NovelToon NovelToon
Warisan Kaisar Naga

Warisan Kaisar Naga

Status: sedang berlangsung
Genre:Murid Genius / Raja Tentara/Dewa Perang / Ahli Bela Diri Kuno / Fantasi Timur
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Ar wahyudie

Di Benua Timur Naga Langit sebuah dunia di mana sekte-sekte besar dan kultivator bersaing untuk menaklukkan langit, hidup seorang pemuda desa bernama Tian Long.
Tak diketahui asal-usulnya, ia tumbuh di Desa Longyuan, tempat yang ditakuti iblis dan dihindari dewa, sebuah desa yang konon merupakan kuburan para pahlawan zaman kuno.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ar wahyudie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 22

Langit di atas Akademi memucat.

Awan hitam berputar lambat, menimbulkan desis aneh, seperti suara ribuan ular yang bergerak di balik langit.

Tian Long berdiri di tepi Hutan Roh, menatap ke barat.

Udara terasa berat.

Liu Yuer muncul di sampingnya, napasnya cepat.

“Tian Long… tanah bergetar lagi. Para tetua memerintahkan murid untuk kembali ke menara, tapi aku tahu kau tidak akan pergi.”

Tian Long tersenyum samar. “Langit memanggil, Yuer. Dan aku ingin tahu… apa yang ingin dikatakannya.”

...................        .........................

Langit terbelah seperti kaca yang retak.

Cahaya putih menembus celahnya, menyebar menjadi kilau logam yang berjatuhan dari angkasa.

Bukan hujan, melainkan serpihan langit yang terbakar, setiap butirnya membawa panas yang terasa sampai ke dalam tulang.

Udara mendesis, rerumputan di sekitar mereka mulai layu, dan aroma besi terbakar memenuhi udara.

Liu Yuer melangkah maju, ujung pedangnya mengeluarkan desis lembut ketika qi air bangkit dari dalam tubuhnya.

Bilah itu bergetar, memantulkan cahaya biru kehijauan seperti aliran sungai di bawah sinar bulan.

Ia mengayunkan pedang.

Dari gerakannya, ratusan bilah air muncul di udara, menari dan berputar cepat.

Setiap bilah menebas serpihan langit yang jatuh dari atas, memantulkan cahaya putih ke segala arah.

Suara benturan memenuhi udara, keras dan panas, seperti badai logam di langit terbuka.

Tian Long mendongak, matanya menyipit.

Di langit, cahaya putih mulai menyatu, perlahan membentuk wujud yang terlalu besar untuk disebut manusia.

Dua sayap bercahaya terbentang, dan di antara sinarnya, sepasang mata bintang terbuka — dingin, kuno, dan penuh keputusan.

Tanah bergetar.

Suara dalam yang bukan berasal dari bumi bergema di udara, menusuk langsung ke dalam dada.

“Penjaga bumi, kembalikan napas yang bukan milikmu.”

Angin berhenti sejenak, lalu meledak.

Makhluk itu menukik dari langit, membawa gelombang qi yang menekan bumi sampai tanahnya terbelah.

Cahaya menelan hutan, memecah batu dan memutar udara menjadi pusaran api putih.

Tian Long mengangkat tangannya, qi di tubuhnya naik, menembus udara panas.

Ketika kekuatan mereka bertabrakan, ledakan besar memekakkan telinga, menghempaskan debu dan daun ke segala arah.

Bumi bergetar, udara terbelah, dan pepohonan tumbang bagai rumput di hadapan badai.

Liu Yuer berlari di antara reruntuhan, pedangnya menebas kilatan energi yang datang dari segala sisi.

Namun seberkas kilat turun dari langit, menghantam tanah di sampingnya.

Ledakannya membuat tubuhnya terpental; darah merah muda memercik dari bibirnya, jatuh di atas tanah yang hangus.

“Tian Long!”

Suara itu nyaris tak terdengar di tengah badai qi.

Tian Long melesat, menangkap tubuh Liu Yuer sebelum terjatuh ke jurang di belakang mereka.

Tangannya gemetar saat memeluknya. Darah hangat menetes di lengannya, menyatu dengan debu dan cahaya yang masih menari di udara.

Liu Yuer membuka matanya perlahan.

“Jangan… berhenti…” bisiknya. “Langit… ingin menghancurkanmu… karena kau menentang urutan dunia.”

Tian Long menggenggam pedang di tangannya, wajahnya kini dingin.

“Kalau begitu, biar aku ajarkan padanya bagaimana bumi menolak tunduk.”

...................                    .........................

Ia meletakkan Liu Yuer di balik batu besar yang retak, napasnya tersengal oleh hawa panas yang memenuhi udara.

Bau ozon bercampur tanah hangus menyengat hidung.

Udara bergetar di sekitar Tian Long, menekan seperti gelombang tak terlihat.

Rambutnya terangkat perlahan, berkilau di bawah cahaya yang seolah lahir dari langit itu sendiri.

Langkah pertamanya membuat tanah di bawahnya pecah, menyisakan jejak hitam yang masih berasap.

Suara halus seperti desir bumi bangun dari tidur panjang terdengar di telinganya.

Makhluk langit di atas sana berteriak nyaring, suaranya menembus awan dan menghancurkan keheningan yang tersisa.

Tombak cahaya melesat dari langit, menembus udara yang bergetar panas.

Tian Long mengangkat tangan, telapak tangannya menekan ke depan.

Tanah merespons.

Segel bumi muncul dari bawah kakinya, menyala hijau zamrud seperti magma yang berdenyut.

Dhuar!

Tombak itu hancur sebelum sempat menyentuhnya, pecah menjadi ribuan pecahan cahaya yang jatuh seperti hujan kristal.

