NovelToon NovelToon
SETIAP HUJAN TURUN, AKAN ADA YANG MATI

SETIAP HUJAN TURUN, AKAN ADA YANG MATI

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Hantu
Popularitas:311
Nilai: 5
Nama Author: Dranyyx

Riski adalah pria yang problematik. banyak kegagalan yang ia alami. Ia kehilangan ingatannya di kota ini. Setiap hujan turun, pasti akan ada yang mati. Terdapat misteri dimana orang tuanya menghilang.

Ia bertemu seorang wanita yang membawanya ke sebuah petualangan misteri


Apakah Wanita itu cinta sejatinya? atau Riski akan menemukan apa yang menjadi tujuan hidupnya. Apakah ia menemukan orang tuanya?

Ia pintar dalam hal .....


Oke kita cari tahu sama-sama apakah ada yang mati saat hujan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dranyyx, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22 : Mata itu

Suasana di atas loteng itu mulai suram. Bau debu yang khas menghiasi seluruh ruangan. Riski terdiam sejenak. " Rizal, untuk buku itu sepertinya kita harus sembunyikan sementara. Aku rasa kita sedang di intai. Aku tidak bisa ungkap sekarang. Takutnya, firasatku salah." Riski mondar-mandir di kamar itu.

"Sebenarnya apa yang terjadi? Aku melihat kamu tak seperti biasanya." Rizal kemudian terdiam sejenak. Ia pun berjalan mendekati sebuah ranjang tua." Kotak apa ini?"

"Itu kotak rahasia. Dan buku itu ada di dalamnya. Tapi hilang!" Di sudut mata Riski terlihat siluet yang tergambar samar di dekat anak tangga. Ia masih diam, tak ada satu kata pun yang keluar lagi.

"Lantas jika bukunya hilang, apa yang kita cari disini?" Rizal mengerutkan dahinya. Tak biasanya ia mencoba berfikir untuk sesuatu yang tidak jelas arahnya.

"Aku hanya rindu nenekku." Riski duduk di samping ranjang, sembari ia membakar sebatang rokok.

"Yasudah, anggap saja saat ini kita sedang kunjungan biasa." Rizal menarik nafasnya dalam-dalam.

Siluet itu seketika menghilang. Rizal pun terlihat memperhatikan fota lama Riski yang terletak di atas meja. "Ini nenek Rita?" Foto itu di ambilnya sembari menujukan ke Riski.

"Bukan, itu adiknya nenek Rita. Wajar kamu tidak tahu karena belum pernah lihat kan?" Kata Riski yang langsung mengambil foto itu dari genggaman Rizal.

Tanpa membuang-buang waktu, mereka turun kebawah membawa foto itu. Rizal tak bertanya kenapa Riski membawa turun foto ini. Riski memanggil temannya yang sedang asik dengan bunga. Tapi tak ada jawaban. Wajar saja mereka di luar toko, dan ternyata hanya ada Bela dan Sinta. "Amira kemana?" Tanya Rizal kepada Sinta, ia duluan keluar sedangkan Riski masih didalam.

"Katanya mau ke kamar kecil tadi. Jangan pergi...! Nanti kamu mengintip. Kamu kan orangnya gatal." Bela dan Sinta Menatap tajam ke arah Rizal

"Heh sembarang. Kalian itu suka souzon kepadaku. Bisakah sehari saja tidak judes begitu...!" Wajah Rizal memerah mendengar ucapan dua wanita itu.

"Bukan souzon yah. Tapi trust issue saja. Tapi kalau sudah berubah sifatmu yahh syukurlah. Benar kan Bela... Eh Bela?" Sinta menoleh ke arah Bela

"Halo guys... ini pertengkaran suami-istri, suaminya gatal mau intip cewe yang ke kamar kecil." Bela menyalakan ponselnya untuk live streaming.

Riski pun keluar dari dalam toko." Amira mana? Kenapa tidak kelihatan yah."

"Eh maaf tadi aku dari wc. Eh Riski, adik nenek kamu cantik yah" Amira datang menghampiri Riski.

"Eh bukan, itu foto nenekku." Riski menoleh ke arah Amira.

"Ehh mana? Mau lihat juga foto nenek kamu."

Kata Sinta yang terlihat penasaran.

"Mana... mana... aku kepo juga ini." Bela merengek.

"Ada tuh di atas meja. Mari kita masuk lihat.Rizal sudah lihat kan? " Riski menatap Rizal yang sejenak terdiam ketika mendengar hal itu.

"Ayo-ayo." ucap mereka serempak.

Riski pun menunjukan foto itu. Tak berselang lama, mereka pun memutuskan untuk masak-masak di luar. Kemudian mereka makan dan bercengkerama.

