Wanita cantik dengan segudang kehidupannya yang kompleks, bertemu dengan laki-laki yang mengerikan tapi pada akhirnya penuh perhatian.
Dengan latar belakang yang saling membutuhkan, akhirnya mereka di pertemukan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Emlove 35
Demitri meringis kesakitan, Rosa sudah menekan kasar area lebam di sekitaran bibirnya.
"Sengaja!" ucap Rosa kesal.
"Kamu tega?!"
"Tuan Demitri juga"
"Aku hanya menghentikan mu bicara, aku pusing, badanku sakit semua"
"Bukan karena saya kalau itu, Tuan sendiri ngapain sok jago mau ikut tantangan gila, kalau terjadi apa-apa bagaimana?, saya juga yang repot!"
"Memangnya kamu mau aku lemparkan diatas ranjang laki-laki hidung belang itu?"
"Apa?!" Rosa terkejut.
"Kok saya?"
"Pilihan ke dua itu kamu, aku sudah menduga hal itu"
Rosa terdiam sejenak, pandangan mereka bertemu, dan Rosa mengoleskan obat pereda nyeri dengan pelan ke wajah Demitri.
"Terimakasih, dan maaf saya gak tau Tuan"
Demitri masih menatap wajah Rosa, entah kenapa saat wanita di depannya itu berkata pelan penuh sesak rasanya hatinya juga ikut merasa tak tega.
"Bukan salahmu, memang dia terkenal dengan cara-cara anehnya dalam menjalankan bisnis, aku paham betul, untuk itu aku mengatakan hal itu sebelumnya, dia yang paling sulit"
Rosa terdiam, kembali menatap mata Demitri, dan satu usapan terakhir di bibirnya, luka yang paling parah menurut Rosa.
"Dan Tuan Demitri akhirnya berhasil" Rosa memberikan senyumnya.
Demitri membalasnya, sentuhan terakhir yang membuat bahagia, merasakan sesuatu yang perlahan hangat dalam hatinya.
"Hem, bisa kamu turunkan tanganmu sekarang?" Rosa terkejut, Rupanya dia terlalu lama menatap Demitri hingga sesaat mematung di tempat, tanpa disadari tangannya masih menyentuh wajah tampan nan rupawan tapi banyak duri yang siap menancap.
"Oh iya, maaf Tuan"
Demitri hanya tersenyum tipis, lalu kembali merebahkan kepalanya di sofa, sejenak terasa perih di beberapa area wajahnya, tapi kenapa saat di obati tadi gak terasa ya, batinnya.
Ada perasaan lega, Rosa akhirnya mengabari adiknya bahwa kepulangannya akan di percepat, besok bisa di pastikan sudah kembali kerumahnya.
"Rumah?" Rosa mendesah pelan, seketika dadanya penuh saat teringat akan satu masalah, bahwa sang nenek memutuskan untuk meninggalkan rumah lama yang penuh dengan kenangan.
Dan tak lama, Ponselnya berbunyi, senyumnya mengembang, dikira dari Rafael yang mungkin akan meluapkan rasa senang akan kabar kepulangannya, tapi_
"Bulek gak mau tau, besok Kalian harus sudah pindah dari rumah itu, sudah ada pembeli dengan harga yang tinggi, dan pengennya besok mau di renovasi"
"Loh, memangnya sertifikat rumah sudah nenek kasihkan?" tanya Rosa terkejut.
"Sudah aku minta tempo hari, Rumah itu hak ku, dan milikku, kamu gak usah ngatur-ngatur, dan besok kalian harus sudah pindah, ngerti?!"
"Tapi aku masih ada di luar negeri bulek, mana mungkin hal itu aku lakukan besok, bukannya nenek masih minta waktu?"
"Kalian terlalu lama, kamu kira uang bisa jatuh dari langit, aku butuh uang untuk bayar hutang, jangan merepotkan!"
"Ya Tuhan Bulek, Nenek sudah tua, mana mungkin ngurusi hal ini sendirian, tunggu aku besok sudah pulang"
Klek!
"Bulek, bulek Nia, Hallo!!" teriak Rosa.
Rafael segera di hubungi kembali, Rosa berbincang serius dalam hal ini, berharap bulek ya akan mengerti, dan Rafael siap untuk datang dan meminta waktu lagi.
Rosa sedikit lega, semoga sang adik bisa diandalkan, batinnya.
Sementara di ruangan yang lain, Demitri tengah pusing dengan ceramah sang Opa yang sudah mengirimkan beberapa foto wanita.
"Kamu pilih yang mana?"
