Rania Kirana seorang penjual cilok berprinsip dari kontrakan sederhana, terpaksa menerima tawaran pernikahan kontrak dari Abimana Sanjaya seorang CEO S.T.G. Group yang dingin dan sangat logis.
Syarat Rania hanya satu jaminan perawatan ibunya yang sakit.
Abimana, yang ingin menghindari pernikahan yang diatur keluarganya dan ancaman bisnis, menjadikan Rania 'istri kontrak' dengan batasan ketat, terutama Pasal 7 yaitu tidak ada hubungan fisik atau emosional.
Bagaimana kelanjutannya yukkk Kepoin!!!!
FOLLOW ME :
IG : Lala_Syalala13
FB : Lala Syalala13
FN : Lala_Syalala
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lala_syalala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PKCD BAB 22_Pidato Yang Mengguncang
"Abi tahu? Kenapa dia tidak bilang sebelumnya?" tanya Rania.
"Tuan Abimana tidak suka basa-basi nyonya tapi dia berpesan jika anda merasa tertekan anda harus ingat satu hal yaitu anda adalah orang yang menolak uangnya dan itu membuat anda lebih kuat dari mereka semua." ucap Rendra.
Mendengar pesan Abimana, Rania merasa kekuatannya kembali, Abimana mungkin dingin, tetapi ia mengerti perjuangan Rania.
Ia telah memberikan Rania senjata terkuatnya yaitu rasa hormat pada diri sendiri.
Setibanya di penthouse Rania menemukan Abimana sedang berbicara di telepon, tampak sangat marah.
"Saya tidak peduli dengan penolakan itu! Proyek itu harus berjalan! Kusuma tidak punya hak untuk menghalangi!" bentak Abimana di telepon.
Setelah memutus panggilan Abimana terlihat frustrasi, dia mengacak-acak rambutnya, sesuatu yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya.
"Ada apa Abi?" tanya Rania.
"Amelia tidak menyerah, tuan Kusuma mencoba menghalangi pendanaan Proyek Bali dengan alasan moral dan etiket istri ku, dia menggunakan latar belakang kamu untuk menekan dewan direksi." Abimana menjelaskan suaranya dipenuhi amarah.
Rania terdiam, dia merasa bersalah karena latar belakangnya menjadi bumerang bagi Abimana.
"Maafkan aku Abi, seharusnya aku tidak pernah menerima ini," bisik Rania.
Abimana menatapnya, dia berjalan mendekat dan meraih bahu Rania.
"Jangan pernah berkata seperti itu Rania, ini bukan salah mu karena ini adalah taktik kotor mereka, justru karena kamu menolak uang ku mereka tidak bisa menyuap mu mereka hanya bisa menyerang latar belakang mu," kata Abimana matanya meyakinkan.
"Dan kita akan menghadapinya bersama, aku butuh kamu bukan hanya sebagai istri kontrak tetapi sebagai sekutu." lanjutnya.
Abimana melepaskan bahu Rania. "Malam ini kita harus tampil di sebuah acara amal sosialita ini kesempatan kita untuk membungkam mereka, kamu harus terlihat sempurna Rania tunjukkan pada mereka bahwa seorang penjual cilok bisa lebih berkelas dari mereka." ucap Abimana.
Rania mengangguk, ia menyeka air matanya.
Ia kembali mengambil pena kayunya, sandiwara ini belum berakhir sekarang ia tidak hanya bertarung untuk ibunya, tetapi juga untuk Abimana sekutunya yang dingin.
Malam itu Rania dan Abimana tiba di acara amal bergengsi yang diadakan oleh yayasan milik keluarga Kusuma, acara ini dihadiri oleh semua elit sosialita dan tokoh bisnis Jakarta, ini adalah kesempatan emas bagi Amelia untuk mempermalukan Rania.
Rania mengenakan gaun malam berwarna emerald green yang dipesan khusus, menonjolkan kecantikannya yang sederhana namun berkelas.
Sedangkan Abimana dengan tuxedo hitam, tampak memancarkan aura kekuasaan yang tak terbantahkan.
Mereka berdua terlihat sangat serasi, persis seperti yang diinginkan Abimana untuk sandiwara mereka.
Sepanjang acara Rania menjadi pusat perhatian, para sosialita mendekatinya tidak untuk menyambut melainkan untuk menguji dan menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang meremehkan.
"Nyonya Sanjaya saya dengar Anda sangat mahir dalam crafting? Apakah Anda akan membuatkan kami cilok untuk acara amal selanjutnya?" tanya seorang wanita sosialita dengan nada sinis yang jelas.
Rania tersenyum tenang. "Tentu saja nyonya, cilok adalah makanan rakyat dan saya bangga pernah menjualnya, tapi saat ini saya sedang fokus belajar tentang sustainable investment bersama suami saya, karena S.T.G. Group sangat peduli pada masa depan lingkungan." ucapnya.
