Perjalanan hidup Gaman julang yang tidak pernah tuntas menyelesaikan pendidikan di sekolah maupun di pesantren.
Ia tidak bisa mengimbangi waktu dengan hobinya bermain musik,sehingga sekolahnya terbengkalai.
meski demikian, dia seorang yang cerdas.
Hingga suatu ketika dia harus bergelut dengan problematika hidup dan beban moral menghadapi gunjingan keluarga dan tetangga.
Semua sepupunya terbilang telah hidup sukses dan sudah punya keluarga sendiri,tinggal ia seorang yang masa depannya tak tentu arah.
Ditengah kehidupannya yang relatif carut marut secara ekonomi ,dia jatuh cinta dengan putri seorang Kyai besar pengasuh pondok pesantren.
Tantangan terberatnya harus bersaing dengan dua orang lain yang juga ingin melamar putri sang Kyai.
Mereka berdua mapan secara ekonomi dan punya gelar akademik S2 lulusan Universitas Al-azhar Kairo,Mesir.
Upaya apa yang akan dilakukan Jul untuk menghadapi tantangan tersebut demi menaklukkan hati sang Kyai agar menerima ia sebagai menantu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bungdadan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TITIK TERANG
Tak lama kemudian, Pak Hanan menjawab pertanyaanku ; "Nggih wonten , ada kerabat saya di Jombang , kakak saya tinggal di sana ."
Dalam hatiku langsung menangkap ; " waktu itu zian bilang pak dhe nya di Jombang. Ini Kata pak Hanan kakaknya di Jombang. Wah...,klop ini , panggilan pak dhe berarti kan kakak dari bapaknya ,apa jangan - jangan ?."
"Kerabatnya di Denanyar pak ?."
"iya di Denanyar , kok mas Jul bisa tau ? dan kenapa tiba - tiba nanya itu ?."
Ditanya kenapa oleh pak Hanan ,aku bingung seketika , lidah kelu, suara tertahan.
Bingung mencari jawaban. Mata menerawang, penuh dengan beban.
Pertanyaan "kenapa" datang bagai badai yang menerjang tanpa ampun. Aku terdiam, serasa terurai, tak mampu menjawab dengan cepat.
Namun, ku coba untuk berfikir mencari celah. Lagi - lagi motivator misterius tak kasat mata datang dalam hatiku dan mengatakan ; " udaah...ngga usah ragu , langsung aja to the point !."
"Begini pak ,hmmm....waktu itu...."
Tanpa pikir panjang lagi aku beranikan diri untuk bertanya ; " mohon maaf pak Hanan ,sebelumya saya boleh tau nama putri bapak ?."
Tanpa ragu sedikitpun pak hanan memberi tahu nama putrinya ;" namanya zian , usianya sekarang 18 tahun ."
Bahagianya hatiku mendengar itu ,dalam hati ku berucap ; " waaah....pertanda ini , Allah sudah atur semuanya ,memang ngga ada yang kebetulan di dunia ini."
Aku bersyukur, kabar baik datang menyapa, hati riang penuh sukacita. Bagaikan mentari pagi cerah, sinarnya menyinari seluruh jiwa.
Semoga kabar baik ini, membawa berkah tak terhingga. Semoga kebahagiaan kan datang segera.
Semua doa telah terjawab, Janji Allah takkan sirna.
Alhamdulillah puji tercurah, nikmatMu sungguh melimpah. Hati yang dulu dilanda gundah, kini ceria tiada tara.
Syukur ini takkan terhenti, hingga akhir nanti.
Kabar baik ini ku nanti, semoga berkah di setiap hari.
Namun , dalam hatiku masih belum mantap ; "Eits...tapi nanti dulu ,siapa tau itu bukan zian yang ku maksud."
Aku pun bertanya lagi ; " apakah putri bapak nama lengkapnya Feidrica zianayu pramesti ?."
"Lho kok mas Jul bisa tau ? Iya itu nama anak saya ." ; pak hanan kaget bercampur kagum kenapa aku bisa tau.
"Iya saya kan orang sakti pak ,sedikit ndukun bisa menerawang pikiran ,he he...engga engga ding...bercanda pak .Saya pernah bertemu putri bapak , waktu itu kami bertemu di kereta Gaya baru malam .Dia dari Jakarta ,saya dari Purwokerto."
"Kok bisa kenal ? " ; tanya beliau penasaran.
"Ya kenalan lah pak .Kebetulan posisinya sama seperti posisi bapak , tempat duduknya bersebelahan dengan saya."
"Padahal zian itu susah lho bertemu orang baru ,apalagi berkenalan , kamu naksir dia ya?" ; pak hanan dengan tanpa basa - basi menanyakan perasaanku.
"Waah ..., gimana jawabnya ini " ; Hatiku bingung kembali .Bagaimana caranya untuk bisa merangkai kata - kata yang pas serta efisien.
Dalam labirin hati, asa tersembunyi, jalan tak jelas, lidah kaku langkah terhenti. Pikiran berputar, ragu menghantui, antara pilihan kata, hati ini mencari.
Penuh misteri antara asa dan ketakutan diri. Hati bertanya, kemana harus pergi mencari jawaban ?
Gelombang bimbang menerpa jiwa, kekhawatiran menyelimuti, asa mereda.
Biarlah hati merangkak perlahan, menemukan jawaban, dalam keheningan.
Beberapa saat setelah diam, motivator misterius muncul kembali ; " Meski kebingungan menyelimuti jalan, keyakinan diri kan jadi pegangan , jangan takut ! ." Katakan saja ! ."
Aku memberanikan diri ; " Iya pak saya suka sama putri bapak ,cuma kan kami tidak pernah bertemu lagi dari setahun yang lalu ."
