"Dendam bukan jalan keluar. Tapi bagiku, itu satu-satunya jalan pulang"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zhar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Dialah Kirana. Sepeninggal dua tokoh besar dunia persilatan itu, Kirana tertegun.
"Sesungguhnya, di mana keberadaan Datuk Pengemis Nyawa...? Di Kadipaten Ambangan atau di Rawa Lintah...?" pikir Kirana dengan wajah bingung.
Kabar yang ia dengar sebelumnya berasal dari orang-orang yang dapat dipercaya. Menurut Kyai Koneng dan Kyai Banjar Banyu Bening, Datuk Pengemis Nyawa berada di Kadipaten Ambangan. Dan Kirana yakin, kedua tokoh itu tidak mungkin berbohong tak ada alasan bagi mereka untuk melakukannya.
Namun informasi baru yang ia peroleh mengatakan bahwa Datuk Pengemis Nyawa justru berada di Rawa Lintah. Kabar ini datang dari seseorang yang sedang memburu keberadaan Pendekar Iblis yang juga tengah mencari Datuk Pengemis Nyawa. Maka, informasi itu pun patut dipertimbangkan.
Meski demikian, setelah dipikirkan dengan lebih jernih, keterangan dari Kyai Koneng terasa lebih masuk akal. Ada kemungkinan Pengemis Laknat sengaja memberikan informasi palsu kepada Aji Mahendra, agar Pendekar Iblis tidak ditemukan terlebih dahulu oleh Aji Mahendra.
Meski demikian, rasa penasaran Kirana terhadap Rawa Lintah tetap besar. Menurut keterangan Pengemis Laknat, akan banyak pendekar yang menuju ke sana.
Namun, ada satu informasi paling penting yang Kirana tangkap dari percakapan Aji Mahendra dan Pengemis Laknat Pendekar Iblis kini berada di Bukit Gembala dan akan menuju Rawa Lintah. Dengan begitu, setidaknya Kirana kini punya satu tujuan yang pasti.
Ke mana harus mencari Pendekar Iblis? Sosok pemuda yang telah menggetarkan hati Kirana.
Kirana pun segera meninggalkan kedai itu, terlebih setelah ia tahu bahwa Pendekar Iblis menuju Rawa Lintah. Padahal, Datuk Pengemis Nyawa berada di Kadepaten Ambangan. Ia khawatir itu hanya jebakan.
Setelah memulihkan stamina di Bukit Gembala, Raka berpamitan dengan baik-baik kepada Racun Barat yang telah dengan tulus merawatnya selama ia dalam keadaan lemah. Raka terpaksa menolak permintaan Racun Barat untuk tinggal sejenak di kediamannya hingga pernikahan putri bungsunya dengan Bintang Kusuma, putra Datuk Gema Samudra, selesai. Namun, ia berjanji akan menghadiri pernikahan itu apabila urusannya telah rampung.
Tanpa membuang waktu, Raka segera meninggalkan Bukit Gembala, sebab Rawa Lintah terletak di bagian tengah pulau, cukup jauh dari sana. Ia khawatir Datuk Pengemis Nyawa lebih dulu mengetahui kedatangannya dan berhasil menyiapkan sambutan yang matang atau lebih buruk lagi, kembali melarikan diri seperti yang terjadi saat ia meninggalkan Ceruk Gua Bangkai, tempat persembunyiannya yang lama.
Dengan ilmu meringankan tubuh yang begitu baik, Raka melesat cepat, melompat dari cabang pohon ke cabang pohon lainnya. Beberapa kera dan burung bahkan terkejut melihat sosoknya yang melintas begitu gesit Binatang yang semula menempati pohon harus segera mengundurkan diri sebelum diinjak oleh tokoh yang dibakar api dendam itu. Namun langkahnya terhenti ketika ia merasakan ada kelebatan kuda yang tengah mengejarnya. Ia merasa penasaran pengejar itu sepertinya memiliki kepentingan khusus. Bisa jadi dia adalah Datuk Pengemis Nyawa, atau mungkin salah satu anteknya.
Raka pun melompat turun dan bersiap menyambut kedatangan sang pengejar dengan kesiapan penuh. Namun, rasa lega langsung mengalir dalam napasnya, seluruh uratnya mengendur, setelah ia mengetahui siapa gerangan yang datang.
"Ada apa kau mengejarku, Bintang Kusuma...?" tanya Raka, tepat saat Bintang Kusuma melompat turun dari kudanya.
"Aku diperintah Racun Barat untuk membantumu di Rawa Bangkai," terang Bintang Kusuma, membuat Raka terkejut. Baru kali ini ada orang yang benar-benar peduli pada urusannya.
"Aku tak melihatmu di Bukit Gembala sejak sadar dari Pisang. Kapan kau bertemu Racun Barat?" tanya Raka.
"Setelah aku pulang dan menceritakan semuanya pada Bopo. Dia langsung memerintahkanku menuju Bukit Gembala untuk mengurus lamaran. Maka aku segera kembali Dengan membawa rombongan ke Bukit Gembala, sesampainya di sana, Racun Barat memerintahkanku untuk mengejarmu..."
"Terima kasih atas niat baik kalian. Namun, urusan ini menyangkut nyawa bisa saja nyawa kita yang tertinggal di sana. Sedangkan kau, sebentar lagi akan menikah. Jangan sampai Putri Racun Barat menjadi janda sebelum kau sempat menikahinya. Lebih baik kau kembali saja. Sampaikan terima kasihku atas niat baik Racun Barat...!!" teriak Pendekar Iblis, lalu dengan cepat melompat meninggalkan Bintang Kusuma yang hanya bisa termangu, takjub akan kecepatan lompatan Pendekar Iblis.
Namun, Bintang Kusuma masih berdiri bingung di tempatnya. Pendekar Iblis jelas-jelas menolak tawarannya, tapi dia juga merasa malu jika harus kembali ke Bukit Gembala dan mengingkari perintah Racun Barat.
Sementara itu, matahari terik membakar bumi, seolah menggantung tepat di atas ubun-ubun. Raka masih terus berlari secepat mungkin. Nafasnya terengah-engah, dan keringat membasahi seluruh pakaiannya. Ia tidak akan sepayah itu jika tidak mengerahkan tenaga dalam selama pelariannya.
Namun, waktu terus memburunya. Ia harus sampai di Rawa Lintah sebelum pagi menjelang. Jika tidak ada gangguan dalam perjalanan, ia akan tiba di sana pada tengah malam.
lanjut dong