"semua orang memiliki hak untuk memiliki cita-cita,semua orang berhak memiliki mimpi, dan semua orang berhak untuk berusaha menggapainnya."
Arina, memiliki cita-cita dan mimpi tapi tidak untuk usaha menggapainya.
Tidak ada dukungan,tidak ada kepedulian,terlebih tidak ada kepercayaan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tulisan_nic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 Tugas IPA
"Aku sudah menggambar organ-organ pada sistem pencernaan,nah kalian tolong tuliskan penjelasan-penjelasannya ya"
Arkan pura-pura sibuk dengan bukunya saat Arina menjelaskan.Anya izin tidak masuk kelas dengan alasan sakit.Kemudian Elis duduk menyudut seolah takut terlihat
Di sisi ruang perpustakaan yang mereka gunakan untuk mengerjakan tugas kelompok ada kelompok Evan,Dita,Kenzo dan Vivian.Berbeda dengan kelompok Arina,kelompok mereka lebih kompak satu sama lain.
Mereka saling membagi tugas.
Evan menepuk pundak Arkan
"Apa kamu semua yang menggambar ini?"
"Tidak,aku tidak bisa menggambar Serapi itu..kelompok kami ada Arina yang bisa di andalkan. Iya kan Rin?"
Mata Arina membulat,menatap Arkan dengan dahi mengernyit.Lalu beralih menatap Evan
"Arina memang bisa di andalkan,dan kamu adalah pecundang yang bisa nya berlindung di belakang"
"Maksudmu apa? Ha?"
Arkan hendak berdiri,tangannya sudah mengepal.
Evan menahan bahu Arkan,hingga Arkan terduduk kembali di kursinya
"Apa kamu selalu seperti ini Arkan? Kalau orang tua mu tahu apa kau akan tetap seperti ini?"
Arkan terdiam,rahangnya mengeras tangannya masih mengepal...tapi dia tahan sekuat-kuatnya
"Sebaiknya kamu berusaha untuk lebih berguna Arkan"
Sambil berlalu kembali duduk di kursinya.
Arkan mendengus kesal,tangan yang mengepal ia masukkan ke saku celana.
"Arina,cepat kasih tahu aku apa saja yang harus aku tulis"
"Di bagian ini kamu tuliskan di gambar organ ini ya"
Kata Arina sambil menyerah kan buku yang terbuka.Disana sudah ada catatan rinci tentang penjelasan masing-masing organ
Elis diam saja,tangannya gemetaran.Beberapa kali dia membenarkan kaca mata,dengan gerakan gugup.
Arina mengoreksi ulang gambar yang dia buat.Memastikan apa sudah benar semua detail gambar.
"Elis kamu tolong tulis di bagian ini ya" sambil menyerahkan karton kepada Elis.
"Ini penjelasannya"
Dalam hati Arina
"Syukurlah,pekerjaanku jadi lebih ringan.Evan terimakasih"
Arina menoleh ke arah Evan,tatapan mereka bertemu.
saling bertukar senyum.
Disisi lain,Dita memperhatikan antara Arina dan Evan
Dihatinya
"Mereka...memang saling suka,sudah lah..bodo amat"
"Arina sahabatku,Evan juga..aku tidak mau persahabatan kami hancur gara-gara perasaan aneh ini"
Vivian menyikut lengan Dita
"Heh...bengong mulu,nih bantuin"
"Iya...sini,mana yang harus di tulis"
***
"Mak...Kupas bawangnya seberapa?"
"itu setengah kilo saja"
"iya Mak"
Arina duduk di bangku kedai,kedai mie sedang sepi.
sambil bersenandung kecil,Arina terus mengupas kulit bawang.Setelah pulang sekolah seperti biasa Arina akan membantu pekerjaan Mamak
"Arina,temanmu yang Tuan muda itu baik sekali ya"
"Evan memang seperti itu Mak,dia baik...tapi.."
"kenapa?"
"Dia pinter banget,Arina ngga bisa kalahin dia"
"kamu ngga belajar sungguh-sungguh"
jawab Mamak datar tanpa menatap Arina.
Arina yang mendengar terdiam,tangannya berhenti mengupas.Di hatinya..
"Nggak sungguh-sungguh?,Ya ...Allah Mak. Apa Mamak ngga pernah lihat sekali saja betapa aku berusaha sekuat yang aku bisa? kenapa Mamak selalu saja tidak menganggap apa yang aku lakukan?"
Meski hatinya sakit,Arina tetap meneruskan pekerjaannya.Namun bibir mungilnya tak lagi bersenandung.Dia hanya diam sambil menahan perih.
***
Pagi-pagi Arina sudah mulai berjalan menuju sekolah.
Langkahnya cepat sambil membawa gulungan karton tugas kelompok yang sudah di kerjakan kemarin
Tiba-tiba sebuah mobil hitam mengkilap berhenti,kaca mobil di turunkan
"Arina,ayo...naik"
Vivian membukakan pintu mobil untuk nya,Arina tersenyum melirik Pak Anton melihat reaksinya.
