Masa remaja, masa yang penuh akan rasa penasaran, rasa ingin mencoba dan juga rasa yang sulit dimengerti bernama Cinta.
Ini adalah kisah Cinta enam orang remaja SMA, dengan segala problematika mereka yang beragam rasanya.
Pahit, asam dan manis seperti rasa Jeruk, Blueberry dan juga Cherry.
Yuk ikuti keseruan cerita mereka di sini. 🐢
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Writle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Si Serba Bisa dan Si Paling Berusaha (Luan dan Arya)
...🍊🍊🍊...
#Kilas_Balik_Hidup_Luan
Luan berumur 4 tahun adalah Luan yang sudah pandai berhitung, membaca, dan berbicara.
Luan berumur 5 tahun adalah siswa cemerlang termuda yang berhasil lolos seleksi jadi siswa di sekolah dasar ternama
Luan berumur 9 tahun adalah Luan yang mendapat predikat peserta terbaik di tempat les bahasa asing di yayasan terkemuka.
Luan berumur 10 tahun adalah Luan yang menjadi lulusan terbaik sekolah dasarnya
Luan berumur 12 tahun adalah siswa akselerasi yang berhasil menyelesaikan pendidikan sekolah menengah pertamanya di usia belia.
Luan berumur 13 tahun adalah Luan yang pandai berkuda dan berbagai cabang olahraga lainnya.
Luan berusia 14 tahun adalah Luan kebanggaan keluarganya, Luan yang akan menjadi penerus tahta.
Namun Luan yang berumur 15 tahun adalah Luan yang tercela, Luan aib bagi keluarganya, dan salahnya hanya satu saja, Luan Jatuh cinta.
Saat itu, Luan berada di bangku kelas 3 SMA khusus bisnis terbaik di kotanya, SMA itu berisi kaum-kaum elite yang digadang-gadang akan menjadi penerus bisnis keluarga mereka, dan kebanyakan teman sekelas Luan adalah laki-laki, perempuan hanya bisa dihitung oleh jari.
Luan yang sejak kecil dikekang untuk selalu belajar ini itu, dituntut untuk pandai melakukan segala sesuatu tidak pernah punya waktu untuk dirinya sendiri, ia tidak tahu urusan perasaan apalagi soal hati. Ibu dan ayahnya hanya memberi materi dan teori, ia tidak pernah tahu kasih sayang yang sejati.
Sampai suatu ketika ada yang memberi Luan afeksi, pencapaiannya diapresiasi, lelahnya diwadahi, keluhnya ditanggapi, Luan merasa begitu disayangi, akan tetapi orang yang membagi semua itu pada Luan adalah seorang Laki-laki.
Puncaknya saat kedua orang tua Luan mengenalkan Luan pada seorang gadis manis, putri dari kenalan bisnis mereka. Gadis itu cantik, pendiam, anggun dan pintar lalu pastinya dari keluarga yang dapat dipercaya seluk beluknya.
Tapi Luan tidak merasakan apa-apa terhadapnya, maka dengan polosnya Luan yang berumur 15 tahun itu berkata.
“Luan nggak suka dia, Luan sukanya sama Rendi.”
Rendi, dialah teman laki-laki yang mengajarkan Luan perasaan seperti disayangi untuk pertama kali.
Orang tua Luan sontak kaget mendengar pengakuan anak tunggal mereka.
“Luan, kamu bercanda kan sayang.” Tanya sang ibu memastikan.
“Tidak ibunda, Rendi bilang dia sayang Luan, begitu juga Luan, Luan menyayangi Rendi.”
Ibu Luan pingsan mendengar hal tersebut.
“Haha, gila, saya tidak percaya saya hampir saja menjodohkan putri saya dengan keluarga tercela.” Kata rekan bisnis keluarganya Luan itu.
“Ayo nak kita pulang, keluarga ini menyimpang.”
Gadis itu menatap Luan seolah Luan adalah makhluk yang menjijikkan. Sepulangnya keluarga itu ayah Luan tiba-tiba meninjunya kencang sekali, darah sampai mengucur dari hidung Luan, belum selesai sampai di situ Ayahnya meninjunya lagi, sudut bibir Luan yang berdarah kini.
Tak hanya itu Luan juga dimaki-maki
“Dasar anak tidak tahu diri.”