"Masakan Sinta dan Bela juga Amira enak sekali." Ucap Rizal sembari mengunyah makanan itu.

"Iya Rizal, enak sekali makanan ini. Lain kali kita buat acara lagi yah." Kata Riski yang sedang mengunyah makanan itu.

Tiba-tiba, Sirine mobil polisi berbunyi dari arah jalan. Suara itu memecah suasana jalanan yang sibuk. Kejadian itu terjadi di sebuah toko dekat jalan. Riski dan kawan-kawan pun mendekat ke arah itu.

Terdengar riuh suara warga yang berbondong-bondong ingin melihat hal itu. Polisi pun memasang police line di sekitar area kejadian perkara agar mereka tak mendekat.

Mereka pun tiba disana. Rasa penasaran meracuni pikiran anak muda itu.

"Ihh ngerinya, pak apa yang terjadi?" Sinta dengan rasa penasaran yang tinggi menatap ke arah polisi yang ada di tempat . "Anak kecil jangan main kesini."

Riski muncul dari balik kerumunan bak truk yang menembus kabut malam. Tanpa aba-aba, tak perintah. " Ada secarik surat disitu dan sebuah cincin putih. Jika anda berkenan, cobalah selidiki hal itu." Tatapan Riski tajam. Sebenarnya ia ingin mengambil kertas itu, tapi prosedur tidak mengizinkan hal itu.

Tak ada yang memperhatikan. Semua orang sibuk memperhatikan mayat pria yang tergeletak tak bernyawa itu. Sedangkan Rizal dan Bela bak hilang di antar kerumunan.

Riski perlahan mendekat ke arah kertas itu. "Pria itu, bukan orang biasa. Cincin di tangannya itu... " Kata Riski dengan jari telunjuk yang mengarah tajam ke tangan pria yang sedang tergeletak di depannya.

"Anak muda, tolong pergi saja dari sini. Serahkan saja pada kami. Pihak kepolisian yang akan mengurus ini, mending pulang saja—nonton youtube atau hal lain. "

Riski seolah tak mengindahkan ucapan polisi itu. Ia langsung merogoh buku catatan kecilnya yang sedari awal selalu ia bawa. Mencatat hal yang perlu di catat. "Meski dunia tak setuju denganmu, setidaknya kamu setuju dengan dirimu. " Tatapan Riski tajam. Langkah kakinya tak bersuara saat ia keluar dari tempat itu. Sinta, Bela, dan Rizal dihubunginya. "Kalian pulang duluan ke rumah masing-masing yah, nanti saya menyusul pulang juga. " Tanpa menunggu balasan pesan, Riski pun langsung bergegas ke loteng rumah neneknya. Ia mengikuti firasat yang sedari awal mengusik ketenangan pikirannya. Bak elang yang memburu anak ayam di lapang luas. Langkahnya cepat. Di iringi dengan nafasnya yang memburu. Ketika ia sampai, terlihat seorang wanita yang mengecek isi loteng itu. "Sudah dapat bukunya? atau perlukah aku membantu untuk mencarikannya." Kata Riski yang sesekali menarik nafas.

Wanita itu menoleh. Wajahnya sungguh tak asing di mata Riski. " Tidak perlu repot-repot Riski."

"Amira? kamu mencari ini kan? 'Setiap turun hujan, akan ada yang mati' " Riski mengeluarkan sebuah buku yang ia selipkan di belakang jaketnya. "Jangan kamu pikir aku tidak melihat kamu mengintip dari dekat anak tangga tadi. Dan Foto itu, hanya Rizal yang kuberitahu informasi bahwa orang yang di foto itu adalah adik nenek Rita. Tapi informasi yang sebenarnya itu adalah foto nenek Rita itu sendiri. Kecurigaanku terbayar di tempat ini. Yah Di depan mataku." Tatapannya tak terlepas sedetik pun dari Amira. Ia tahu Amira bukan orang biasa. Riski tahu ia harus hati-hati.

"Maaf yah, kamu pasti kecewa. " Amira berdiri tegak. Ia meninggalkan kesibukannya tadi.

Untuk sepersekian detik, tangan Amira langsung menghujamkan sebuah pisau kecil ke arah Riski. Dengan refleks yang masih terasah, Riski menepis serangan itu dengan tangan kirinya. Gerakannya tak terhenti di situ, tangan kirinya kemudian memutar kedepan dan menangkap tangan Amira. Tak tinggal diam, Amira langsung menendang ke arah kaki Riski. Riski menepis lagi. Saat Amira sedikit lengah, Riski langsung memukul Amira dengan buku yang ada di tangan kanannya. Serangan itu telak mengenai wajahnya......

Bersambung....

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!