Pak Anton tersenyum tipis pada Arina
"Cepat Arina"
"Iya..iya..sabar"
Arina dan Vivian duduk bersisian di kursi penumpang.Mobil melaju pelan
"Arina,kemarin aku lihat Dita seperti menyimpan sesuatu"
"Sesuatu apa? Aku ngga ngerti"
"saat kita mengerjakan tugas kelompok,Evan dan kamu saling lempar senyum...Aku melihat Dita bengong seperti ada yang dia pikirkan"
"itu pikiran mu saja mungkin Vivian"
"aku serius,beberapa kali juga aku pernah melihat dia begitu...atau jangan-jangan Dita suka sama Evan,tapi Evan kan sukanya sama kamu"
"Hah...? Siapa bilang Evan suka sama aku?"
"dasar Arina bodoh,mana ada cowo yang kasih perhatian seperti itu kalau dia tidak punya rasa suka"
"Evan memang baik,dia perhatian pada kalian juga. bukan cuma sama aku kok"
"Ah ..susah memang kalau ngomong sama orang yang ngga peka"
"Ngga peka gimana?...Menurutku Evan itu orang yang...."
"Orang yang apa?"
"Ah...sudahlah,sebentar lagi kita sampai"
Dalam hati Arina
"bahkan aku ngga bisa benar-benar berterus terang tentang perasaanku pada Vivian.Menurutku,Evan itu adalah penghalang...dia baik,karna kebaikannya semua orang menyukainya tapi bagiku...ini suatu hal yang tidak akan pernah bisa aku capai walau aku berusaha sekuat apapun itu,aku akan tetap kalah dengannya"
***
Kelas jam pertama,Pak Fikri sudah berdiri di depan kelas.
"Baik Anak-anak,Saya akan memanggil satu persatu kelompok..untuk menjelaskan tugas yang kalian kerjakan. Yang pertama kelompok satu silahkan maju"
Kelompok satu adalah kelompoknya Evan,Dita, Vivian dan Kenzo.Mereka menerangkan satu persatu sesuai bagiannya.Kelompok mereka sangat mulus,penjelasannya sangat terstruktur. Saat Pak Fikri melemparkan pertanyaan,dengan cepat mereka menjawab benar
"Nilai A+ buat kalian,bagus sekali" Pak Fikri memuji
Kelompok demi kelompok maju,tiba giliran kelompok Arina
kelompoknya hanya tiga orang, Arina,Elis dan Arkan.
Anya masih izin tidak hadir karna sakit.
Arina menjelaskan lebih banyak. Penjelasan Arina hati-hati dan rapi...tapi di bagian Arkan dia menjelaskan dengan kalimat yang terbata-bata tidak terstruktur, melompat-lompat seperti orang yang terburu-buru agar cepet selesai.Pak Fikri mengernyitkan dahi.Lalu tiba giliran Elis..Dalam hati Arina
"Elis...semoga kamu menjelaskannya dengan baik.Kamu harapan terakhir untuk nilai yang bagus. Setidaknya kalu tidak mendapat nilai A+,nilai A saja cukup"
Tapi harapan Arina sirna,Elis lebih banyak membenarkan kacamatanya dari pada bicara. Sekalinya bicara kalimatnya terpotong... tersendat-sendat karna gugup yang amat hebat
Arina menghela nafas,pasrah.
"Sudah pasti nilai kami akan jelek"
Saat Pak Fikri mengajukan pertanyaan Arina langsung menjawab dengan benar,tapi karna pak Fikri melihat hanya Arina yang jawab,pertanyaan berikutnya ia lemparkan kepada Arkan dan Elis.
Dan benar saja,pertanyaan itu tak satu pun di jawab benar...parahnya lagi Elis hanya diam memundurkan badannya bersembunyi di balik badan Arina seolah takut sekali terlihat.
"Saya tahu,siapa yang benar-benar bekerja dalam kelompok kalian. Tapi karna ini adalah tugas kelompok masing-masing mendapat kan nilai yang sama. Nilai kalian D"
Arina terdiam,dalam hati
"Pertama kalinya aku mendapat nilai D. Ya..Allah aku sudah berusaha. Tapi...nilai D itu tetap jadi milikku"
Evan menatap Arina,dalam hati
"Arina,kamu sudah berusaha.. orang-orang itu yang membuatmu jatuh bukan kamu,Kamu tetaplah yang terbaik"
*
*
*
~wah gimana tuh,Arina menganggap Evan adalah penghalang,sedan Evan menganggap Arina adalah yang terbaik
Masih suka sama ceritanya? Jangan lupa klik like dan Subscribe,sama itu hadiahnya jangan lupa...biar aku makin semangat buat Update
~ Salam hangat dari penulis🤍