lokasi yang tidak diketahui teman-temannya
* Tidak pernah ia datangi lagi selama bertahun-tahun
* Satu-satunya tempat yang tidak ada dalam riwayat pencariannya
Karena itu, alamat tersebut adalah rencana cadangan terakhir, alamat yang ia simpan hanya jika keadaan benar-benar darurat..
**POV DESI**
Namaku Desi Ambarwati, aku pernah mencintai seseorang bernama Andre dengan seluruh napas dan keyakinan ku...
Aku mengira dialah masa depanku, rumahku, alasanku untuk tersenyum setiap hari, tapi semua itu runtuh ketika ia memilih meninggalkanku demi pekerjaannya di luar kota..
Saat itu, dunia seperti menghimpit dadaku, aku hancur, patah, dan kehilangan arah..
Dalam kehancuran ku itu, aku bertemu Kevin, seorang karyawan bisnis yang sukses yang justru polos dalam urusan perasaan, ia tidak tahu cara mendekati wanita, tapi ia tahu cara memperlakukan orang dengan tulus...
Aku mendekatinya… bukan karena cinta, tapi karena aku ingin melupakan Andre, aku butuh tempat berlindung, dan Kevin dengan kesederhanaan hatinya menyambut ku..
Tak ku sangka, Kevin benar-benar jatuh cinta padaku, dan tanpa pernah kupikirkan sebelumnya, kami akhirnya menikah..
Dua putri kecil hadir dalam kehidupan kami, hadiah terbesar yang pernah Tuhan berikan padaku..
Namun hidup kadang kejam, terutama pada hati yang belum sembuh, saat putri keduaku baru berusia enam bulan… Andre kembali!
Sekali lagi, hatiku goyah, luka lama menganga kembali, aku masih mencintainya, atau mungkin mencintai kenangan tentangnya...
Aku terjebak dalam perasaan yang tak pernah tuntas dan… aku tergoda, aku membuat kesalahan terbesar dalam hidupku.
Aku mengajukan cerai dari Kevin, aku membawa sertifikat rumah yang sebelumnya sudah ku ubah menjadi atas namaku dan pergi bersama Andre..
Kami menikah siri, untuk sesaat, aku merasa hidupku kembali utuh, seolah semua yang pernah hilang akhirnya kembali kepadaku.
Tapi kebahagiaan itu hanya ilusi, Andre berubah setelah mengenal wanita lain, ucapan manisnya memudar, pelukannya dingin, perhatiannya hilang satu per satu.
Hingga pada akhirnya… ia meninggalkanku lagi demi menikahi perempuan itu..
Saat itu, seluruh tubuhku terasa runtuh, bagaimana mungkin seseorang yang begitu kucintai bisa mengkhianati ku dua kali?
Bagaimana mungkin aku menyerahkan hidupku, anak-anakku, rumahku, semuanya… hanya untuk dipatahkan lagi oleh orang yang sama?
Aku terpuruk, aku marah, aku menyesal, dan untuk pertama kalinya dalam hidupku… aku membenci diriku sendiri karena mencintai seseorang yang tidak pernah benar-benar mencintaiku.
Setelah Andre meninggalkanku untuk kedua kalinya, rasanya seperti seluruh dunia menutup pintu di hadapanku...
Aku menyetir tanpa arah, dengan air mata yang tak berhenti jatuh, pandangan kabur, dan hati yang hancur berkeping-keping, aku tidak tahu ke mana aku pergi yang aku tahu hanya satu: aku ingin menjauh dari semua kenangan yang menyakitkan..
Hingga tiba-tiba “BRAK!” aku menginjak rem sekuat tenaga.
Aku hampir saja menabrak seorang wanita tua yang berjalan menyebrang.
Aku keluar dari mobil sambil gemetar dan menangis, tetapi wanita itu… ia hanya tersenyum lembut..
“Tenang, Nak… kamu tidak apa-apa?” katanya, bukan marah melainkan penuh kasih sayang..
Namanya **Bu Fatma**.lalu Bu Fatma mengajak ku ke rumah nya, entah kenapa, hanya dari cara ia memandangku, aku merasa seperti seorang anak kecil yang akhirnya menemukan tempat untuk pulang..
Dia tidak bertanya macam-macam, tidak menilai masa laluku… hanya menawarkan segelas teh hangat dan tempat untuk menetap sementara..
Dan tanpa kusadari, rumah Bu Fatma menjadi tempat pertama di hidupku di mana aku bisa menangis tanpa ditanya, tidur tanpa rasa takut, dan bernapas tanpa rasa bersalah..
Perlahan-lahan, aku mulai melupakan sedikit demi sedikit sakit di dadaku.
Di rumah itu, aku bertemu Mas Anton
Ia pria yang kaya tetapi tidak banyak bicara, tatapannya selalu hangat, dari awal mengenalku, ia seolah mengerti bahwa aku adalah seseorang yang sedang berusaha memunguti sisa-sisa hidupnya..
Suatu hari, ketika aku sedang membersihkan halaman belakang, Anton tiba-tiba menghampiri, dengan suara yang tegas tapi tulus, ia mengutarakan isi hatinya.
“Desi… aku suka sama kamu, kalau kamu berkenan, aku ingin membangun hidup bersama.” ucap nya terlihat tulus
Bu Fatma tidak melarang, menurutnya Anton pria baik, pekerja keras, walaupun terlihat seperti orang kaya dan yang ia tahu Anton masih lajang..!
Semua terlihat normal, semuanya terlihat wajar dan aku… aku hanya ingin disayangi, ingin merasa dihargai lagi setelah melalui begitu banyak pengkhianatan..
