Seri kedua Kau Curi Suamiku, Kucuri Suamimu. (Hans-Niken)
(Cerita Dewa & Fitri)
Masih ada secuil tentang Hans-Niken, ya? Juga Ratu anak kedua Hans.
Pernikahan yang tak diharapkan itu terjadi, karena sebuah kecelakaan kecil yang membuat warga di kampung Fitri salah mengartikan. Hingga membuat Fitri dan Dewa dipaksa menikah karena dituduh melakukan tindak asusila di sebuah pekarangan dekat rumah Fitri.
Fitri berusaha mati-matian supaya Dewa, suaminya bisa mencintainya. Namun sayangnya cinta Dewa sudah habis untuk Niken, yang tak lain istri dari Papanya. Dewa mengalah untuk kebahagiaan Papanya dan adik-adiknya, tapi bukan berarti dia berhenti mencintai Niken. Bagi Dewa, cinta tak harus memiliki, dan dia siap mencintai Niken sampai mati.
Sayangnya Fitri terus berusaha membuat Dewa jatuh cintai padanya, meski Dewa acuh, Fitri tidak peduli.
"Aku bisa membuatmu jatuh cinta padaku, Tuan!"
"Silakan saja! Cinta tidak bisa dipaksakan, Nona! Camkan itu!"
Apakah Fitri bisa menaklukkan hati Dewa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 22 - Tolong Jaga Jarak
Dewa mengemudikan mobilnya menuju Restoran Fitri lebih dulu. Mereka saling diam menyelami pikirannya masing-masing. Memikirkan kejadian tadi saat tadi mereka berciuman.
“Fit.”
“Iya, kenapa, Mas?” tanya Fitri.
“Aku minta maaf, ya? Soal yang tadi, dan soal tiga tahun ini, aku tidak memedulikan kamu. Aku tidak mau mengumbar janji padamu, tapi aku pastikan aku akan berubah, dan aku akan berusaha untuk memperbaiki semuanya, dan mempertahankan pernikahan ini,” ucap Dewa.
“Aku pegang ucapan, Mas. Buktikan padaku, kalau Mas akan berubah,” ucap Fitri.
“Iya aku akan buktikan, dan aku minta sesuatu sama kamu, Fit. Apa boleh?”
“Minta apa, Mas?”
“Aku pengin kamu jaga jarak sama Tama bisa, Fit?”
“Jaga jarak gimana, Mas?” tanya Fitri.
“Jujur sih, aku gak rela kamu dekat sama Tama. Ya memang awalnya karena aku, kamu sangat dekat dengan Tama. Tapi, gak tahu kenapa saat Tama bilang mencintaimu, aku sangat tidak rela kamu dekat dengan Tama. Aku mohon, Fit. Jadilah wanita satu-satunya untukku. Aku akan perbaiki semuanya,” ucap Dewa.
Fitri hanya diam menatap Dewa yang seperti sungguh-sungguh dalam mengucapkan semua itu. Memang seharusnya Fitri menjaga jarak dengan Tama, karena di sudah memiliki suami, meski suaminya belum bisa menerima dirinya. Tapi namanya manusia yang memiliki kesabaran setipis tisue dibelah tujuh itu, ya tetap saja tergoda dengan perhatian pria lain. Apalagi Tama begitu baik dengannya. Hingga membuat Fitri semakin nyaman dekat dengan Tama.
“Kalau kamu gak bisa melakukannya, ya tidak apa-apa sih, Fit. Itu hak kamu. Tapi aku hanya bilang, kamu ini perempuan bersuami. Mau suamimu seperti apa, kamu kan wajib dan harus menjaga marwahmu sebagai seorang Istri. Ya aku sih sadar, aku gak pantas bicara begini, karena perbuatanku padamu. Tapi, sebaik-baiknya istri itu yang bisa menjaga nama baiknya dan nama baik suami. Maaf ya aku bicara begini?” ucap Dewa.
“Iya, Mas. Tidak apa-apa. Memang seharusnya aku tidak begitu. Terima kasih sudah mengingatkan aku. Dan, terima kasih kalau Mas sudah mau berubah dan mau berusaha memperbaiki semuanya. Aku pegang ucapan Mas yang berniat begitu,” ucap Fitri.
Dewa tersenyum ke arah Fitri, dan menghentikan mobilnya karena sudah sampai di depan restoran Tama.
“Aku akan berusaha memperbaiki semuanya, Fit,” ucap Tama.
“Iya, Mas. Semangat, ya? Aku kerja dulu ya, Mas? Terima kasih sudah diantar, sudah menyiapkan sarapan dan bekal juga,” ucap Fitri lalu dia mencium tangan Dewa.
“Iya, sama-sama. Ya sudah kamu juga harus semangat kerjanya. Nanti pulang jam berapa, biar aku jemput kamu. Jangan pulang sama Tama, ya? Tapi kalau kamu gak bisa, ya sudah gak apa-apa. Kabari saja kalau misal mau pulang, dan mau aku jemput,” ucap Dewa.
“Iya, nanti aku kabari kalau sudah mau pulang, Mas. Aku kerja dulu, ya?”
“Iya, hati-hati kerjanya, kalau kamu capek, istirahat.”
Fitri membuka pintu mobilnya, lalu dia segera keluar. Namun, sebelum keluar, Dewa memegangi tangan Fitri, menahan Fitri supaya tidak keluar lebih dulu.