Namun serangan berikutnya datang lebih cepat.

Makhluk itu menembus udara, meninggalkan jejak cahaya putih di langit yang redup.

Ledakan sonik bergulung, mengguncang pohon-pohon raksasa hingga akarnya mencuat dari tanah.

Boom! Whung! Kraash!

Suara pertempuran mereka seperti dua gunung yang saling bertabrakan.

Tian Long berdiri di tengah badai itu, matanya memantulkan cahaya langit dan kedalaman bumi.

Ia menarik napas panjang.

Suara yang keluar dari dadanya rendah dan bergema, seolah bumi sendiri berbicara melalui dirinya.

“Aku adalah bumi.”

Ia mendongak menatap langit, pupilnya memantulkan kilatan petir yang menari di awan.

“Aku adalah langit.”

Aura biru kehijauan meledak dari tubuhnya, bercampur dengan kilatan emas yang berputar di sekelilingnya seperti dua naga yang saling melilit.

Langit bergetar, tanah ikut bernafas.

Udara di sekitarnya menekuk, membentuk pusaran besar yang menghubungkan bumi dan awan.

Petir dan debu berputar dalam satu tarikan napas.

Mode Harmonisasi Surga dan Bumi.

Warna hijau zamrud melapisi sisi kirinya, mengalir seperti aliran sungai yang tenang, sementara sisi kanannya diselimuti cahaya emas yang berdenyut seperti kilat hidup.

Setiap gerakannya menimbulkan gelombang qi yang memecah udara, membuat batu-batu di sekitarnya terangkat dan melayang di udara sebelum hancur menjadi debu.

Makhluk langit itu berhenti sesaat, matanya menyala namun bergetar.

Untuk pertama kalinya, rasa takut menodai sorotnya.

Ia menjerit, menciptakan ribuan pedang cahaya yang berputar di langit bagai hujan bintang yang akan jatuh menghancurkan dunia.

Tian Long mengangkat tangan, jemarinya menekan udara.

Wuuuush!

Tanah merespons seruan itu.

Ribuan pilar batu muncul dari bawah, menembus udara dan menghantam pedang-pedang cahaya satu per satu.

Benturan mereka menghasilkan kilatan cahaya yang menyilaukan mata, menyelimuti hutan dengan sinar kehancuran.

Suara ledakan menggulung, menggetarkan gunung dan lembah.

Langit dan bumi beradu, dan di tengahnya berdiri Tian Long — sosok kecil yang seolah menjadi poros dari dua kekuatan alam semesta.

Liu Yuer menatap dari balik batu yang retak, tubuhnya gemetar karena luka dan keajaiban yang ia saksikan.

Matanya berkaca-kaca, suaranya nyaris tak terdengar di tengah badai qi.

“Dia… bukan manusia lagi.”

...................           .........................

Tian Long melesat menembus langit, tubuhnya seperti kilat yang lahir dari bumi.

Awan di atasnya berputar, berkerumun di sekeliling pusaran qi yang memuntahkan cahaya keemasan.

Udara bergetar hebat ketika ia menembus lapisan kabut, meninggalkan jejak cahaya yang membelah langit menjadi dua.

Di hadapannya, makhluk langit itu melayang di antara awan yang menyala, sayapnya terbentang luas menutup cakrawala.

Tubuhnya dipenuhi rune kuno yang berdenyut setiap kali bernafas, memantulkan cahaya putih yang menyilaukan mata.

Angin dan petir menari di sekelilingnya, seperti seluruh langit tunduk pada keberadaannya.

Namun Tian Long tidak menunduk.

Rambutnya berkibar liar di tengah badai qi, matanya membara oleh cahaya yang berasal dari dalam jiwanya sendiri.

Suara hatinya bergema, memantul di antara ribuan kilatan petir yang menari di sekeliling mereka.

“Kalau langit menolak bumi,” suaranya bergemuruh, bukan hanya di udara, tapi di hati setiap makhluk yang mendengar.

“Maka biarlah aku menjadi jembatan di antaranya!”

Ia mengangkat kedua tangannya, telapak menghadap langit.

Tanah di bawah ribuan kaki di bawah sana bergetar, gunung-gunung retak, sungai-sungai memutar arah alirannya.

Dari dasar bumi, cahaya hijau zamrud meledak, naik seperti pilar naga raksasa yang menembus awan.

Tian Long menghantam dada makhluk langit itu dengan kedua tangannya.

Tubrukan itu seperti dua dunia yang saling bertabrakan.

Petir menyambar, bumi bergetar, udara menjerit keras, dan dari langit terdengar suara yang tak bisa disebut — bukan guntur, tapi seolah seruan para dewa yang tersentak bangun.

BOOOOOOMMMMM!!!

1
Nanik S
Laaaanjjuuuuuut
Nanik S
Tian Long cepat buka Titik Formasi
Nanik S
Elder Mo... Pak Tua tak tahu malu muridnya kalah Dia tidak terima
Nanik S
Ujian Roh Lulus dan apalagi
Nanik S
Ceritanya mulai hidup Tir
Nanik S
Di Akademi pasti bertemu musuh pertamanya
Nanik S
Kalau bukan manusia apa Pak Tua
Nanik S
Teruskan
Nanik S
Lanjutkan 🙏🙏
Nanik S
ceritanya bagus tapi buatlah lebih hidup
Nanik S
Kenapa Tian Long bisa jauh dari pamanya
Nanik S
Lanjutkan.... bagus Tor
Nanik S
Darah Naga adalah Kunci
Nanik S
Aku sebenarnya siapa... kasihan
Nanik S
Sebenarnya Anak Siapa Tian Long
Didi h Suawa
💪💪💪💪
Didi h Suawa
awal yg baik,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!