Ketika mimpi tidak sesuai dengan realita!
Kaira, seorang gadis sederhana, tak pernah membayangkan hidupnya akan berubah drastis ketika dinikahi oleh pria kaya keturunan bangsawan terhormat, Kairo Archipelago Attar. Pria yang selama ini tampak ramah dan penuh pesona justru menunjukkan wajah aslinya setelah mereka menikah.
Bagi Kairo, Kaira bukanlah istri—melainkan pion. Tujuannya hanya satu: membuka kedok para pengkhianat dalam keluarga bangsawan Archipelago Attar, meski harus mempertaruhkan nyawanya sendiri.
Namun, pernikahan itu menyeret Kaira ke dalam pusaran intrik, politik, dan dendam. Ia menerima penghinaan dan perlakuan kasar dari keluarga bangsawan yang membencinya. Di tengah kekacauan itu, hanya satu pertanyaan yang terus menghantui:
Apakah Kairo akhirnya akan membuka mata dan melindungi istrinya?
Atau tetap memilih mengorbankannya demi rencana yang sudah ia bangun?
“Aku menikahi mu untuk menghancurkan mereka… tapi justru aku yang hancur karena mencinta mu.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
The Royals — BAB 22
HARUS ADA BUKTI KARENA MASIH TERSANGKA
“Setelah kepergian Sultan Wijaya, kini Archipelago ada di tangan Anda selagi masih belum diketahui siapa pewarisnya. Sebagai kerajaan yang masih aktif dan tertua di jaman ini, tolong bantu ekonomi bangsa ini agar tetap berkembang seiring bertambahnya warga Indonesia, Tuan Raziq.” Jelas seorang asisten wakil dari pemerintahan yang memang selalu dibantu oleh Archipelago Attar.
Mendengar itu, Raziq menyetujuinya. “Archipelago akan membantu sebisa mungkin. Tapi semuanya harus seimbang.” Kata Raziq terus terang.
Pria paruh baya berkacamata itu dengan rambut cepak nya, berkerut alis. “Saya pikir peraturan masih sama.” Kata pria itu tersenyum heran.
“Saat ini Archipelago Attar tidak lagi dipegang oleh Sultan Wijaya. Ya, jika dulu memang kakakku melakukannya dengan sukarelawan, tapi saat ini, aku juga memikirkan masa depan bangsawan ini yang kapan saja bisa bangkrut ataupun hancur.” Jelas Raziq yang dimengerti oleh pria tadi.
Namun tetap saja, imbalan yang diminta Raziq benar-benar jauh dari keinginan Sultan Wijaya yang selalu royal dan senang membantu daripada harus menerima imbalan seperti Raziq.
Kedua pria tadi saling berjabat tangan. “Senang bekerjasama dengan Anda! Besok, kami akan menunggu.”
...***...
Kairo terbangun lebih lama, entah karena nyaman berada di ranjangnya sendiri atau karena ada seseorang yang kini tidur memeluknya bak guling.
Pria itu membuka mata dan menoleh ke sosok Kaira yang tidur sembari memeluk perutnya dan menempel bak ada perekat diantara mereka. Seketika ia menyentuh tangan Kaira yang berada di perutnya dan hendak menyingkirkannya, namun ia urungkan sembari menarik napas panjang.
“Ehem!” dengan sengaja, Kairo berdeham 2 kali sampai Kaira terbangun dari tidurnya.
Sadar akan posisinya saat ini, Kaira menatap sekilas ke suaminya yang masih memejamkan mata hingga ia langsung terbangun ketika dia sadar telah memeluk pria itu.
“Hffuuu... untung dia belum bangun.” Gumamnya pelan dan segera pergi ke kamar mandi, meski kepalanya sedikit pusing karena baru bangun tidur.
Melihat kepergian istrinya, barulah Kairo terbangun. Pria itu menghela napas lega sebelum akhirnya dia bangkit dari kasurnya menuju ke balkon untuk menghirup udara segar sembari mengamati halaman mansion yang begitu ramai akan para pelayan yang sibuk bekerja.
Hingga ia berkerut alis dan sedikit menyipitkan matanya ketika melihat Kalindi baru saja keluar entah dari mana, namun dia nampan terburu-buru segera masuk ke rumah.
“Aku sudah selesai.” Kata Kaira yang lebih cepat dari dugaannya.
Wanita itu hanya sekedar memberitahu saja dan Kairo menoleh sekilas, hingga akhirnya Kairo segera ke kamar mandi dan meninggalkan Kaira yang kini duduk di sofa sambil bermain ponselnya.
Saat asik scrol berita. Ia melihat wajah suaminya terpampang jelas nan tampan yang membuat Kaira penasaran. Tentu, dia membuka berita itu dan melihat videonya— video tentang bagaimana Kairo mengatakan bahwa dia tak bersalah atas kematian ibu Kusuma dan pelayan.
Dengan teliti dan bingung, Kaira menatap suaminya di layar ponsel tersebut. -‘Apa yang sebenarnya kau mainkan?’ batin Kaira.
Cklek! sampai suara pintu kamar mandi membuatnya langsung mematikan ponselnya dan berdiri dari duduknya, menatap ke arah Kairo yang masuk ke ruang ganti.
“Tuan Kairo!” panggil Kaira yang kini berdiri di belakang Kairo sehingga pria itu menoleh dan berbalik menatap istrinya dalam keadaan mengenakan bathrobe abu-abu.
