Setelah kecelakaan yang merenggut nyawa ibunya dan membuatnya buta karena melindungi adiknya, pernikahan Intan dibatalkan, dan tunangannya memutuskan untuk menikahi Hilda, adik perempuannya. Putus asa dan tak tahu harus berbuat apa, dia mencoba bunuh diri, tapi diselamatkan oleh ayahnya.
Hilda yang ingin menyingkirkan Intan, bercerita kepada ayahnya tentang seorang lelaki misterius yang mencari calon istri dan lelaki itu akan memberi bayaran yang sangat tinggi kepada siapa saja yang bersedia. Ayah Hilda tentu saja mau agar bisa mendapat kekayaan yang akan membantu meningkatkan perusahaannya dan memaksa Intan untuk menikah tanpa mengetahui seperti apa rupa calon suaminya itu.
Sean sedang mencari seorang istri untuk menyembunyikan identitasnya sebagai seorang mafia. Saat dia tahu Intan buta, dia sangat marah dan ingin membatalkan pernikahan. Tapi Intan bersikeras dan mengatakan akan melakukan apapun asal Sean mau menikahinya dan membalaskan dendamnya pada orang yang sudah menyakiti
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon La-Rayya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ulang Tahun Intan
Sean tiba di rumah untuk menjemput Intan.
"Hai Ratuku, bagaimana kalau kau ganti baju? Bi Lila meninggalkan gaun untukmu di tempat tidur." Ucap Sean.
"Ada apa? Memangnya kita mau pergi ke mana?" Tanya Intan.
"Kau akan tahu saat kita sampai di sana." Jawab Sean.
"Kau selalu saja berkata seperti itu." Balas Intan.
"Dan kau selalu menyukai kejutan, bukan begitu?" Ucap Sean.
"Ya, aku pikir pergi keluar rumah hari ini akan menyenangkan." Balas Intan.
"Kenapa? Apakah ada yang istimewa hari ini?" Tanya Sean dengan sengaja agar Intan percaya bahwa dia seolah tidak mengetahui bahwa hari ini adalah ulangtahunnya.
"Tidak ada apa-apa, tapi aku ingin keluar rumah dan menikmati malamku bersamamu." Balas Intan.
Sean tersenyum dan mendekati Intan, lalu menciumnya. Ketika dia menjauh, dia menyuruh Intan naik ke atas dan berganti pakaian, kalau tidak mereka akan terlambat.
"Aku akan segera kembali." Ucap Intan.
Ketika Intan berbalik untuk menuju tangga, Sean menepuk bokong Intan, yang membuatnya terkejut.
"Kau ini." Ucap Intan.
Sean hanya tertawa.
Setelah berganti pakaian, memoles lipstik, dan merapikan rambutnya, Intan berjalan dengan tenang menuruni tangga.
Sean menemuinya di bawah tangga dan menggenggam tangannya.
"Kau terlihat luar biasa." Ucap Sean.
"Terima kasih!" Balas Intan.
Mereka berjalan menuju mobil dan Sean mengantar Intan ke rumah impiannya, begitu dia parkir di depan rumah, sekretarisnya sudah berada di depan pintu. Jadi dia menutup pintunya dan mengambil kunci dan ketika keduanya sudah sangat dekat, sekretarisnya menyerahkan kunci kepada Sean tanpa berkata apa pun.
"Bisakah kau mengulurkan tanganmu untukku?" Ucap Sean.
"Baiklah, tapi apa yang sedang kau rencanakan?" Tanya Intan bingung.
Suara gemerincing kunci dan sedikit rasa dingin di tangan Intan adalah jawaban yang didapatnya.
"Selamat ulang tahun Ratuku." Ucap Sean.
Intan tetap tidak bergerak.
'Bagaimana dia tahu?' tanya Intan dalam hati.
Sampai saat itu dia belum mengatakan apa pun.
"Bagaimana kau..."
"Aku akan menjadi orang paling idiot di dunia ini jika tidak mengetahui ulang tahun istriku tercinta." Ucap Sean.
"Terima kasih banyak sudah mengingat hari ini Sean dan terima kasih atas hadiahnya, tapi aku tidak mengerti, untuk apa kuncinya?" Tanya Intan bingung.
Sean membalikkan tubuh Intan dan memegang tangan Intan hingga kenop pintu.
"Ini adalah kunci rumah impianmu, yang sangat aku harapkan akan menjadi rumah impian kita." Ucap Sean.
Intan menangis, bukan hanya karena hadiah itu atau karena Sean ingat hari ulang tahunnya, tapi juga karena betapa baik, peduli, dan penuh perhatiannya Sean padanya.
Intan sangat bahagia, tapi sekaligus sedih, karena dia tahu bahwa semuanya akan berakhir kapan saja. Air matanya semakin deras dan Sean mulai gugup, berpikir bahwa Intan tidak menyukai hadiahnya.
"Jangan menangis Ratu, jika kau tidak menyukainya aku bisa memberimu hadiah lain, aku hanya berpikir..."
