NovelToon NovelToon
Divine Gear: Nexus

Divine Gear: Nexus

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Sci-Fi / Time Travel / Epik Petualangan / Anime
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Aidiel Batagor

Masa depan yang bahagia telah tiada, Yuki dengan alat sihir yang diberikan oleh ayahnya kembali ke masa lalu untuk memperbaiki masa depan yang rusak.

Yuki terlempar ke tahun 2099 dimana dia dijual sebagai seorang budak dan dibeli oleh wanita dari keluarga bangsawan bernama Theresa Clorish dan diangkat menjadi penjaga keluarga Clorish.

Selain menjadi penjaga keluarga Clorish, Yuki juga harus menghentikan sesuatu yang akan menghancurkan masa depan dengan kekuatan mutan miliknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aidiel Batagor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Besok Adalah Hari yang Baru

Mereka bertiga melancarkan serangan bersama berturut-turut dan membuat Mundo hanya bisa bertahan dari serangan mereka dan menunggu momen yang tepat untuk serangan balasan.

"Kenapa pria besar? Tidak memiliki celah untuk melawan?." Teriak Aldrian.

Karena sudah tidak bisa menahan lebih lama lagi, Mundo berteriak dan melompat ke atas dan menghantam tanah hingga membuat ruangan ini bergetar.

Mundo mengambil semua benda yang ada disekitarnya dan melemparnya secara tidak beraturan hingga salah satu benda lemparannya mengenai komputer dan menyalakan pertahanan darurat yang tadi dilihat oleh Codex.

Sebuah sirine peringatan muncul disertai lampu berwarna merah bersamaan dengan suara hitungan mundur yang menggelegar di ruangan tersebut.

"Gawat! Semuanya ayo kita keluar! Ruangan ini akan meledak!." Teriak Codex memperingatkan mereka.

Mereka tunggang-langgang berlari meninggalkan ruangan tersebut, Mundo yang melihat mereka kabur pun melompat dan menutup jalan mereka untuk kabur.

"Terkuburlah kalian manusia lemah!." Ucap Mundo.

Saat hitungan telah mencapai angka satu, dinamit yang ada dalam ruangan itupun meledak satu-persatu dan membuat ruangan tersebut perlahan runtuh.

"Hahahaha matilah kalian!." Ucap Mundo menghina mereka.

"Maaf, tapi kami masih ingin hidup." Aldrian menendang wajah Mundo dan membuatnya terhempas jauh, mereka tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan tersebut, mereka kabur meninggalkan ruangan tersebut yang sudah tertimbun bebatuan.

"Hei bagaimana kau tahu jika dia sudah tidak mengaktifkan kemampuannya?." Tanya Codex.

"Kau bisa mengetahuinya dengan melihat urat di kepala botaknya itu, jika urat di kepalanya menghilang berarti dia sedang menggunakan kemampuannya, itu adalah hasil pengamatanku selama kita bertarung dengannya." Jelas Aldrian.

"Kau cukup teliti tuan Aldrian." Puji Yuki.

Mundo kembali bangkit dengan tawa jahatnya, dia tidak menyangka jika Aldrian mengetahui kelemahan dari kemampuan miliknya. Mundo mengambil sebuah serum dari saku celananya.

"Kurasa aku harus menggunakan ini." Mundo kemudian meminum serum tersebut dalam sekali teguk.

Tak berselang lama, keanehan mulai muncul dari tubuhnya. Mundo berteriak keras dan tubuhnya perlahan dilapisi oleh logam membuat mereka benar-benar tidak percaya dengan apa yang mereka lihat.

"Hahahaha dengan begini kalian tidak akan bisa melukaiku lagi." Ucap Mundo berjalan mendekati mereka.

Aldrian menyuruh Yuki dan Codex kabur dan kejar-kejaran kembali terjadi. Menelusuri seluruh lorong yang dipenuhi bebatuan, mereka tiba disebuah tempat yang terdapat sebuah lubang besar yang dalam. Ditengahnya terdapat sebuah ruangan yang mirip seperti elevator untuk naik ke atas.

"Sial ruangan apalagi ini?." Tanya Yuki.

Codex melihat kebelakang dan melihat Mundo yang berlari kearah mereka dan menerjang mereka namun gagal kembali hingga membuatnya hampir terpeleset ke lubang tanpa dasar itu.

"Berpencar!." Teriak Aldrian.