Diluar dugaan , aku pikir beliau akan marah. Ternyata Pak Hanan malah tersenyum ; " Kalau kamu serius mencintai anak saya ,belajar yang rajin ! ngaji sing mempeng ! selesaikan dulu mondokmu .Setelah tamat ,baru nanti kamu temui saya ! ."
Melihat pak hanan tidak marah ,aku menjadi berani sedikit komplain , namun tetap menjaga etika ; "Tapi mondok itu kan lama pak ? ngga cukup setahun dua tahun ,ntar kalau zian keduluan dilamar orang gimana pak ?."
Menanggapi komplain dariku ,beliau menasihatiku dengan lembut.
" Nak Jul , sampean ini kan masih muda ,gunakan masa muda untuk menyerap ilmu sebanyak - banyaknya. Di usia sampean ini masih produktif ,masih gampang untuk menyerap ilmu. Mas Jul tidak perlu khawatir ,kalau memang kalian berjodoh ,pasti bisa bersatu."
Aku pun mengangguk - anggukan kepala dan merenungkan apa yang dikatakan pak Hanan.
Dari hati yang tampak tulus, nasihat terucap dan terurai. Jalan hidup terbentang, penuh liku dan duri. Nasihat jadi penuntun di setiap langkah diri.
Janganlah terlena, duniawi yang fana. Ingatlah akhirat, tempat kembali yang abadi.
Tundukkan kepala, pada Yang Maha Kuasa. Nasihat jadi bekal, di dunia dan akhirat nanti.
Nasihat jadi lentera di kala gulita. Membimbing jiwa, menuju cahaya bahagia.
Dunia hanya titipan semata. Nasihat jadi pengingat, agar tak terlena. Hidup ini singkat, gunakan untuk berbuat nyata.
Terimalah nasihat, dengan lapang dada. Jadikan cermin diri yang kan berubah. Nasihat jadi guru, dalam meniti asa, membentuk jiwa, menjadi manusia utama.
Perkataan pak Hanan menjadi renungan dalam jiwaku .
Dalam meniti hidup, penuh hikmah dan pelajaran.Amalkan nasihat dalam setiap tindakan ,agar hidup bahagia di dunia dan akhirat kelak.
Beliau memintaku supaya jangan menemuinya sebelum aku selesai mondok sampai tamat.
"Saya boleh minta alamat lengkapnya pak ?" ; dengan jurus muka memelas kucoba merayu beliau agar memberi tahu alamatnya.
Namun ,beliau belum mau menunjukkan alamat lengkapnya.
"Saya kan sudah bilang tadi nak Jul... , selesaikan dulu mondokmu ! Saya tidak akan ngasih alamat sekarang ,Nanti Allah yang akan mempertemukan kita .Kamu yakin 100 persen kan dengan kuasa Allah ?.
Aku terdiam.
"Mosok santri nggak yakin ?."
Aku tetap terdiam.
"Alam semesta dan seisinya ini milik Allah nak Jul...,kamu serahkan saja pada yang punya , tenanglah ! Fokus dulu ngajimu , kalau saya beritahu sekarang sampean jadi tidak fokus ngaji !."
Aku masih terdiam merenung.
Diluar renunganku , roda kereta terus berputar ,waktu terus berjalan ,tak terasa kereta telah tiba di stasiun klaten.
Suara Announcer sudah terdengar, memperingatkan para penumpang yang turun agar memeriksa barang bawaan untuk dipastikan tidak ada yang tertinggal.
Pak Hanan mengemasi barangnya dan bersiap - siap untuk turun.
Sebelum turun dari kereta ,beliau memberiku semangat lagi ; " Jangan khawatir nak Jul...,yakinlah ! Allah yang akan mempertemukan kita lagi nanti , belajar yang rajin ya ! Bapak turun dulu. "
" Aaamiiin " ; hanya itu kata yang mampu ku ucapkan.
Aku bersalaman dan mencium tangan beliau ,kemudian ku angkat dan kubawakan kardus bawaannya sampai turun dari kereta.
Turun dari kereta ,aku masih belum puas ingin bertanya pada beliau ; " tapi bapak merestuinya kan ?."
Beliau sedikit tertawa ; " ha ha , yo gak ruh ,lihat nanti ziannya mau opo gak sama kamu .Yang kedua , nanti kamu tamat apa nggak mondoknya...,wis ta...! pokoknya sampean yakin saja sama Allah , ingat ! Fokus fokus dan fokus ! ."
Aku cuma bisa menggaruk - garuk kepala dan manggut - manggut ; " nggih nggih ,siap pak."
" Matur suwon iki wiz digawa'ke mudun , saya duluan ya nak Jul ."
"monggo - monggo pak "; aku bersalaman dan kembali mencium tangan beliau.
Sebelum pergi , pak Hanan merogoh tasnya dan mengeluarkan satu bungkus rokok ; " iki nggo sangu sampean nyang sepur !."
Aku berpura - pura menolaknya ,yaah biasa...,basa - basi dong.. ; "halaah...mboten usah pak...,matur suwun."
Pak Hanan tetap memaksa dan memasukkan rokoknya kedalam saku bajuku ; " halaah...gak usah nolak ,gowonen iki ! Aku ruh kahanane santri .Wong biyen aku yo santri ,yo wis Assalaamu 'alaikum !."
"he he...,njenengan tau saja ,nggih - nggih matur suwun sanget pak ,wa'alaikum salam !."
Beliau berlalu pergi dengan menggendong tas dan menjinjing dua kardus di kanan kiri tangannya.
Aku kembali naik kereta dan perjalanan dilanjutkan.