Nirmala Pemuja Setan

Selama ini Nirmala memang nekat pergi ke dukun untuk mewujudkan apa pun yang dia mau, tetapi dia tidak menyangka akan berubah seperti ini. Dia tak menyangka jika dia akan memakan hewan yang begitu lucu seperti kelinci.

Kalau misalkan dibuat sate masih masuk akal, tetapi ini kelinci hidup yang dia makan. Bahkan, kelinci itu masuk ke dalam perutnya tidak dalam waktu 5 menit. Nirmala sangat kaget dan juga tak menyangka.

Namun, kini bukan saatnya dia memikirkan kenapa hal itu terjadi. Ini adalah saatnya untuk dirinya mencari jawaban atas pertanyaan yang dilemparkan oleh Leo.

"Yang, Kamu itu jangan buat aku khawatir. Kalau ada apa-apa cerita saja sama aku, jangan diam aja. Kalau terluka, aku akan mengobati kamu.''

Nirmala memutarkan otaknya dengan cepat, dia tidak boleh salah dalam menjawab. Tak lama kemudian Nirmala tersenyum sambil menggenggam kedua tangan suaminya.

"Tadi aku melihat binatang yang terjebak dengan akar pohon, jadi aku mencoba untuk menolongnya. Tapi sepertinya hewan itu terjebak cukup lama, jadinya sudah banyak darah yang keluar dari kakinya."

"Hewan? Di sini ada hewan apa?"

"Ehm! Tadi aku lihat ada kelinci dan juga kucing," jawab Nirmala cepat.

"Oh, ya udah ayo masuk. Udah mau maghrib," ajak Leo.

"Ya," jawab Nirmala.

Dulu Leo merupakan pria baik yang taat terhadap agama, tetapi setelah menikah dengan Nirmala, pria itu tidak pernah bersujud kepada Tuhannya. Sama seperti Nirmala.

Setelah beberapa saat mereka masuk, ada seorang wanita paruh baya yang mengantarkan makanan untuk Lep dan juga Nirmala.

Dengan senang hati Leo menerima makanan yang diantarkan oleh wanita itu, karena makanan yang dibawa oleh wanita itu memanglah seleranya. Leo menerima makanan itu, sedangkan Nirmala nampak melangkahkan kakinya menuju dapur untuk mengambil piring dan juga sendok.

"Itu istrinya Aden?"

"Iya, cantik ya?" tanya Leo.

"Sangat cantik, tapi--"

Wanita itu nampak bergidik, lalu dia terdiam sambil menunduk. Seperti ingin berbicara tetapi tak berani, Leo menjadi heran dibuatnya.

"Kenapa Bu?"

"Ah, nggak apa-apa. Saya permisi," ujar wanita paruh baya itu.

Wanita itu keluar dari dalam rumah itu dengan tergesa-gesa, Leo merasa aneh. Namun, pria itu hanya menggedikkan kedua bahunya. Lalu, dia menyusul istrinya.

Malam ini kedunya makan dengan lahap, terlebih lagi dengan Nirmala yang seakan tidak ada puasnya dalam memasukkan makanan ke dalam mulutnya.

Puas makan keduanya langsung masuk ke dalam kamar, beristirahat sejenak dan kembali melakukan olahraga enak. Keduanya nampak bersemangat sekali, seperti tidak ada rasa lelah sama sekali.

Selesai melakukan olahraga enak, keduanya nampak terlelap di dalam tidurnya. Namun, saat tengah malam tiba Nirmala terbangun. Dia merasa kalau perutnya terasa lapar kembali.

"Perasaan tadi udah makan banyak banget, kenapa lapar lagi aja?"

Perutnya terasa begitu keroncongan, Nirmala tidak bisa menahan rasa laparnya itu. Wanita itu turun dengan begitu perlahan dari tempat tidur, karena dia takut akan membangunkan suaminya.

"Apa di dapur ada makanan?" tanya Nirmala.

Saat Nirmala masuk ke dalam dapur, ternyata di sana tidak ada makanan sama sekali. Rasa laparnya begitu menyiksa, dia merasa kalau besok harus memesan banyak makanan agar tidak kelaparan seperti ini.

"Di belakang rumah banyak sayuran, aku petik sayuran aja kali ya?"

Nirmala yang tidak bisa menahan rasa laparnya akhirnya pergi ke kebun belakang, dia memetik beberapa sayuran dan juga memetik cabe juga tomat. Dia begitu serakah, karena memetik banyak sayuran seperti ingin dihabiskan semuanya.