Mereka semua berlarian di jembatan besi yang membentuk lingkaran mengikuti ukuran lubang tersebut. Mundo melihat mereka berpencar pun memilih untuk mengejar Yuki terlebih dulu.

"Kemari kau bocah abadi! Aku ingin menghancurkan tubuhmu setiap kau terus beregenerasi!." Teriak Mundo mengejar Yuki.

Mundo berhasil menangkap kaki Yuki lalu menghantamnya bolak-balik ke lantai. Setiap hantaman membuat penahan jembatan itu mulai bergoyang.

Melihat Mundo yang kehilangan keseimbangan membuat Yuki berhasil kabur dari genggamannya dan berlari ke arah sebuah ruang kendali.

Sementara itu Aldrian dan Codex yang berlari ke arah elevator pun berusaha untuk menyalakan elevator tersebut, namun elevator tersebut tidak dapat menyala.

"Sial kurasa listrik untuk membangkitkan elevator ini mati." Ucap Aldrian.

"Kurasa kita harus menyalakannya di ruang kendali." Codex berlari menuju ruang kendali namun ditahan oleh Aldrian.

"Itu berbahaya." Ucap Aldrian.

"Lalu bagaimana?." Tanya Codex kesal.

Tak lama kemudian mereka melihat Mundo berlari ke arah ruang kendali dan melihatnya menghajar Yuki dengan brutal.

"Kurasa kita berdua harus membantunya." Ucap Codex meyakinkan Aldrian untuk membantu Yuki.

Aldrian pun setuju dan mereka berdua pun pergi menuju ruang kendali. Sementara Yuki yang sudah terluka parah akibat Mundo hanya bisa terkapar di lantai.

"Hahaha aku masih belum selesai." Mundo mencekik leher Yuki dan membuatnya kesulitan untuk bernafas.

"Hentikan itu logam bodoh." Ucap Aldrian.

Mundo berbalik dan melepaskan Yuki dari tangannya dan Yuki langsung berusaha untuk mengambil nafas.

"Kalian punya nyali juga manusia." Ucap Mundo meremehkan.

"Karena jika bocah ini tewas, urusanku bisa berat pada wanita itu." Ucap Aldrian.

"Hahahaha kau berpikir bisa kabur hidup-hidup dari sini? Jangan bercanda!." Mundo menghantam lantai dan membuat ruangan bergetar.

"Dasar gila, kau ingin menghancurkan tempat ini?." Tanya Codex.

"Jika tempat ini hancur, hanya kalian yang akan mati." Jawab Mundo dengan percaya diri.

"Huh, tidak ada satupun dari kami yang akan mati!." Ucap Aldrian.

"Kau sungguh percaya diri, namun aku ingin melihat sampai dimana kepercayaan dirimu itu bertahan!." Mundo melempar meja pada mereka.

Aldrian berhasil menghindari serangan tersebut dan langsung berlari untuk menyelamatkan Yuki, Mundo yang melihat itu berniat menyerangnya namun Codex menyentuh bagian bahunya dan membuat Mundo tidak bisa menggerakkan tangannya.

"Sialan! Apa ini?." Tanya Mundo kesal.

Aldrian menyeret Yuki keluar dari ruangan tersebut dan pergi ke arah elevator.

"Kalian duluan saja! Aku akan menyalakan listriknya!." Teriak Codex yang masih menahan Mundo.

Codex melepaskan Mundo dari pengaruhnya dan berlari masuk ke dalam ruang daya, di dalam sana Codex berlari mencari saklar untuk menyalakan listrik.

Setelah listrik berhasil menyala, elevator nya pun berfungsi. Aldrian dan Yuki masuk ke dalam, namun Aldrian tidak melihat Codex sama sekali. Karena khawatir, Aldrian pun kembali ke ruang kendali dan melihat Codex yang sudah babak belur oleh Mundo.

"Codex!." Teriak Aldrian menghampirinya.

Mundo yang melihat Aldrian datang pun melempar tubuh Codex yang terkapar lemas ke arahnya.

"Aldrian....kenapa kau kembali?...." Tanya Codex dengan nada pelan.

"Dasar bodoh, mana bisa aku pergi meninggalkanmu!." Ucap Aldrian.

Disaat Aldrian berlari sambil membawa Codex, Mundo menekan tombol berwarna merah dan seketika alarm berbunyi. Beberapa orang berjas hitam yang mengejar mereka di awal muncul mengelilingi jembatan dengan pistol di tangan mereka dan mengarahkannya pada Aldrian dan Codex.