“Kamu tahu sebesar apa investasi yang akan hilang gara-gara kelakuan tidak normal kamu ini.”
“Anak cacat! Aneh! Abnormal! Aib! Kamu adalah Dosa untuk keluarga!”
Luan pikir semuanya akan baik-baik saja, Luan pikir lukanya cukup hanya di wajahnya, tapi ia salah, kabar Luan menyukai sesama jenis telah menyebar luas di sekolahnya, mungkin karena rekan bisnis sang Ayah yang memang ingin menjatuhkan keluarga Luan lah yang menyebarkan.
Semua orang memandang Jijik ke arahnya, teman-temannya menjauhi dia, tak jarang juga banyak yang menjahili menjadikan Luan korban bully. Luan hanya punya Rendi, Rendi selalu ada di sana menemani, Luan merasa tidak apa-apa jika seluruh dunia membenci, selagi dia masih punya Rendi.
Namun suatu hari, Rendi tiba-tiba pindah sekolah, Luan ditinggal sendirian di lembaga pendidikan yang tak lagi ramah, pulang pun ia tak berasa ada di rumah, kedua orang tuanya kerap kali memaki dan memukuli Luan mereka memperlakukan Luan layaknya sampah. Luan ingin sekali menyerah.
Bisnis keluarganya pun semakin berantakan, sang Ayah yang semakin emosional dan sang ibu yang seolah hilang akal, Luan hampir saja menggigit lidahnya sendiri kalau saja pamannya yaitu Andhanu Rifqi (Ayahnya Irsyam) tidak menghentikan usahanya bunuh diri.
Akhirnya garis bisnis Andhanu yang semula milik keluarganya dipindah tangankan atas nama sang Paman, Ayahnya yang kemudian ketahuan melakukan penggelapan dana perusahaan harus mendekam dibalik jeruji besi sedangkan sang ibu harus dirawat di rumah sakit jiwa untuk menjalani terapi.
Luan hancur, dia tidak memiliki apapun lagi di dunia ini, seolah segudang prestasi yang ia miliki tidak pernah berarti, seolah hidupnya tidak ada gunanya lagi.
Namun sang Paman mengulurkan tangannya untuk Luan, Luan masih menjadi bagian dari Andhanu, Luan pun mendapat kehidupan baru, meskipun tantenya tidak setuju dengan hal itu.
“Yang bener aja mas? Mas mau adopsi dia? Dia Aib buat keluarga!” Bentak tante Anggi Ibunya Irsyam
“Sekali Andhanu tetaplah Andhanu istriku, dia bagian dari kita, dan tidak ada yang salah dari jatuh cinta.” Jawab pamannya
“Meskipun cinta pada sesama jenis?!” Bantah sang Istri
“Itu tetaplah cinta.”
“Baiklah, kalau kamu semengerti itu tentang cinta, kamu pilih aku orang yang kamu cinta, atau anak itu?”
“Ayolah Anggi, dia masih kecil dan hanya punya kita.”
“Terserah mas, kalau begitu biar aku yang pergi dari sini.”
Irsyam yang berumur 13 tahun menyaksikan semua itu, membuat ia berfikir bahwa Luan yang menghancurkan kebahagiaannya, dan Luan juga sadar akan hal itu, membuat ia depresi dan selalu menyalahkan diri sendiri.
Butuh satu tahun bagi Luan untuk sembuh dari trauma masa SMA nya, sang paman menyewa psikiater ternama untuk menyembuhkan keponakannya, dan Luan berhasil pulih pada akhirnya.
Di umurnya yang ke 16 Luan memilih mengulang masa SMA nya di lingkungan baru di mana tak ada seorang pun yang kenal siapa Luan sebenarnya, kecuali Irsyam sepupunya.
#End_of_Flashback
... 🍊🍊🍊...
Sedangkan Arya adalah anak dari keluarga sederhana yang tidak kekurangan harta, ia tidak bodoh namun tidak jenius juga, jika orang-orang melihat kelebihan Arya, itu adalah berkat usahanya, Arya adalah sosok yang gigih, bukan berbakat tetapi ia memiliki tekad.
Berteman dengan Luan adalah suatu hal yang menyebalkan bagi Arya, karena Luan seolah memiliki sesuatu yang tak Arya miliki, yaitu Bakat Alami, Luan bisa melakukan apa saja tanpa harus banyak berusaha, dan harus Arya akui kalau ia iri akan apa yang Luan miliki.
