Bukan Lagi Gadis Lemah
Plakk
Brukk
Seorang wanita muda terjatuh, dia tersungkur ke lantai marmer yang dingin. Dengan kedua tangan merah seperti terbakar. Dan dengan wajah yang babak belur.
"Dasar tidak berguna! aku menyuruhmu memasak air. Kenapa lama sekali?"
Seorang wanita berambut panjang keriting tampak menendang wanita yang jatuh itu.
Wanita muda di yang sudah tergelak di lantai itu sudah terisak. Dia sangat kesakitan.
"Ampun kak, sakit. Aku mohon maafkan aku"
"Dia sepertinya sudah tidak berguna lagi! lagipula dia sudah tanda tangan surat itu kan? semua peninggalan ibunya akan jadi milik kita. Kalau begitu kita singkirkan saja dia!"
Shanum membelalakkan matanya. Wanita muda itu sangat ketakutan.
Kepalanya terus menggeleng, meminta ampun pada kedua kakak tirinya yang punya niat menyingkirkannya itu.
"Tolong jangan lakukan itu, aku sudah menjadi pelayan kalian. Aku menuruti apapun yang kalian katakan. Jangan bunuh aku..."
Shanum memang sudah sangat menderita selama ini. Usianya baru 23 tahun, tapi dia sudah 5 tahun ini mendapatkan penyiksaan yang sangat kejam dari kedua kakak tirinya itu. Ayahnya juga tahu, tapi memilih menutup mata. Karena memang ibunya Shanum, bukanlah wanita yang ayahnya cintai dengan tulus. Kasih sayang ayahnya itu, meski ayah kandung, sepertinya juga tidak terlalu besar pada Shanum. Tidak seperti pada Dion, dan Diana. Anak kandung Ricky dengan Yuyun istrinya saat ini.
Namun, meski Shanum sudah memohon. Dion tampaknya tidak perduli. Pria itu menyerat satu tangan Shanum menuju ke arah pintu.
Diana bahkan tertawa begitu keras melihat Shanum tersiksa dan menangis serta meminta tolong di lepaskan. Tangannya sakit, rasanya seperti mau putus.
Tangannya itu ditarik dengan sangat kuat, bahkan tangan satunya lagi ingin mencoba melepaskan tapi tetap saja tidak bisa. Jadinya malah membuat tubuh Shanum melintir kesakitan.
Bahkan ketika akan menuruni anak tangga. Dion tidak melepaskan Shanum. Para pelayan yang melihat bagaimana Shanum berteriak kesakitan, hanya bisa menahan tangis. Mereka ingin membantu, tapi mereka juga tidak berdaya.
Anak buah Dion sudah menunggu di dekat mobilnya. Bahkan saat tubuh Shanum yang lemah itu terjatuh di bebatuan atas rumah. Dion sama sekali tidak berhenti menarik Shanum.
Jejak berwarna merah terlihat jelas di lantai marmer dengan warna putih gading itu. Bahkan rerumputan yang hijau di jalan menuju ke dekat teras juga penuh dengan bercak merah yang terlihat masih segar.
"Sakit kak, tolong lepaskan. Sakit..."
Rintihan dan permintaan Shanum yang sangat merasa kesakitan di seluruh tubuhnya itu sama sekali tidak di dengar oleh Dion.
Brukk
Hingga saat mereka tiba di dekat mobil. Dion baru melepaskan tangan Shanum.
"Kamu ikut tidak?" tanya Dion pada Diana.
Adik kandung Dion yang hanya berbeda satu tahun dengan Shanum itu mengangguk dengan cepat.
"Tentu saja, siapa yang akan melewatkan pemandangan menarik. Saat dia tenggelam di danau"
Mata Shanum sudah tak sanggup lagi melebar. Meski dia masih bisa mendengar dengan jelas apa yang dikatakan oleh Diana. Dan dia sangat terkejut akan hal itu. Tapi dia sungguh tidak dapat melakukan apapun. Dia benar-benar tidak sanggup melakukan apapun. Dia sudah tidak berdaya.
"Masukkan dalam bagasi!" kata Dion pada anak buahnya.
Sungguh tidak punya hati. Bukan memasukkan Shanum di tempat duduk bagian penumpang belakang mobil itu. Dion memasukkan Shanum di dalam bagasi. Sungguh manusia yang sangat kejam.
Shanum hanya bisa menangis. Saat tubuhnya di masukkan paksa, bukan seperti memperlakukan manusia. Tapi seperti sebuah barang yang jika tidak bisa masuk, ditekan dan didorong dengan paksa.