"Apa-apaan ini?." Tanya Aldrian.

Mundo berjalan perlahan menghampiri Aldrian yang terlihat panik, keringat bercucuran membasahi wajahnya.

"Kau tahu Aldrian, kukira kita bisa bekerja sama tadi, namun kau menolaknya. Andai saja kau tidak menolak, hal ini pasti tidak akan terjadi." Ucap Mundo.

"Aku tidak ingin menjadi anjing seorang bangsawan." Aldrian menolak keras ucapan Mundo.

"Begitu ya, sayang sekali akhirnya harus seperti ini." Mundo memerintahkan orang-orangnya untuk mengarahkan tembakannya pada Aldrian dan Codex.

Disaat mereka akan menarik pelatuknya, Yuki berteriak dan membuat semua orang kehilangan fokus dan melihat ke arahnya. Kesempatan inilah yang digunakan oleh Aldrian dan menerobos orang-orang tersebut.

Mereka yang melihat Aldrian kabur pun menembaki nya namun meleset dan mengenai penahan jembatan yang mulai bergoyang dan perlahan runtuh.

Beberapa dari mereka berjatuhan ke lubang tersebut, Mundo berlari mengejar Aldrian yang berusaha pergi ke elevator. Namun karena tubuhnya yang sudah menjadi logam total membuat tubuhnya menjadi berat dan membuat jembatan yang dipijaknya runtuh dan membuat Mundo jatuh ke dalam lubang tanpa dasar itu.

Runtuhnya jembatan itu membuat jembatan lainnya runtuh termasuk jembatan menuju elevator, disaat Aldrian hendak menaruh Codex ke dalam elevator, Codex menolak dan melepaskan dirinya dari Aldrian.

"Ada apa Codex? Ayo cepat pergi dari sini!." Teriak Aldrian.

Codex mendorong Aldrian ke dalam elevator dan menekan tombol ke lantai atas.

"Apa yang kau lakukan?." Teriak Aldrian.

"Ada sesuatu yang harus aku lakukan....kalian pergi saja duluan.....aku akan menyusul." Ucap Codex dengan senyum di wajahnya.

"Itu mustahil tuan Codex." Ucap Yuki.

"Kalau hal itu mustahil maka...kita berpisah disini." Codex tersenyum pada Aldrian.

"Aku tidak bisa menerimanya! Aku sudah kehilangan Velicia, aku tidak ingin kehilanganmu juga!." Teriak Aldrian berusaha membujuk Codex.

"Aldrian, kota Nexus memerlukan pahlawan sepertimu. Kau masih memiliki sesuatu untuk dilindungi, sedangkan aku tidak.....karena itulah... hiduplah....untuk hari esok." Ucap Codex.

Elevator pun mulai bergerak dan naik ke atas meninggalkan Codex sendirian.

Codex pun pergi meninggalkan mereka dan berlari dengan tenaganya yang tersisa untuk kembali ke ruang kendali. Disana Codex masuk kembali ke ruang daya, dia memasukkan kedua tangannya ke dalam tumpukan kabel dan menyalurkan listrik yang dia simpan selama ini ditubuhnya.

Codex berteriak kesakitan namun dia terus berusaha untuk menyalurkan listrik tersebut hingga mencapai batas. Peringatan kelebihan daya muncul namun Codex tidak menghiraukannya dan terus melanjutkan apa yang dia lakukan.

Tak lama kemudian percikan api muncul dan membuat kebakaran besar di dalam ruangan tersebut. Lama-kelamaan api tersebut membesar lalu menyebar kemana-mana hingga mengenai sebuah tabung gas dan menyebabkan ledakan yang lumayan dahsyat hingga membuat elevator yang dinaiki oleh Yuki dan Aldrian bergetar.

Dari kaca elevator, Aldrian hanya bisa melihat ruangan tersebut telah dilahap oleh api yang sangat besar. Matanya terlihat berkaca-kaca seakan tidak percaya bahwa dia telah kehilangan orang terdekatnya lagi.

Yuki hanya bisa terdiam melihat Aldrian yang sedang berduka atas kematian Codex. Melihat senyuman Codex sebelum dia mati mengingatkan Yuki pada ayahnya juga dengan kejadian yang sama.

"Apa kematian.....benar-benar semenyakitkan ini?." Tanya Yuki.

