Akibat menentang restu, Kamila harus menanggung derita yang dilakukan oleh orang-orang suruhan Hendro yang merupakan Ayah dari Bayu kekasihnya.
Tidak main-main dengan ancamannya, Hendro tega menyuruh sejumlah orang menoda! gadis yang baru berusia 18th itu. Dan sialnya lagi, karena peristiwa itu, Kamila hamil dan tidak tau benih siapa yang ada dirahimnya.
Lalu bagaimana nasib Kamila selanjutnya dan bagaimana sikap Bayu saat mengetahui Kamila hamil anak orang lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noor Hidayati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengungkap Kebenaran
"Defandra, lepaskan aku!" Kamila mulai merasa panik dan takut jika Defandra tidak ada bedanya dengan Pak Mursan dan lima pria lainnya yang sudah menghancurkan masa depannya.
"Defandra!" teriak Kamila.
"Hahahaha... kamu merasa takut?" dengan tertawa, Defandra bertanya dan melepaskan genggaman tangannya.
Sikap Defandra membuat Kamila semakin takut dan bingung. Namun satu menit kemudian, Defandra kembali bersikap lembut dan menatapnya dengan serius.
"Menikahlah dengan ku,"
Kata-kata yang terlontar dari Defandra membuat Kamila semakin bingung, Kamila tidak tahu apakah kali ini Defandra bercanda atau serius.
"Menikahlah dengan ku maka kamu tidak perlu bekerja maupun merasa tidak enak hati tinggal dirumah ini."
"Defandra, kamu sedang bercanda lagi kan?" tanya Kamila memastikan.
"Aku berkata serius, menikahlah dengan ku, aku butuh seseorang untuk menemani di masa tuaku nanti."
Melihat wajah dan kata-kata Defandra yang terlihat serius, rasa takut dihati Kamila mulai memudar. Tapi Kamila masih bingung apa yang harus ia jawab karena belum memberitahu tentang kehamilannya.
"Kamila, katakan sesuatu." kali ini Defandra berkata dengan lembut.
"A-ku, e-kita belum lama saling mengenal, ada baiknya kamu mengenalku lebih jauh lagi, aku tidak ingin kamu menyesal karena sudah pernah mengajakku menikah."
"Apa yang perlu ku sesalkan, kamu cantik dan aku lihat kamu baik, itu saja sudah cukup untuk ku."
"Defandra kamu belum tahu banyak tentang ku, masa laluku, dan kamu juga tidak mengenal keluarga ku."
"Hidup ini maju kedepan, tidak mundur kebelakang, jadi apa yang sudah menjadi masa lalu biarlah menjadi masa lalu. Tidak perlu diingat-ingat lagi."
"Tapi... ada sesuatu yang kamu belum tau tentangku, dan ini berhubungan dengan masa depan."
"Baiklah, sekarang ceritakan biar aku tahu."
Seketika Kamila menundukkan kepala. Bibirnya begitu berat untuk menceritakan peristiwa pilu yang mengakibatkan dirinya berbadan dua tanpa mengetahui siapa Ayah dari bayi yang ia kandung saat ini.
"Baiklah, aku akan memberimu waktu sapai kamu siap untuk mengatakannya."
Setelah mengatakan itu, Defandra menuju lemari, dan membuka laci didalamnya. Defandra mengeluarkan benda berbentuk kotak berwarna putih dan memberikannya pada Kamila.
"Untuk mu."
"Apa ini?" tanya Kamila yang kemudian terkejut melihat gambar benda pipih berwarna pink dari kotak itu.
"Ponsel?" tanya Kamila memastikan.
Defandra hanya tersenyum membiarkan Kamila untuk melihat isi di dalamnya.
"Beneran ponsel, ini bagus banget." ujar Kamila mengambil ponsel berwarna pink dari merk berlogo buah apel.
"Kamu suka?"
"Suka, tapi... ini beneran untuk ku, ini kan mahal banget?"
"Tidak papa, anggap saja ini sebagai tanda keseriusan ku tadi." Defandra mengatakan itu sambil berlalu pergi dengan senyuman manisnya.
