NovelToon NovelToon
One Night Recipe

One Night Recipe

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Cinta pada Pandangan Pertama / Chicklit
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Giant Rosemary

Kehidupan Amori tidak akan pernah sama lagi setelah bertemu dengan Lucas, si pemain basket yang datang ke Indonesia hanya untuk memulihkan namanya. Kejadian satu malam membuat keduanya terikat, dan salah satunya enggan melepas.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Giant Rosemary, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pemulihan Dua Dara

Dua minggu berjalan lebih cepat karena keingin Lucas untuk bisa kembali ke lapangan sangat kuat. Lututnya masih dalam pengawasan ketat, tapi karena tekadnya, kembali berlatih dan berlari untuk persiapan pertandingan bukanlah hal yang sulit.

Suasana di dalam tim masih tidak berubah banyak. Bahkan setelah diberikan sanksi karena telah terbukti melakukan perbuatan yang mencelakai rekan setimnya, pemain yang membuat cedera Lucas kembali kambuh masih menatap Lucas dengan tatapan tidak suka. Tapi Lucas tak peduli, ia tidak pernah peduli dengan pendapat orang lain tentangnya. Terlalu buang-buang waktu.

Setelah latihan rutin sejak pagi, pertandingan uji coba kembali digelar. Tim inti timnas kembali harus melawan salah satu klub IBL. Namun untuk kali ini, Lucas duduk di bangku cadangan untuk meminimalisir cederanya kambuh dan mendorong proses penyembuhan agar lebih cepat.

Lucas mengamati permainan dari bangku cadangan dengan seksama. Punggungnya tegak, dengan lutut yang masih dibebat perban elastis. Ia terlihat tenang, mengamati performa timnya. Permainan timnya tidak buruk, tapi suasana di dalam tim yang belum sepenuhnya netral membuat kemistri mereka tak terbentuk sempurna. Menimbulkan percikan-percikan ego bahkan ketika kerja sama di lapangan sangat dibutuhkan.

Lucas menekan genggamannya pada botol minum. Suara sepatu yang beradu di lantai kayu mengisi arena, teriakan instruksi pelatih bercampur dengan sorakan kecil di tribun. Timnya bergerak cepat, menekan lawan, tapi Lucas tahu persis ada celah di transisi.

Ia menggigit bagian dalam pipinya. Bukan marah pada cara main timnya, tapi lebih menyayangkan posisinya yang hanya bisa mengamati dari bangku cadangan tanpa bisa melakukan apapun. Menyayangkan dirinya yang tidak bisa menambal celah itu karena keadaan cederanya.

Sebuah turnover yang tiba-tiba pun terjadi. Seperti pengamatan Lucas, lawan dengan mudah merebut bola yang sudah dengan susah payah teman setimnya rebut, lay-up mulus dari tim lawan selanjutnya bersarang di ring mereka. Lucas refleks mencondongkan tubuh ke depan, nyaris berdiri, tapi ia buru-buru menahan diri. Ia tidak mau mendapat ceramah panjang dari Dani dan pelatihnya.

Tyler Wals berbalik kesal karena timnya kebobolan. Ia spontan melihat ke arah Lucas sekilas dan kembali melihat timnya yang telah memegang bola. Sorakan bangkit lagi saat timnas berhasil mencetak poin balasan. Dani yang ada di lapangan memberi isyarat kemenangan kecil ke arah bangku cadangan, dan Lucas tak bisa menahan senyum geli melihat tingkahnya.

Namun di balik sikap tenangnya, Lucas masih terganggu dengan pertanyaan Tyler yang belum juga ia temukan jawabannya. Jika cederanya tidak bisa sembuh sepenuhnya, apa yang akan ia lakukan?

Lucas mengepalkan tangan di pangkuannya. Membayangkan dirinya harus menyerah pada sesuatu yang selama ini menjadi napas hidupnya, membuat dadanya terasa sesak. Masa depannya seakan digantung pada seutas benang rapuh yang bisa putus kapan saja. Dan itu, adalah ketakutan terbesar yang tidak berani ia akui di hadapan siapapun.

Setelah pertandingan selesai, mereka kembali berkumpul untuk briefing yang dipimpin Tyler Walsh. Pelatih senior itu marah, karena mereka hanya berhasil menang tipis pada pertandingan uji coba. Padahal mereka adalah tim besar, tim yang diisi oleh pemain-pemain yang diagnngap paling kuat di klub masing-masing.