Jika Arya butuh berminggu-minggu untuk menyusun sebuah proposal kegiatan, maka hanya butuh 3 hari bagi Luan sampai proposal itu mendapat persetujuan, butuh 5 hari bagi Arya menghafal huruf-huruf kanji, namun Luan bisa mengerti keesokan hari setelah tugas itu diberikan padanya, Luan itu luar biasa.
Dan Arya heran kenapa laki-laki luar biasa seperti Luan malah mengajaknya berteman. Luan bahkan sengaja terlambat saat interview untuk pemilihan ketua osis agar nilainya berkurang, agar ia tidak menang. Kalau dipikir-pikir Arya tidak senang karena kemenangannya terasa curang.
“Luan.”
“ya Yaya?.”
Kini mereka seperti biasa sedang berada di ruang staff inti osis, sang bendahara dan sekretaris memang jarang menampakkan batang hidung mereka di sana jadinya hanya tersisa Luan dan Arya.
“Kenapa kamu mau berteman dengan saya?” Akhirnya Arya tanyakan pertanyaan yang selalu berada di kepalanya.
“Karena Yaya cantik.” Celetuk Luan.
“Ish, saya laki-laki Luan!” Bantah Arya geram.
“Dan cantik itu kata yang universal Yaya.” Arya terdiam mendengar pernyataan Luan, Arya mulai berpikir kalau Luan ini agak lain.
“Yaya mungkin berpikir pemikiran Luan aneh, tapi bukankah bunga itu cantik? Lukisan itu cantik? Pemandangan juga cantik? Lantas apakah pemandangan dan lukisan itu seorang perempuan?
Apakah Yaya tahu kalau ternyata bunga dengan mahkota yang cantik justru adalah bunga jantan yang memiliki benang sari? Lihat? Cantik itu kata yang universal bukan?”
Arya termenung, kalimat Luan ada benarnya juga, tapi bukan itu jawaban yang sedang dicari Arya.
“Terserah.” Jawab Arya pada akhirnya.
Luan tersenyum, lalu melanjutkan ucapannya, “Selain cantik, Yaya juga seorang yang selalu mau berjuang, Luan suka semangat Yaya saat memperjuangkan sesuatu, Luan suka dedikasi Yaya ketika mengerjakan apapun itu, Luan suka Yaya.” katanya, entah tidak sengaja keceplosan atau memang sengaja.
“Terserah!” Lalu Arya berlari keluar dari sana, membanting pintu ruangan sekencang yang ia bisa, mengundang senyum miris dari orang yang masih berada di dalam ruangan. Orang yang tidak tahu, kalau dibalik pintu diluar sana Arya juga tengah menahan senyumnya, senyum yang berbeda, senyum yang Arya sendiri tidak tahu apa artinya.
Arya sangat yakin kalau dirinya normal dan masih menyukai perempuan, dia hanya belum bisa percaya pada perempuan, karena ibunya sendiri yang kerap kali ketahuan melakukan perselingkuhan, namun sang Ayah tetap mempertahankan pernikahan.
Pernikahan kedua orang tuanya hanya tinggal tersisa formalitas saja, tanpa adanya cinta. Itu yang membuat Arya tidak bisa mempercayai perempuan, Ia bahkan cenderung takut pada perempuan.
Di dalam pikiran Arya mengikat komitmen atau memiliki hubungan dengan perempuan adalah hal yang sia-sia. Bagaimana jika perempuan itu sama seperti ibunya? Bagaimana jika Arya bernasib sama seperti Ayahnya? Arya memiliki trust issues pada wanita karena hubungan kedua orang tuanya.
Namun di satu sisi Arya bingung akan perasaannya kepada Luan, dia bersyukur atas keberadaan lelaki itu, jika tidak ada Luan maka Arya yakin dirinya tidak akan punya teman. Namun ia juga merasa Luan tidak baik untuk orientasi seksualnya, karena ia seringkali berdebar karena perkataan maupun tingkah laku Luan yang mungkin saja Luan anggap semua itu candaan.
Arya takut jika apa yang dia pikirkan itu adalah kenyataan, tidak mungkin kan dia suka Luan? Karena ia juga takut jatuh cinta sendirian.