Rania memutarbalikkan pertanyaan meremehkan itu menjadi pernyataan tentang ambisi barunya, sesuatu yang Abimana ajarkan padanya.
Abimana yang berdiri di sebelahnya, hanya mengangguk bangga dengan sang istri.
Namun ancaman nyata datang dari Amelia, Amelia mendekati mereka dengan senyum manis dan mematikan.
"Rania selamat kamu terlihat menawan dan aku dengar kamu sangat dermawan, yayasan kami sedang menggalang dana untuk pembangunan sekolah bagi anak-anak jalanan. Bisakah kamu memberikan sumbangan besar untuk proyek ini? Mungkin sebagian dari kompensasi pernikahanmu," bisik Amelia menekan kata 'kompensasi' agar hanya Rania yang mendengarnya.
Tujuan Amelia jelas yaitu jika Rania menolak, ia akan dicap pelit.
Jika Rania menyumbang dengan nominal kecil ia akan dicap rendahan dan jika Rania menyumbang besar maka Abimana akan marah karena Rania menghabiskan uang kontrak mereka.
Rania tidak gentar. "Tentu Nona Amelia, saya sangat peduli dengan pendidikan anak-anak karena saya tahu betapa sulitnya hidup tanpa dukungan."
Saat acara mencapai puncaknya tuan Kusuma naik ke panggung, tuan Kusuma kemudian memanggil Abimana untuk memberikan kata sambutan sebagai salah satu donatur utama.
Abimana naik ke panggung ia berbicara tentang investasi dan tanggung jawab sosial perusahaan.
Di akhir sambutannya ia melakukan sesuatu yang tidak terduga.
"Izinkan saya menambahkan sedikit hal malam ini saya tidak akan berbicara sebagai CSO S.T.G. Group saya akan berbicara sebagai suami dari seorang wanita luar biasa. Istri saya Rania adalah inspirasi bagi saya," ucap Abimana.
Ia menoleh ke Rania dan mengulurkan tangan. "Rania naiklah ke sini." ajaknya.
Rania terkejut, tetapi ia segera melangkah ke panggung dan semua mata tertuju padanya.
"Rania datang dari keluarga sederhana, tetapi dia memiliki integritas yang sangat tinggi dan saya memilihnya karena itu," lanjut Abimana.
"Malam ini kami ingin menyumbang tapi umbangan ini bukan dari uang S.T.G. Group melainkan sumbangan ini akan diumumkan langsung oleh istri saya dari dana pribadinya." ucap Abimana.
Abimana menyerahkan mikrofon kepada Rania, memberinya panggung untuk menunjukkan keberaniannya.
Rania memegang mikrofon itu, tangannya sedikit bergetar, di menatap ke arah Amelia, lalu ke arah suaminya,Abimana yang memberinya tatapan penuh dorongan.
"Selamat malam Bapak dan Ibu sekalian," Rania memulai suaranya tenang.
"Saya, Rania Kirana Sanjaya, sangat menghargai upaya yayasan ini. Saya tahu betapa pentingnya pendidikan bagi anak-anak di jalanan, karena saya sendiri datang dari keluarga yang berjuang untuk mendapatkan pendidikan yang layak." ucapnya.
"Nona Amelia bertanya kepada saya apakah saya bisa memberikan sumbangan dari kompensasi pernikahan saya, maka jawaban saya Ya. Saya akan menyumbang tetapi saya tidak akan memberikan sumbangan uang dari suami saya." lanjutnya.
Seluruh ruangan hening, Abimana menatap Rania dengan ekspresi bingung.
Rania kemudian mengeluarkan map merah kecil dari tas tangannya, map itu berisi dokumen properti.
"Saya memiliki sebidang tanah peninggalan almarhum ayah saya yang terletak di kawasan strategis di Karet Kuningan, tanah itu mungkin tidak semewah ballroom ini, tetapi itu adalah satu-satunya aset nyata yang saya miliki. Saya menyumbangkan tanah itu kepada Yayasan Sosial Nona Amelia," kata Rania mantap.
"Tanah itu tidak bisa diukur dengan nominal uang mahar pernikahan saya, tanah itu adalah warisan integritas dari Ayah saya.Saya ingin tanah itu dibangun menjadi sekolah, di mana anak-anak bisa belajar bahwa kerja keras dan kejujuran akan membawa mereka ke tempat yang layak, ini adalah sumbangan dari Rania Kirana yang berjuang bukan dari Nyonya Sanjaya yang beruntung." ucapnya dengan percaya diri dan begitu tegas.
.
.
Cerita Belum Selesai.....
ayak ayak wae...
di tunggu updatenya