NovelToon NovelToon
Jerat Cinta Gadis Desa

Jerat Cinta Gadis Desa

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa pedesaan
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Ika Dw

Sari, seorang gadis desa yang hidupnya tak pernah lepas dari penderitaan. Semenjak ibunya meninggal dia diasuh oleh kakeknya dengan kondisi yang serba pas-pasan dan tak luput dari penghinaan. Tanpa kesengajaan dia bertemu dengan seorang pria dalam kondisinya terluka parah. Tak berpikir panjang, dia pun membawa pulang dan merawatnya hingga sembuh.

Akankah Sari bahagia setelah melewati hari-harinya bersama pria itu? Atau sebaliknya, dia dibuat kecewa setelah tumbuh rasa cinta?

Yuk simak kisahnya hanya tersedia di Noveltoon. Dengan penulis:Ika Dw
Karya original eksklusif.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ika Dw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25. Orang Tua Bebal

Menjelang dini hari Sari terbangun dari tidurnya. Ia terlihat begitu gelisah. Setiap kali matanya terpejam bayang-bayang suaminya melintas. Hampir tiga bulan sudah suaminya tak ada lagi kabar berita, entah seperti apa keadaannya saat ini. Ia berharap suaminya dalam kondisi baik-baik saja.

"Mas Jaka, di mana kamu sekarang? Masihkah kau mengingatku? Kenapa kamu nggak ada niatan untuk menemuiku? Atau mungkin kamu sudah menemuiku tapi tak mendapatiku? Aku sangat merindukanmu mas!"

Setiap mengingat Jaka maupun kakeknya air matanya langsung berjatuhan. Di saat ia butuh penyemangat dan butuh perlindungan keduanya tak ada lagi bersamanya. Kini ia harus berjuang sendirian. Bahkan peninggalan dari ibunya saja sudah dikuasai oleh saudaranya dan ia disisihkan seperti sampah.

Untuk mengurangi keresahannya ia putuskan untuk segera bangun dan bertandang ke dapur. Tugasnya hanya bersih-bersih dan mencuci pakaian, tapi karena ia ingin meringankan pekerjaan mbok Yem, ia pun berniat untuk membantunya memasak nasi.

"Aduh, perutku kok nyeri banget ya? Nggak biasanya kayak gini. Apa jangan-jangan sudah waktunya tamu bulanan datang?"

Sari membungkuk sembari meremas perutnya bagian bawah yang terasa begitu nyeri. Matanya mulai buram dan berkunang-kunang.

"Ya Tuhan..., aku mohon jangan membuatku kesakitan di rumah orang. Izinkan aku untuk tetap sehat agar bisa bekerja dengan baik. Kalau aku nggak kerja, aku mau makan apa? Di sini nyonya begitu baik padaku, beliau mengizinkanku untuk bekerja dan dikasih tempat tinggal. Dengan begini Aku sudah tidak lagi tidur di emperan toko."

Sari takut jika sampai jatuh sakit tentu tidak bisa bekerja dengan baik, tentu saja majikannya juga bakalan kecewa. Sangat sulit untuk mendapatkan pekerjaan, setelah didapatkan ia tak ingin menyia-nyiakannya.

"Ya ampun..., ini sakit banget! Gimana aku bisa bekerja? Kalau sampai nyonya marah gimana?"

Dengan tubuh gemetaran dia mengambil air hangat dan menyeduhnya dengan jahe. Setiap kali menjelang datang bulan ia selalu meminum air jahe untuk mengurangi rasa nyeri yang berlebihan.

"Loh, neng! Kok udah bangun? Sejak kapan kamu ada di dapur?"

Mbok Yem terkejut, saat memasuki pintu dapur didapatinya Sari yang tengah menyeduh air jahe.

"Sejak tadi mbok, aku nggak bisa tidur, perutku tiba-tiba sakit banget."

"Perutnya sakit? Kalau gitu kamu istirahat aja dulu, biar si mbok yang ngerjain. Lagian ini kan tugasnya si mbok, tugasmu di sini bantu cuci, setrika sama bersih bersih ruangan, kalau soal masak memasak itu sudah menjadi tugas si mbok."

"Tapi aku ingin bantu si mbok. Aku juga sudah selesai masak nasi, niatnya mau bantu masak sayur tapi perutku nggak bisa diajak kompromi. Mungkin tamu bulanan mau datang, jadi sakit mbok."

"Ya ampun neng, kenapa dikerjain sendiri? Itu kan tugasnya si mbok. Yaudah, kalau gitu istirahat dulu biar sakitnya reda. Atau perlu dibelikan obat? Kalau butuh obat biar mbok belikan di warung."

Sari menggeleng. Begitu baiknya mbok Yem sangat perhatian padanya, namun ia tak ingin memanfaatkan kebaikannya, apalagi ia hanyalah pendatang baru yang sama-sama menjadi babu di rumah itu, sangatlah tak pantas jika sampai menyuruh-nyuruh orang yang usianya lebih tua darinya. "Enggak perlu mbok, nanti juga sembuh sendiri."

"Ya sudah, kalau gitu dibuat istirahat dulu biar lebih enakan. Mbok mau masak buat sarapan. Kemarin non Laras telepon, katanya pagi ini mau datang. Mbok harus segera menyiapkan makanan untuknya.

"Nggak enak mbok, masa mbok bertandang aku mau rebahan? Ini kan bukan rumahku. Sudah bersyukur dikasih tempat tinggal, masa iya aku mau buat kecewa nyonya?"

