Bagi Lea Richard pria paling brengsek dan menyebalkan di dunia adalah Bara Klopper. Tapi kenapa hatinya justru mencintai pria itu? Pria yang sudah memiliki seorang istri yang sangat cantik bernama Arneta.
Sedangkan bagi Bara Klopper wanita yang selalu membuat hati dan tubuhnya panas hanyalah Lea Richard, bagi Bara wanita yang bernama Lea Richard adalah miliknya! Tidak ada yang boleh memiliki Lea selain dirinya.
"Kau harus mau menjadi istriku!" Bara Klopper.
"Aku tidak sudih menjadi istri keduamu!" Lea Richard.
Akankah hubungan keduanya yang sempat menjauh selama beberapa bulan itu akan kembali terjalin? Ataukah akan berpisah untuk ke-dua kalinya dan untuk selamanya?
Follow Ig ~ mom_tree_17
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 12
"Lea are you okay?" tanya Alana saat mendengar teriakan sepupunya.
Lea yang ditanya hanya diam saja, karena ia masih emosi dengan semua kejadian yang baru saja dialaminya. Terlebih saat mengetahui Arneta sedang mengandung anak dari pria yang sangat ia cintai.
"Kau tahu aku begitu terkejut saat terbangun sudah ada di apartemen, terlebih lagi tidak menemukan keberadaanmu." Alana yang merasa khawatir dengan keberadaan Lea, bahkan hendak mencari wanita itu dengan meminta bantuan Boy dan Agam. Bukan tanpa alasan Alana mengkhawatirkan sepupunya itu mengingat semalam mereka mabuk berat. "Kau dari mana? Kenapa ponselmu tidak bisa dihubungi?"
"Ponselku?" Lea yang tersadar mencari keberadaan ponselnya, lalu menghela napasnya dengan kasar saat teringat ponsel yang ada di dalam tas tertinggal di tempat Bara.
"Hei, ada apa Lea? Jangan membuat aku takut." Alana mulai merasa khawatir ada sesuatu yang buruk menimpa sepupunya itu, apalagi saat dirinya melihat pakaian yang dikenakan Lea berbeda dengan pakaian yang semalam dikenakan sepupunya itu.
"Bara." Hanya satu kata yang terucap dari bibir Lea setelah emosinya mereda.
"Bara? Memangnya kenapa dengan pria itu?" Alana mengerutkan keningnya dengan wajah yang bingung.
"Dia kembali Al, si brengsek itu ada di Jakarta dan semalam aku tidur di tempatnya."
"What? Ta-tapi bagaimana bisa?" Alana masih bingung dengan yang diucapkan sepupunya.
"Entahlah aku pun tidak mengerti bagaimana bisa aku tidur di tempatnya, dan..." Lea pun menceritakan semua kejadian yang dialaminya pada Alana tanpa ada yang ditutupi, minus perlakuan Bara yang membuat banyak tanda di tubuhnya. Lea juga menceritakan keinginan gila Bara yang memaksanya untuk jadi istri kedua.
"Istri kedua? Gila ini benar-benar gila." Alana menggelengkan kepalanya setelah mendengar cerita Lea. "Dia pikir laki-laki di dunia ini hanya dia seorang! Hingga kau mau menjadi istri keduanya. Dan tadi kau bilang istrinya yang sedang hamil justru mendukungmu untuk jadi madunya?" tanya Alana dengan raut wajah tak percaya.
Lea hanya menjawab dengan anggukan lemah di kepalanya, hatinya kembali sedih dan kecewa saat mengingat perut buncit Arneta yang menandakan ada keturunan Bara yang tumbuh di perut wanita itu.
"Lalu kau jawab apa? Jangan bilang kau mau jadi istri kedua si brengsek itu?" Alana memicingkan kedua matanya.
"Al kau gila? Mana mungkin aku mau jadi istri keduanya." Ketus Lea dengan bibir yang mengerucut tajam.
"Siapa tahu kau menerimanya karena mencintai si brengsek itu." Sindir Alana, yang langsung mendapatkan pukulan ringan di bahunya. "Lalu apa yang akan kau lakukan sekarang? Apa kau akan mengatakan pada Lou dan Lio tentang kejadian ini?"
"Tidak, lebih baik mereka tidak perlu tahu. Karena urusannya akan panjang jika mereka tahu Bara ada di Jakarta." Lea tidak ingin ke-dua kakaknya datang ke Jakarta, dan membuat kebebasan yang selama ini ia rasakan menghilang begitu saja.
"Tapi Lea bagaimana kalau Bara mengganggumu lagi?" tanya Alana dengan raut wajah yang cemas, karena tidak ingin sepupunya itu tiba-tiba menghilang seperti kejadian beberapa jam yang lalu.
"Ish, kau tidak perlu khawatir Al. Kau lupa aku ini putri Leo dan Lily Richard? Untuk menghadapi Bara adalah hal yang mudah." Bohong Lea karena nyatanya ia ragu bisa menghadapi seorang Bara Klopper, karena dari yang ia lihat pria itu telah banyak berubah setelah berbulan-bulan lamanya mereka tidak bertemu.
Pria itu lebih gila dan lebih posesif dari terakhir kali mereka bertemu, dan setiap kata yang keluar dari Bara Klopper seperti sebuah perintah yang tidak bisa di bantah oleh siapapun.