'Tidak apa-apa, aku bahagia, sangat bahagia dengan saat ini dan berada di sini bersamamu." Ucap Intan memotong ucapan Sean.
"Kalau begitu, ayo buka pintunya." Ucap Sean tersenyum.
Begitu Intan membuka pintu, semua orang berteriak kaget dan beberapa orang datang untuk berbicara dengan Intan dan memberi selamat padanya. Sean memperkenalkan beberapa temannya kepada Intan, dan Intan memperkenalkan beberapa temannya pada Sean.
Meskipun dia tidak berhubungan dengan mereka setelah kecelakaan itu, dia senang bahwa mereka telah memutuskan untuk muncul di pesta yang telah disiapkan Sean.
Hari itu, yang dimulai seperti hari-hari lainnya, pasti akan sangat istimewa.
"Terima kasih untuk semua ini Sean, ini semua sangat berarti bagiku." Ucap Intan.
"Dan aku menyiapkan yang terbaik di bagian terakhir." Ucap Sean.
"Apakah masih ada lagi?" Tanya Intan.
"Ayo ikut aku." Ucap Sean.
Sean memegang tangan Intan dan membawanya ke belakang rumah dimana taman berada.
"Baunya seperti bunga dan rumput yang baru dipotong." Ucap Intan.
"Ya, perhatikan semuanya dengan baik." Ucap Sean.
Sean meletakkan tangan Intan di semacam pegangan tangan yang akan membimbingnya dengan aman ke danau, dan begitu Intan sampai di sana, dia mendengar suara air mancur yang sengaja dia letakkan di sana agar suasananya lebih santai.
"Itu suara air." Ucap Intan.
"Ya, sekarang kita tepat di depan kolam ikan koi milikmu." Ucap Sean.
"Apakah kau bercanda?" Tanya Intan tak percaya.
"Tidak, cantik, aku ingin menyiapkan semuanya dengan sempurna seperti yang kau impikan." Ucap Sean.
"Itu luar biasa." Ucap Intan.
Sean berbalik dan memeluk Intan erat, lalu Sean berbisik.
"Apakah itu hal terkecil yang dapat kulakukan untuk wanita yang mendominasi pikiranku, Intan?" Ucap Sean.
"Apa maksudmu?" Tanya Intan.
"Intan, aku benar-benar jatuh cinta padamu!" Ucap Sean.
Intan tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.
"Jangan mengatakan hal-hal seperti itu." Ucap Intan.
"Kenapa tidak? Memang benar, aku belum pernah merasa sebaik ini dengan siapa pun." Ucap Sean.
"Membuatku percaya bahwa kita bisa bahagia bersama tidaklah adil." Ucap Intan.
"Kenapa tidak? Aku ingin bahagia bersamamu dan aku ingin membuatmu bahagia." Balas Sean lagi.
"Ada begitu banyak rahasia, begitu banyak keraguan, begitu banyak kasus yang menjeratmu dan kau tahu itu. Aku bisa saja ditangkap pihak berwajib." Ucap Intan.
"Aku sudah bilang padamu bahwa aku tidak akan membiarkan itu terjadi, aku sedang mengusahakannya, oke? Aku tidak akan kehilangan dirimu." Ucap Sean.
Intan tersenyum.
"Ada apa?" Tanya Sean bingung.
"Tidak ada, aku hanya tidak pernah menyangka akan mendengar mu mengatakan kalau kau mencintaiku." Ucap Intan.
"Dan kau bahkan belum menjawab ku, apakah kau juga mencintaiku?" Tanya Sean.
"Lebih dari yang dapat kau bayangkan." Jawab Intan.
Sean lalu mengangkat tubuh Intan dan memutarnya sambil tersenyum.
"Kau tidak tahu betapa bahagianya aku mendengar ucapan mu itu." Ucap Sean.
"Akan sempurna jika kita hanya berdua saat ini." Ucap Intan.
"Benarkah? Katakan padaku kenapa." Ucap Sean.
"Agar aku dapat mengucapkan terima kasih yang pantas kepada suamiku." Ucap Intan berbisik lembut di telinga Sean.
"Tunggu di sini, aku akan kembali paling lama dalam 3 menit." Ucap Sean.
"Kau mau pergi kemana?" Tanya Intan.
Sean berlari masuk ke dalam rumah, begitu masuk dia memanggil sekretarisnya dan menyuruhnya mengosongkan rumah sekarang juga.
"Pak? Tapi kita bahkan belum potong kue atau menyanyikan selamat ulang tahun untuk Non Intan." Ucap Julian bingung.
"Aku benci saat kau melakukan itu." Ucap Sean.
"Melakukan apa, Pak?" Tanya Julian semakin bingung.
"Menanyakan perintah yang kuberikan padamu. Sudah kubilang pestanya sudah selesai, jadi aku ingin semua orang keluar dari sini." Ucap Sean.
Tatapan mata Sean yang serius dan nada bicaranya yang dingin membuat Julian takut pada Sean. Cara Sean memperlakukan semua orang di sekitarnya benar-benar berbeda dibandingkan saat dia bersama Intan.
Bersambung...