"Ya, kematian adalah sesuatu yang menyakitkan, apalagi untuk kita yang ditinggalkan.....untuk selamanya." Jawab Aldrian.

Elevator berhenti dan mereka tiba di sebuah tempat yang tak asing, mereka kembali ke hotel tempat mereka beristirahat tadi siang. Suasana di hotel tampak sepi, ilmuwan yang tadi kesana-kemari bekerja tanpa henti telah tidak terlihat sama sekali.

Disaat mereka berjalan beberapa langkah, suara tepuk tangan terdengar, mereka menoleh ke samping dan melihat Rhine yang duduk sambil membawa sebuah koper.

"Kuucapkan selamat, kalian berhasil menghancurkan laboratorium cabang Mesir kami." Ucap Rhine.

"Siapa kau?." Tanya Aldrian dengan sedikit emosi.

"Kau tidak perlu tahu, yang terpenting sekarang, Darius telah menaruh mata pada kalian dan sebaiknya kalian waspada." Ucap Rhine.

"Waspada untuk apa?." Tanya Yuki.

"Tentu saja dengan tindakan apa yang kalian lakukan. Selamat malam tuan-tuan." Rhine pergi meninggalkan Yuki dan Aldrian di dalam hotel.

Mereka berjalan keluar dan melihat indahnya langit malam yang dipenuhi oleh bintang. Yuki terkesima melihat pemandangan yang dia lihat.

"Sebuah bintang.... melambangkan sebuah harapan kan? Apa aku salah.....Yuki?." Tanya Aldrian.

Mendengar Aldrian pertama kali memanggil namanya, Yuki tersenyum dan mengiyakan apa yang ditanyakan oleh Aldrian.

Mereka berjalan menyusuri jalanan kota yang tidak terlalu ramai oleh penduduk, ditengah perjalanannya Aldrian melihat sebuah ilusi yang memperlihatkan Velicia dan Codex melambai ke arahnya.

Aldrian hanya tersenyum dan terus berjalan karena dia tahu bahwa itu semua hanyalah ilusi yang diciptakan oleh dewa untuk menenangkannya.

"Ngomong-ngomong kita akan kembali besok pagi, jadi untuk sementara kita tidur di pinggir jalan saja, apa kau tidak masalah?." Tanya Aldrian.

"Bukan masalah besar, lagipula aku memberitahu Theresa bahwa kita adalah sesama gelandangan yang sering tidur di pinggir jalan." Jawab Yuki.

Mendengar hal itu membuat Aldrian sedikit tersenyum. Mereka mengambil tumpukan kardus untuk menjadi alas mereka untuk tidur. Yuki berbaring dan langsung tertidur pulas karena kelelahan dengan apa yang terjadi hari ini, Aldrian yang melihat Yuki tertidur pulas membuatnya ingin tidur juga, namun dia sama sekali tidak merasa mengantuk dan memilih untuk bersandar pada sebuah tiang lampu dan menatap ke arah langit.

"Hiduplah untuk hari esok...."

1
MirotaEN
kok aku tersinggung ya?
Aidiel Batagor: Hehehl
total 1 replies
MirotaEN
Noelle cantik bangetzzzz
MirotaEN
lah gitu doang?😡
MirotaEN
woi author, nana karakter itu harus huruf besar woi
MirotaEN
NOELLE AH AH AH🥰🥰🥰🥰🥰
MirotaEN
TSUNDERE JANCOQ LANGSUNG NYATAIN AJA WOYYY
Aidiel Batagor: Perlu proses ygy
total 1 replies
MirotaEN
APASIH AUTHORNYA (AK JG MW😡😡😭😭😭😭)
MirotaEN
NOELLE MODUS ANYING MODUS
Aidiel Batagor: Hahahaha
total 1 replies
Adrian Koto
sampai bertemu dengan Dewi Aqua 😆
Adrian Koto
asem Masi becanda dh mau ajal
Aidiel Batagor: Kelakuan emang
total 1 replies
Adrian Koto
wih quotes nya powerful
Aidiel Batagor
Keren
MirotaEN
ah ah ah
MirotaEN
Kejam banget Yuki😭
MirotaEN
mimin sayangg mc nya umur berapa ya kalau boleh tau?
Aidiel Batagor: 18 tahun kalau gak salah
total 1 replies
MirotaEN
Pergi kau Tua
Ritsu-4
Gemes banget sih!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!