“Terima kasih.” Ucap Kaira tanpa senyuman, namun ucapannya sangat tulus.
“Hm.”
Sungguh balasan yang dingin dan angkuh. Kaira sendiri bingung harus mengatakan apa, namun dia tak ingin memancing mood seseorang dan memilih pergi.
“Meski aku mengatakan semua itu, bukan berarti orang lain mempercayainya. Aku juga butuh bukti darimu sendiri, jika memang kau bukan pembunuh nya.” Kata Kairo yang meraih kemeja putihnya dan berbalik menatap Kaira, yang juga menatapnya. “Setidaknya tunjukan kepada kami, agar mereka yang tidak menyukaimu bisa tutup mulut.”
Pria itu berjalan melewati Kaira dan kembali masuk ke kamar mandi.
Ucapan Kairo yang terdengar dingin namun sangat memberi dorongan kepada Kaira, walaupun sejujurnya Kairo tahu kalau yang bersalah bukanlah istrinya, melainkan orang lain.
...***...
“Hah.... sangat menyegarkan setelah berkeringat mengurus hal tidak berguna.” Gumam Kalindi yang kini berendam air susu dan mawar di bak mandi bundarnya.
Sambil merentangkan kedua tangannya, dia menatap lurus. “Di mana dia menaruh surat itu? Sialan!” kesal Kalindi memejamkan matanya.
“RAKA!!!” teriak Kalindi yang langsung dihampiri oleh pria centil bernama Raka.
“Ada apa Nyonya? Anda butuh air susu lagi? Atau kelopak mawar nya kurang?”
“Diam!”
Pria itu langsung terdiam, menempelkan jari telunjuknya ke bibirnya.
“Cari surat dengan amplop warna merah disekitar lorong menuju kamar Kusuma. Jangan membuat orang lain mencurigai mu.” Pinta Kalindi.
“Ba-baik Nyonya.”
“Dan iya. Pilih pria yang bertubuh kekar, suruh dia masuk, katakan ini perintah dariku. Dan jangan lupa berikan bayaran untuknya.”
Sambil tersenyum penuh percaya diri, Kalindi mengatakannya. Tentu Raka juga mengikuti senyumannya yang nakal. “Keinginanmu adalah perintah untukku, Nyonya!” jawabnya yang segera keluar melaksanakan tugasnya.
Tak berselang lama, pria bertubuh kekar yang dimaksud tadi, baru saja masuk dengan mengenakan pakaian yang masih lengkap.
Pria berwajah tegas, bertubuh kekar kulit cokelat. Pria itu berdiri di samping bak mandi Kalindi. “Kau bisa membukanya sekarang dan mendikan aku!” pinta Kalindi benar-benar menjijikan.
Hubungannya dan Raziq juga sudah usai sejak lama.
Pria tadi mulai melepas jaket krem nya, melepaskan kaos putih hingga bertelanjang dada yang membuat Kalindi terpesona melihat otot-ototnya, lalu yang terakhir pria itu membuka keseluruhan celananya sehingga tak ada sehelai benang yang menutupinya.
Anggap saja dia seorang gigolo.
Pria itu masuk ke bak mandi saat Kalindi memajukan dirinya dan membiarkan pria tadi berada di belakangnya sembari memijat pundak dan mengusap kulit lembutnya yang lain.
.
.
.
“Kau tidak pergi ke kantor hari ini?” tanya Caesar yang baru saja menghampiri Kairo di sebuah teras mansion.
Pria berkemeja biru muda itu masih asik merokok santai saat kakak tirinya kini menatapnya penuh ancaman.
“Aku ingin bersantai dan mengamati situasi di sini. Lagi pula, bukan aku yang bertanggung jawab penuh atas perusahaan Archipelago.” Jelas Kairo menyeringai kecil dan menoleh ke Caesar si pria berkumis tipis.
“Apa ada kata sindiran di dalamnya?”
Kairo masih menyeringai kecil mendengar nya. “No! (Tidak)!”
Keduanya terdiam beberapa saat, hingga Caesar mulai mengeluarkan rokoknya dan Kairo menyerahkan korek api.
“Hhhffuuu....” Asap mengepul di udara tatkala Caesar dan Kairo sama-sama merokok.
“Aku sudah melihat berita mu kemarin. Aku tidak menyalahkan mu karena membela istri, tapi sayangnya dia masih menjadi tersangka. Para pelayan membicarakannya, begitu juga dengan publik. Awasi saja dia, agar tidak ada lagi yang terbunuh!” jelas Caesar saling beradu pandang dengan Kairo, lalu ia pergi begitu saja.
Ucapan Caesar menunjukkan bahwa terbunuhnya seseorang bisa saja karena kesalahan Kaira. Atau mungkin yang lain?
Trus u Kaira jg dibiat menye2 lah karakternya. Calon istri sultan harus badas dan cerdik bukan malah senyum2 sendiri blm2 bayangin anak sultan
apakah kalindi memenjarakan seseorang..
jd musuh yg sebenarnya kalindi & raziq anggota keraja,an sendirikah???
kaira mencari tahu krn merasa di sudutkan oleh kelg suaminya & bahkan suami nya jg menyuruh nya mencari dalang kematian ibu nya ..
kaira itu sebenarnya tegas & pemberani..
cuman dia kesal karena merasa kairo memanfa,atkan nya 🙂🤣😂😍🫢🤭
isi amlop nya masih teka-teki yah guys 🤣😄
apakah kairo tahu klu caesar itu anak raziq..