"Opa, please_, bisa kita bahas ini lain kali, aku sudah memenangkan banyak tender besar dalam waktu 3 hari, otakku terlalu lelah"
"Jika otak mu lelah, biarkan otak Opa mu ini yang bekerja, kamu tinggal tunjuk yang mana"
Ya Tuhan sang penguasa seluruh alam, ya mana bisa milih calon istri tinggal nunjuk kayak milih barang saja, Opanya benar-benar sudah gila, batin Demitri.
"Tidak ada yang cocok" sahut Demitri, dan seketika mematikan ponselnya sebelum bertambah pusing, perkara nanti pulang dapat pukulan dari sang Opa, itu urusan belakang, lelah jiwa rasanya.
Dengan sisa tenaga yang ada, Demitri tidak bisa berbaring begitu saja di atas kasurnya, memilih berjalan menuju balkon kamar untuk melihat pemandangan, mungkin bisa meringankan pikiran soal jodoh dan pasangan yang membuatnya merasa mual karena teringat masa lalunya.
Diam dan memandang alam sekitar, sangat indah, ada perbukitan luas yang terhampar di sekeliling nya, Demitri mengedarkan pandangan, lalu tatapannya berhenti di satu titik dimana sepertinya dia tak sendirian berada di balkon saat ini.
Diseberang sana, terlihat Rosa melakukan hal yang sama, berdiri dipinggiran balkon kamarnya, menatap lurus kedepan namun dengan mata yang tertutup rapat.
"Kamu tidur?!" seru Demitri dan mengejutkan Rosa.
Rosa menoleh dan terdiam sambil menatapnya, mungkin masih tak percaya kalau yang sedang meneriaki dirinya adalah Demitri yang dikira sudah tertidur lelap setelah adu jotos dengan lawannya.
"Loh, Tuan Demitri ngapain disini?" Rosa balik tanya.
"Kamu sendiri?"
"Cari angin!"
"Sama"
Jawaban yang menurut Rosa Ngadi Ngadi saja, mana mungkin sama, secara dia mah golongan Raja ibarat kata, mau apa saja bisa, memangnya ada masalah dalam hidupnya yang bisa bikin dia sekedar keluar untuk cari angin?, gak seperti hanya remah-remah rengginang yang semburat ke sana-sini, batinnya.
"Tuan istirahat saja, lagian angin gak perlu di cari untuk Tuan Demitri, nanti malah masuk angin, kalau kurang saya kasih angin topan, mau?"
Demitri hanya menghela nafasnya, selalu ada saja topik konyol yang keluar dari ucapan sang sekretarisnya ini.
"Kamu juga tubuh kerempeng gitu ngapain cari angin, bahaya, bisa kembung, gede perutnya"
"Gak mungkin lah, yang bisa gedein perut wanita itu bukan angin, tapi burung laki-laki, gak percaya?"
Seketika Demitri mulai merasa pening, memijat pelipisnya, ini omongan mulai ngawur pastinya, namun aneh, bukannya berhenti, justru Demitri malah menjawabnya, ibarat orang berkata, menebar umpan untuk dapat ikan.
"Nggak percaya, kecuali di coba, mau?" sahut Demitri, niat hati menakuti Rosa sang perawan ting ting katanya, eh tapi ternyata_
"Boleh, tapi ada syaratnya"
"Apa?"
Ini kedua insan mulai dalam mode pikiran kalut, galau dan semrawut pastinya, makin kemana-mana ngomongnya, sama saja!.
"Lompat dari balkon Tuan Demitri langsung ke sini, berani?!" Rupanya niat banget Rosa membunuh Bos nya, pasti takut dia, Rosa tertawa dalam hati, makanya jangan main-main sama wanita yang sedang kacau pikirannya, batinnya.
Demitri menatap tajam, ada senyuman santai dari bibir wanita yang terkesan menantangnya, dan jelas seorang Demitri tak terima.
Sedetik kemudian, Demitri tersenyum tipis, berjalan ke arah samping, dengan tatapannya yang tak melepas Rosa begitu saja, minta dikasih burung beneran ini orang, batin Demitri yang siap beraksi.
Rosa yang awalnya santai dan hanya tersenyum meremehkan, mulai terkejut dengan apa yang dilakukan, Demitri dengan kaki panjangnya ternyata mampu melompat tanpa takut jatuh dari lantai teratas hotel yang di tempati.
"YA TUHAN, AWAS!!"
Ayo dong, kasih VOTE nya, biar karya ini bisa lanjut dengan lancar, jangan lupa KOMEN ya
Bersambung.
😄😄😄😄