Selain membicarakan tentang strategi dan juga kinerja tim, hal lain yang dibahas juga tentang kemistri di dalam tim. Dipimpin oleh asisten pelatih utama, mereka benar-benar mendapat ultimatum agar kejadian yang menimpa Lucas atau ego dilapangan hingga merugikan hasil pertandingan agar tak lagi terjadi. Si asisten pelatih juga menyuruh mereka untuk membuang jauh-jauh sensi pribadi yang ditimbulkan oleh rasa tidak puas dengan rekan yang terpilih, karena kesempatan untuk reshuffle anggota tanpa alasan pelanggaran berat atau keputusan final pelatih utama tidak akan terjadi.

“Amori nggak bisa nganter makan siang. Katanya dia harus ke kantor buat ngambil hasil evaluasi bulanan.” kening Lucas mengerut. Ia meraih ponselnya dari sisi tas olahraganya dan melihat pesan Amori disana. “Dia ngabarin kan?” Lucas mengangguk.

“Kita balik, Dan.”

“Hah? Nggak makan dulu? Ini makanannya udah digojekin sama Amori.” Lucas menggeleng dan melenggang pergi begitu saja ke ruang ganti.

***

“Jadi gimana keponakan gue? Tiga bulan, udah bisa di USG, kan?”

“Empat belas minggu,” kata Amori mengoreksi.  “tadi USG kok. Nih, gue dikasih hasilnya.” Nora meraih beberapa lembar foto USG yang diulurkan Amori dan melihatnya bingung. Matanya melebar, bergulir dari satu sudut foto hingga sudut lain.

“Ini, bayi?” bisiknya heran sekaligus takjub.

“Nih, tadi gue juga sekalian minta rekamannya.” Nora semakin tak bisa berkata-kata ketika melihat janin di dalam perut Amori yang  sudah mulai berbentuk seperti manusia mini berkepala besar, yang bergerak-gerak walau hanya samar.

“Mor, kayaknya gue mau nangis.” Amori terkekeh. Ia menikmati es krim pesanannya dengan sangat amat. Rasanya sudah lama sekali ia tidak makan-makanan enak karena masih merasa mual.

“Gue juga tadi nangis. Sendirian, padahal ibu-ibu hamil yang lain ditemenin sama pasangan.” Nora mengalihkan tatapannya pada wajah sang sahabat yang terlihat biasa saja, tapi ucapannya benar-benar pahit didengar. “Tadi ditanya sama dokternya, suaminya kemana bu?, gue jawab aja kerja di luar.” lanjutnya sambil terkekeh.

“Mor, lo emang nggak inget sama bapaknya ponakan gue? Gue bisa kok, bantu nyari dia.”

“Ngga inget.” sahutnya santai. “Lagian kalau inget, mau ngapain? Siapa tau dia udah punya pasangan, udah punya istri. Yang gue inget waktu itu, kita berdua mabuk. Jadi yaudah, mau minta apa sama orang yang tidur sama perempuan dalam keadaan mabuk? Lagian, gue bisa sendiri.”

“Hello, Amori.” kata Nora sambil menggoyang-goyangkan foto USG di depan wajah Amori. “Beberapa detik yang lalu lo baru aja ngeluh karena kontrol tanpa suami, tapi sekarang lo ngomong seolah lo nggak peduli buat punya pasangan.”

Amori terlihat tak terlalu terganggu dengan omelan Nora, hingga sahabatnya itu meraih satu tangannya dan menggenggam. “Mor, please jangan nutup diri. Ini bukan lo banget.”

“Bukan gue banget gimana sih Ra? Sebelumnya kan gue selalu sama Damian. Technically, gue emang nggak pernah buka diri selain ke Damian. Apalagi keadaan gue sekarang lagi bawa jabang bayi. Kayaknya nggak tahu diri aja, kalau gue manfaatin ketertarikan orang ke gue, cuma buat bikin mereka kecewa karena keadaan gue ini.”

“Tapi, Lucas—”

“Gue nggak mau manfaatin Lucas, Nora. Please, jangan bawa Lucas dalam masalah gue.” Nora tak melanjutkan ucapannya. Ia tahu Amori hanya bersikap sok tegar untuk menyembunyikan kerapuhannya. Dan soal Lucas, Nora tidak pernah salah dalam menilai orang. Ia yakin, Lucas memiliki perasaan yang kuat untuk sahabatnya.

Untuk itu, ia akan menjadi ibu peri yang mewujudkan impian Amori.

***

Bersambung....

1
Lory_kk
Semangat thor, jangan males update ya.
Hazel Nolasco
Ngangenin deh ceritanya.
Luna_UwU
Saya butuh lanjutannya, cepat donk 😤
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!