“Kenapa, Mas?” tanya Fitri.
“Ada yang lupa, Fit. Sebentar.”
Dewa menarik tubuh Fitri lalu memeluknya, dan setelahnya ia menguraikan pelukannya itu, lalu mengecup kening Fitri dengan sayang.
“Selamat bekerja istriku,” ucap Dewa yang membuat Fitri begitu bahagia dan berbunga-bunga saat mendengarnya.
“Selamat bekerja juga, Suamiku,” ucap Fitri dengan senyum bahagia mengembang di wajahnya.
Tidak menunggu lama, Dewa mengangkat dagu Fitri, lalu ia kecup bibir Fitri dengan lembut. Ciuman mereka semakin dalam, dan membuat Fitri juga Dewa lupa kalau mereka ada di dalam mobil.
Tangan Dewa menelusup ke tengkuk Fitri, memberikan sentuhan lembut yang menambah gairah pada tubuh Fitri. Hingga tanpa Fitri sadari, dia begitu hanyut dalam cumbuan Dewa, dan kini Dewa sudah menciumi leher jenjangnya, hingga membuka beberapa kancing kemejanya, dan menampakkan dada yang terbungkus cantik dengan penutupnya yang berwarna biru muda.
Tint!!!
Klakson mobil yang cukup keras yang kini sudah terparkir di sebelah mobil Dewa membuyarkan aktifitas mereka yang semakin memanas, hingga Dewa sudah mengacak-acak isi dari penutup dada Fitri. Dan ternyata sudah banyak bercak merah yang Dewa tinggalkan di dada Fitri itu.
“Maaf, Fit.” Ucap Dewa yang masih terengah-engah, dan Fitri pun segera membetulkan pakaiannya.
“Ehm ... Mas, gak apa-apa.” Ucap Fitri dengan rona wajah yang begitu malu menatap Dewa.
Dewa menghadap ke arah Fitri, lalu merapikan rambut Fitri yang berantakan, dan merapikan baju Fitri juga.
“Aduh ini merah, Fit. Maaf aku ninggalin jejak merah di leher kamu, geraikan saja rambutnya, ya? Ini kelihatan soalnya kalau rambut kamu gak digeraikan,” ucap Dewa.
Fitri langsung mengambil cermin kecil di dalam tasnya. Benar ada bercak merah yang Dewa tinggalkan di lehernya.
“Ih mas, kenapa mesti di sini sih kasih tandanya? Ini kelihatan sekali lho. Tapi bisa ketutup sedikit sama rambut dan kerah bajuku sih,” ucap Fitri. “Eh sebentar aku ada ini, bisa buat nutupin, bentar, ya?” Fitri mengambi Concealer untuk menutupi bercak merah di lehernya.
“Tuh kan ketutup?” ucap Fitri dengan tersenyum.
Tidak ada raut wajah yang menunjukan Fitri marah atau sebal pada Dewa. Malah kelihatannya Fitri begitu bahagia sekali saat ini.
“Ini apa, Fit?” tanya Dewa.
“Oh ini itu concealer, gunanya ya untuk menutupi bercak atau noda di wajah, ya untuk make up gitu, Mas. Untung aku bawa ini, kan bisa buat nutupin?” jawab Fitri.
“Aku minta maaf, ya? Itu orang nyebelin sekali, ganggu saja! Memang Tama itu selalu begitu!” ucap Dewa dengan melihat mobil di sampingnya yang tadi membunyikan klakson dengan keras. Dan itu mobil Tama.
“Hmm tidak apa-apa, Mas. Ya sudah bos aku sudah datang tuh,” ucap Fitri lalu mencium tangan Dewa lagi.
“Hati-hati kerjanya, nanti aku jemput kamu. Kabari kalau mau pulang, dan mau dijemput aku.”
“Oke. Selamat bekerja juga, Mas.” Ucap Fitri dan tiba-tiba Fitri mencium pipi Dewa dengan kilas. Ada rasa bahagia di hati Dewa mendapat kecupan singkat dari istrinya.
Fitri segera keluar dari mobilnya, dan dia langsung masuk, tidak peduli ada Tama yang menunggunya. Fitri hanya menyapa Tama dengan menundukan kepalanya lalu dia pergi masuk ke dalam setengah berlari dengan wajah yang terlihat bahagia.
Tama mengendikan bahunya, melihat Fitri berangkat kerja dengan raut wajah sebahagia itu. Apalagi pagi ini Fitri diantar oleh Dewa.
Sebetulnya tadi Tama sepintas melihat Dewa sedang berciuman dengan Fitri di dalam mobil saat mobilnya sudah terparkir di sebelah mobil Dewa. Saking dalam dan asiknya mereka berciuman, sampai tidak tahu sudah ada mobil tama di sabelahnya. Itu kenapa Tama sampai membunyikan klakson dengan begitu kerasnya.
“Apa mereka sudah melakukan lebih dari ciuman? Hingga Fitri sebahagia itu? Apa Dewa sudah bisa mencintai Fitri? Kok Fitri mau disentuh orang yang belum bisa mencintainya?” batin Tama dengan tatapan kosong ke arah depan, ke arah mobil Dewa lebih tepatnya.
Gak sabar lihat respon papa dewa dan mama niken 😂
1 nya berusaha mencintai 1 nya lagi mlh berusaha meminta restu 🤣🤣🤣
kann tau to rasane coba aja klo bener2 di diemin ma fitri apa g kebakaran jengot