Sari tak menghiraukan nasehat mbok Yem yang memintanya untuk beristirahat. Dia tetap menyelesaikan pekerjaannya walaupun harus menahan rasa kesakitan.

Tab... Tab.... Tab.... Suara sepatu memasuki pintu ruangan dapur. Terdengar cukup keras suara seorang wanita memanggil mbok Yem dengan suaranya yang lumayan keras

"Mbok! Hari ini menu sarapannya apa? Aku laper nih!"

Masih terlalu pagi wanita itu sudah menanyakan menu makanan kepada mbok Yem, di situ mbok Yem bahkan belum menyiapkan apapun.

"Anu non, rencananya ini mau goreng ikan sama buat terong balado, tapi sekarang masih belum dibuat non, ini si mbok baru bersihin ikannya."

"Ya ampun mbok! Kan aku udah bilang dari kemarin kalau aku mau datang! Seharusnya pas aku pulang semua sudah tersedia di atas meja! Ini aku nggak bisa tidur gara-gara tadi malam nggak makan apapun, dan sekarang mbok Yem masih juga belum masak? Memangnya apa saja sih yang dilakukan mbok Yem di sini? Kamu di sini digaji pakai uang loh, bukan pakai daun! Harusnya bisa bekerja lebih rajin! Udah tua bebal banget!"

Sari tercengang mendengar suara wanita itu. Mentang-mentang anak majikan bisa semena-mena terhadap orang lain. Lagian sepagi itu masa sudah ingin sarapan? Mungkinkah setiap hari mbok Yem mendapatkan perlakuan yang kurang baik selama bekerja di situ?

"Maaf non, mbok benar-benar minta maaf. Mbok tadi bangunnya kesiangan. Mbok pikir non~~

"Ck, udah-udah! Nggak usah banyak alasan! Sekarang aku ingin makan. Kalau nggak ada makanan di rumah ya kamu harus beli di luar."

Wanita itu melemparkan selembar uang lima puluh ribuan dan menyuruh mbok Yem untuk membelikan makanan di luar. Benar-benar sangatlah keterlaluan, dia tidak pernah menghormati mbok Yem yang umurnya jauh lebih tua, sebagai anak majikan ia seperti penguasa dunia saja.

"Maaf non, jam segini di mana ada orang jualan makanan? Ini kan masih terlalu pagi non? Di warung makan juga belum dibuka."

"Bodoamat kamu mau nyari ke mana! Salah sendiri kenapa jam segini belum siap makanannya! Sudah tahu kalau aku mau pulang seharusnya siapkan makanan dari tadi malam, bukan malah malas-malasan!"

Di dalam kamar mandi yang bersebelahan dengan dapur Sari bisa mendengar sangat jelas ocehan wanita itu. Dia sangat kasihan pada mbok Yem yang dibentak-bentak. Sebenarnya ia penasaran dengan sosok wanita itu, tapi ia tak memiliki keberanian untuk menemuinya.

"Itu suara apa di dalam kamar mandi?"

"Anu non, neng Sari lagi nyuci pakaian."

Wanita bernama Laras itu mengerutkan keningnya. "Sari?" Sebelumnya ia tak pernah tahu ada asisten rumah tangga bernama Sari di rumahnya. Belum lama pergi tiba-tiba sudah ada penghuni baru lagi. "Sari itu siapa? Pembantu baru di sini?"

"Iya non, belum lama dia datang dari kampung. Tugasnya di sini mencuci pakaian dan bersih-bersih ruangan."

"Suruh dia ke sini!"

"Tapi kan dia masih nyuci non, nyucinya nggak pakai mesin cuci, dia melakukannya secara manual."

Laras berdecih. "Ck, dasar orang kampung! Hari gini masih juga nyuci manual. Itu sebenarnya keinginan Mama atau gimana sih? Buat apa punya mesin cuci Segede gaban kalau nggak digunakan? Bodoh amat jadi orang!"

Sari yang mendengarnya dari dalam kamar mandi hanya bisa mengusap dadanya. Demi mendapatkan sesuap nasi ia harus banyak bersabar menghadapi orang seperti itu.

"Cepat suruh dia kemari! Aku akan memintanya buat pergi cari makanan! Kalau nungguin kamu yang keluar bisa memakan waktu sampai dua tahun."

"Ba—baik non."

Terpaksa mbok Yem menemui Sari di dalam kamar mandi. Sebenarnya ia sangat kasihan karena sebelumnya gadis itu tengah mengeluh sakit perut. Tapi ia sendiri juga tidak bisa menolak apa yang menjadi keputusan anak majikannya.

"Neng, kemarilah sebentar neng! Ini ada non Laras ingin bertemu denganmu."

"Ba—baik mbok." Sari keluar dari dalam kamar untuk menemui wanita bernama Laras itu yang masih menunggunya di dapur. Berhadapan dengan wanita itu cukuplah menakutkan, tatapannya sangat dingin dan tak bersahabat.

"Oh..., jadi kamu yang namanya Sari?"

"Iya non. Maaf non, kalau boleh tahu apa yang bisa saya bantu?"

"Sekarang belikan saya makanan yang enak di luar. Uangnya sudah kukasih ke mbok Yem. Kuberi waktu lima belas menit dimulai dari sekarang, jika sampai terlambat lihat saja!"

1
Ika Dw
Halo, author kembali lagi dengan cerita baru...yuk, mampir simak kisahnya 🙂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!