Rasa sakit di sekujur tubuhnya, membuat Shanum terus menangis. Dia benar-benar menyesali semuanya. Semua yang terjadi.
Setelah ibunya meninggal, dia setuju ayahnya menikah lagi. Karena memang dia ingin mendapatkan kasih sayang dari sebuah keluarga.
Awal-awal masuk ke dalam rumah ibunya itu. Yuyun dan kedua anaknya juga bersikap sangat baik. Katanya masih saudara jauh dari sang ayah. Tidak disangka, ternyata wanita itu adalah wanita simpanan ayahnya, bahkan dua anak itu juga anak kandung ayah Shanum dengan wanita itu. Setelah pernikahan itu terjadi. Sikap ketiga orang itu berubah pada Shanum. Bahkan ketika Shanum mencoba mengadukan sikap berbeda dan cenderung kasar dari ibu tiri dan kedua kakak tirinya itu pada ayahnya. Ayahnya Shanum malah marah pada Shanum.
Ayahnya kerap mengatakan Shanum terlalu manja. Tidak bisa di ajak bercanda. Tidak baik pada saudara. Selalu Shanum yang disalahkan. Apalagi kedua kakak tirinya itu juga pandai sekali berakting. Bahkan di mata semua orang di luar. Baik itu di sekolah, atau di kampus. Shanum memang yang suka cari masalah, karena terlalu manja. Dan tidak mau kalah pamor dengan Diana.
Shanum berusaha mengalah selama ini. Dia berusaha untuk lebih sabar. Lebih pengertian pada Diana dan Dion. Tapi pada akhirnya, mereka juga menginjak-injaknya. Dan sekarang, setelah memaksa menyerahkan semua aset warisan ibunya Shanum pada ayahnya. Kedua orang kakak tirinya itu ingin menyingkirkannya.
Tangis penyesalan semakin membuat sekujur tubuh Shanum terluka. Membuatnya semakin lemah dan lemah setiap detiknya.
Hingga kepala terbentur salah satu dinding bagasi mobil. Mobil itu sudah berhenti.
Pintu bagasi itu terbuka. Tapi meskipun gelap di sekitarnya berubah menjadi terang. Itu adalah awal kegelapan lain bagi Shanum.
"Keluar!" kata salah satu anak buah Dion.
Pria berusia 25 tahun itu sudah berada di dekat mobil. Menunggu anak buahnya mengeluarkan Shanum dari bagasi dengan sebuah tongkat golf di tangannya.
Brukkk
"Kak, tolong ampuni aku. Aku sudah menyerahkan semua asetku pada kalian. Tolong lepaskan aku!"
Shanum benar-benar hanya ingin hidup. Jika dia diusir dari rumah itu. Dia bahkan tidak masalah. Dia benar-benar hanya ingin hidup.
Namun dua kakak beradik serakah di depannya malah terkekeh.
"Mengampunimu? jangan mimpi. Aku sudah kesal sejak lama padamu. Karena kamu dan ibumu itu. Ayah meninggalkan kami belasan tahun. Ibuku menangis setiap malam merindukan ayah. Itu sangat menyedihkan. Yang jahat itu kamu dan ibumu. Kalian perusak keluargaku!" kata Diana.
"Oh ya, karena kamu sudah mau mati. Biar aku katakan satu rahasia padamu. Sebenarnya ayahku yang mengganti obat ibumu dengan racun, ha ha ha" Dion terkekeh.
Seolah apa yang dia lakukan itu bukan sesuatu yang salah.
Tubuh Shanum semakin lemas mendengar apa yang dikatakan oleh Dion.
"Apa katamu?" lirihnya merasa tidak bisa mempercayai perkataan Dion itu.
"Kamu tuli ya? aku yang mengatakan ayah yang telah membunuh ibumu! ha ha ha"
"Ha ha ha"
Shanum melihat kedua kakak beradik itu dalam keadaan lemahnya, secara bergantian. Keduanya tertawa sangat puas. Seolah kematian ibunya adalah sesuatu yang sangat membahagiakan bagi mereka dan patut di tertawakan seperti itu.
Hancurnya hati Shanum tak terkira. Sang ayah yang ternyata membunuh ibunya. Ayahnya? kenapa? kenapa ayahnya begitu kejam?
***
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Sulati Cus
eh.. namanya sm lg sm keponakan ku yg usia nya 1,5th jg kangen sm El shanum
2025-09-12
2
Erchapram
Baru sempat mampi nih Thor. Perlu bantuan gak Shanum? ada golok nih buat tebas kepala para saudara tiri lakhnat.
2025-09-17
2
Azahra Rahma
seru nih,,maaf Thor baru mmpir
2025-09-13
2