Lalu terjadilah… Aku menikah siri dengan Anton, ia berkata bahwa setelah kami pindah ke kota baru, ia akan melegalkan pernikahan kami di pengadilan.
Aku percaya.
Aku ingin percaya.
Setelah semua luka yang menandai hidupku… aku hanya ingin memulai lagi dari awal, dengan seseorang yang kupikir tidak akan melukaiku..
Aku tidak tahu… bahwa langkah itu justru akan membuka babak gelap berikutnya dalam hidupku.
Anton semakin sering bolak-balik ke kota. Setiap kali aku meminta ikut, alasannya selalu berubah, kadang pekerjaan, kadang teman bisnis, kadang kondisi tempat tinggalnya yang masih di renovasi
Tapi satu hal yang selalu sama, ia tidak pernah mengizinkanku melihat kehidupan sebenarnya dia di kota..
Lalu… seminggu penuh ia tak pulang, di saat yang sama, kondisi Bu Fatma memburuk, aku merawat beliau sebisaku, tapi takdir memang tak bisa ditawar, di detik-detik terakhir hidupnya, Bu Fatma menggenggam tanganku erat.
“Desi… setelah Ibu tiada, pergilah menyusul Anton suami mu, dan jika suatu hari kamu punya masalah besar… rumah ini selalu menjadi tempat pulang mu, nak”
Tidak lama setelah itu, beliau mengembuskan napas terakhir, aku kembali kehilangan satu-satunya orang yang menyayangiku tanpa syarat..
Dengan berbekal alamat seadanya, aku memutuskan menyusul Anton ke kota meski hatiku dipenuhi firasat buruk, Anton pikir aku hanya orang kampung yang tidak berani ke kota, dia salah besar karena masa lalu ku semua ku tinggalkan di kota
Akhirnya aku sampai di apartemen milik mas Anton..
"Jadi ini tempat tinggal mas Anton…” sebuah apartemen mewah..
Aku menekan tombol lift, jantungku berdebar aneh, saat tiba di lantai atas, aku mengulurkan tangan pada gagang pintu dan pintunya, tidak terkunci!
“Ceroboh sekali mas Anton… mungkin dia terlalu lelah,” gumamku sambil masuk.
Tapi seketika langkahku terhenti, suara itu, suara menjijikkan yang menusuk telinga dan dadaku.
“Ah… ah… Mas…”
Aku membuka pintu kamar pelan-pelan, dan dunia seketika runtuh lagi untuk kesekian kalinya.
Anton suami siri ku sedang bercumbu dengan seorang wanita, mereka terkejut melihatku, perempuan itu buru-buru menutupi tubuhnya..
“Siapa dia, Mas?” wanita itu menatapku tajam.
Aku tertawa, pahit.
“Pertanyaan itu harusnya aku yang tanyakan. Siapa kamu, wanita jalang tak tahu malu?”
"Hai, jaga mulut mu, kamu yang wanita tidak tahu malu masuk ke rumah ku tanpa permisi" ucap Rini ya wanita itu bernama Rini, istri sah Anton..
Rini langsung meraih ponselnya dan mulai merekam seolah ingin melindungi dirinya dari sesuatu yang ia rasa akan terjadi.
“Kamu yang selingkuh, dan kamu berani merekam aku?!” bentak Desi
Pertengkaran pecah, dorongan, tarik menarik, teriakan sampai akhirnya Rini terjatuh dan pingsan..
Anton panik, ia tidak menolongku, tidak membela, tidak menjelaskan, ia justru bersiap kabur, mengambil tasnya.
Di saat itulah… gelap itu datang, amarah, penghianatan, rasa dipermainkan oleh dua laki-laki dalam hidupku, seolah semuanya meledak sekaligus.
Aku melihat pisau di meja, sarung tangan Anton yang tergeletak di sampingnya dan tanpa berpikir lagi… aku mengambil keduanya.
“Kalau semua orang memperlakukanku seperti sampah… maka biar kali ini aku yang memilih jalan cerita.”
Aku menghampiri Anton dari belakang, satu tikaman, disusul tikaman kedua, ketiga dan keempat.
Anton jatuh, berlumuran darah, menatapku dengan mata penuh ketajaman lalu ia tak bernapas lagi.
Tanganku gemetar, dadaku nyeri, tapi panik menelan semuanya, tanpa sadar aku meletakkan pisau itu ke tangan Rini yang masih pingsan, meninggalkan jejak darah. Aku memoleskan juga sarung tangan penuh darah ke tangan Rini, sementara ponselnya masih merekam..
Dan aku… kabur, keluar dari apartemen dengan napas terengah-engah hanya membawa sarung tangan berdarah itu.
Kemudian aku bersembunyi di sebuah kontrakan kecil, aku tahu polisi pasti akan mencari ku untuk menjadi saksi..
Ketika polisi menghubungiku, aku memberikan keterangan palsu yang menjerat Rini, wanita yang kulihat menghancurkan hidupku..
Setelah itu, aku kembali ke rumahku, ke masa laluku, aku tidak tahu mau kemana lagi, aku hanya tahu satu hal..
aku ingin tahu keadaan Kevin, pria yang dulu begitu tulus mencintaiku, dan kedua putriku yang ku tinggalkan demi lelaki yang ternyata pembohong..
Aku mendekati Amel mantan adik ipar ku dulu, istri dari Raka, untuk mencari tahu tentang kehidupan Kevin..
Aku juga mendekati kedua putriku… mencoba kembali masuk di kehidupan yang pernah ku tinggalkan...