"Untung ada kompor dan juga bumbu," ujar Nirmala.

Wanita itu menumis semua sayuran yang sudah dia petik, tentunya dia bersihkan terlebih dahulu dan dia potong-potong. Setelah matang dia langsung memakannya dengan begitu rakus, Nirmala sampai merasa heran dengan dirinya sendiri.

"Masih lapar," ujar Nirmala setelah Dia menghabiskan banyak sayur yang dia masak.

Nirmala kembali memutuskan untuk pergi ke kebun belakang, tentu saja niatnya untuk memetik sayuran. Namun, saat dia ingin memetik sayuran, kedua matanya berbinar melihat tikus tanah yang begitu besar.

Nirmala tersenyum menyeringai, lalu dia dengan gerakan cepat mengambil tikus tanah tersebut. Bukan hanya satu atau dua, tapi dia mengambil banyak tikus tanah itu.

Lalu, tanpa ragu Nirmala memakan tikus tanah itu. Nirmala begitulah memakan tikus itu. Sampai-sampai bajunya terkena darah tikus yang dia makan.

"Enak," ujar Nirmala. "Kenyang juga," imbuhnya.

Nirmala lalu memperhatikan penampilannya yang begitu penuh dengan darah tikus yang dia makan, Nirmala dengan cepat masuk ke dalam kamar mandi. Walaupun airnya terasa begitu dingin, tetapi tetap dia mengguyur tubuhnya agar tidak bau amis.

Dia juga mencuci baju yang tadi penuh dengan darah, lalu dia menggosok tubuhnya dengan sabun sampai beberapa kali. Dia sungguh heran dengan kebiasaannya saat ini, karena dia terus saja merasa lapar.

Dia juga merasa heran, karena rasa laparnya itu tidak akan terobati kalau belum memakan hewan yang masih hidup. Ini merupakan bukan kebiasaannya.

"Kenapa aku jadi aneh seperti ini?" tanya Nirmala kepada dirinya sendiri.

Nirmala belum menemukan jawabannya, tetapi saat ini dia memang bukan saatnya memikirkan hal itu. Nirmala dengan cepat memakai handuk, lalu dia keluar dari dalam kamar mandi.

"Kamu kok mandi malam-malam begini? Kenapa?"

Nirmala rasanya mau pingsan mendengar pertanyaan seperti itu, dia tidak menyangka ketika dirinya akan memakai baju, Leo bangun dan menghampiri dirinya.

Dia merasa kalau pria itu sudah tertidur dengan begitu pulas, tapi kenapa malah terbangun dan malah menghampiri dirinya. Leo bahkan kini menatap dirinya dengan tatapan aneh.

"Aku, aku kegerahan."

Nirmala menjawab dengan asal, dia tidak mungkin berkata jujur kepada suaminya kalau dirinya baru saja memakan tikus tanah.

"Gerah? Aku malahan kedinginan loh, Yang. Bisa-bisanya kamu malah kegerahan," ujar Leo heran.

Nirmala kembali mencari jawaban yang pas agar Leo tidak curiga, wanita itu tersenyum lalu memeluk suaminya.

"Ehm! Tadi kamu mainnya hebat banget, aku sampai keringetan. Jadinya mandi deh," ujar Nirmala.

Masuk akal kalau untuk hal itu, karena ketika mereka melakukannya, Nirmala memang begitu aktif sekali. Wanita itu bergoyang di atasnya sampai berkeringat, wajar kalau merasa tidak betah dengan keringat yang mengucur deras.

Namun, yang Leo rasakan setelah dia istirahat beberapa saat, dia merasakan dingin kembali karena udara di sana benar-benar sangat dingin.

"Ya udah buruan tidur, ini udah sangat malam. Takutnya nanti kamu sakit kalau begadang," ujar Leo yang tidak mau memperpanjang obrolan malam ini dengan istrinya.

"Iya, Sayang. Ayo kita tidur, aku memang ngantuk."

Nirmala mengelus dadanya dengan tenang, karena lagi-lagi suaminya itu percaya dengan apa yang dia katakan. Mungkin karena pengaruh pelet pengasihan, makanya pria itu selalu saja percaya dengan apa pun yang dikatakan oleh Nirmala.

'Untung aku punya Ki Ageng yang selalu menolongku di saat kesulitan, kalau tidak bisa mati aku. Mana mungkin aku bisa menaklukkan hati Leo segampang ini,' ujar Nirmala dalam hati.