Setelah Defandra pergi Kamila kembali menatap ponsel itu, dan tak dapat menyembunyikan rasa bahagianya. Bukan hanya karena dikasih ponsel mahal, tapi Kamila juga bahagia akhirnya bisa menghubungi ibunya lagi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hari berlalu dengan cepat, hubungan Defandra dan Kamila pun semakin dekat. Rasa takut, canggung dan tak percaya dengan ajakan menikah oleh Defandra, kini menghilang dengan perhatian dan sikap dewasa yang ditunjukkan Defandra padanya.
Tapi masalah terbesar adalah, Kamila belum mengatakan tentang kehamilannya sementara Ia tidak bisa lagi menyembunyikan perutnya yang kian membesar.
"Mungkin ini saatnya aku mengatakan yang sebenarnya pada Defandra." batin Kamila yang kini tengah duduk di kamar, mengusap-usap perutnya yang dibiarkan terbuka dengan menaikan kaos oblong nya.
"Tapi apakah Defandra mau menerimaku setelah aku mengatakannya?" batin Kamila bertanya pada diri sendiri.
"Tapi jika aku tidak mengatakannya, tidak lama lagi pasti dia akan mengetahuinya. Beberapa hari ini dia juga sudah sering bilang kalau aku semakin gemuk." batin Kamila lagi.
Setelah berpikir beberapa menit, akhirnya Kamila turun dari ranjangnya dan memutuskan untuk mengatakan yang sebenarnya pada Defandra.
"Aku tidak tahu apa reaksinya nanti, tapi aku harus mengatakan ini sebelum dia tau sendiri. Aku tidak mau jika dia marah dan menganggap ku sebagai penipu."
"Kamila..."
Kamila menjadi sangat kaget ketika Defandra memanggilnya saat Kamila masih berbicara sendiri. Dengan jantung berdebar kencang Kamila berbalik badan menatap Defandra yang melangkah mendekatinya.
"Ada apa, kenapa aku perhatikan kamu asik bicara sendiri?"
"A-e... itu... itu... aku..."
"Apaaa....?" dengan gemas Defandra mencubit pipi Kamila.
"E-Defandra... aku ingin mengatakan sesuatu."
"Sesuatu? Apa, kamu terlihat sangat tegang?"
Dengan jantung yang semakin berdebar kencang dan susah payah menelan salivanya, Kamila menyiapkan diri untuk mengatakan yang sebenarnya.
"Defandra..."
"Aku sudah siap mendengar dari tadi, katakan saja."
"Tapi kamu janji tidak akan marah padaku?"
Mendengar itu Defandra mengernyitkan keningnya, berpikir apa sebenarnya yang ingin Kamila katakan.
"Defandra..."
"Tergantung."
Mendengar itu Kamila menunduk sedih, hati kecilnya merasa takut jika Defandra akan meninggalkan nya setelah mengetahui dirinya hamil.
"Ya baiklah aku janji," ucap Defandra kemudian.
"Kamu serius?" tanya Kamila bahagia.
"Ya, aku Defandra Wiradityo berjanji tidak akan marah apapun yang akan kamu katakan."
Mendengar janji Defandra tanpa mengetahui apa yang ingin dirinya katakan, membuat Kamila menjadi merasa bersalah.
"E-tidak. Kamu boleh marah jika apa yang akan ku katakan membuatmu terluka."
"Kamila... sebenarnya apa yang ingin kamu katakan?" tanya Defandra yang kini terlihat begitu serius.
"S-s-sebenarnya... aku... aku hamil."
Defandra diam membeku mendengar apa yang baru saja Kamila katakan.
"Ya, aku hamil. Maafkan aku baru bisa mengatakan ini.. hiks... hiks..." tangis Kamila yang akhirnya berhasil mengatakan, bersiap menanggung konsekuensi yang akan diterima setelah Defandra tahu kebenaran tentang kehamilannya.
"Kenapa kamu baru mengatakan ini sekarang?" pertanyaan bernada dingin dari Defandra membuat Kamila susah payah menelan salivanya.
"Katakan kenapa kamu baru mengatakan setelah banyak hal yang sudah terjadi!?" dengan tatapan tajamnya Defandra mencengkram kedua lengan Kamila
Bersambung...
biarkan saja,, suka suka Lo deh Defandra mau ngapain. Yg penting Kamila dan anaknya aman untuk saat ini.
lanjut mbak Noor
Harus nya DEFA lebih obyektif mengembangkan penyelidikan jangan hanya Kamila saja yang dia salah kan
supaya bisa mengarah ke bapak walikota zalim itu
ada kacang dibalik peyek 😊