"Bagaimana rasanya saat menemukan istrinya yang selama ini ia sia-siakan ternyata menjadi seorang pelayan di rumah sahabatnya?"
Nabilla meletakkan secangkir kopi pada tamu majikannya dan saat melihat tanda lahir di punggung tangan Nabila, Amran terkesima dan menatap tajam mata wanita yang sudah ia campakkan tiga tahun ini.
Nabilla gadis yang berusia 20 tahun dengan kesehariannya mengenakan pakaian syar'i lengkap dengan cadarnya.
Ia harus menerima kenyataan pahit setelah tiga bulan bertahan di rumah suaminya, ia harus pergi dari kediaman suaminya karena karena perselingkuhan sang suami. Lagi pula pernikahan mereka hanya sebuah terpaksaan sebagai syarat untuk mendapatkan kedudukan dan harta sang kakek.
"Ikuti kisah cinta mereka yang berakhir dengan tragis!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Kesedihan Arsen
Pagi itu Arsen yang sudah mengetahui peristiwa penembakan terhadap mami angkatnya itu membuat hatinya sangat sedih. Ia berulang kali menyeka air matanya saat berada di dalam mobil bersama ayah dan tantenya Nadin.
Bocah berusia delapan tahun ini sudah menjadi seorang hafidz atau penghafal Al-Qur'an tiga puluh juz dan sedang menghafal seratus lebih hadist dan tentunya semua dibawah bimbingan Nabilla langsung. Putra dari Wira ini sangat patuh pada keluarganya dan sangat taat beribadah. Mengetahui kalau Nabilla sudah kembali pada suaminya membuat Arsen makin sedih karena akan berpisah dengan mami angkatnya itu.
"Ayah ..!"
"Hmm!"
"Apakah mami Nabilla tidak tinggal lagi dengan kita?" tanya Arsen.
"Iya sayang. Sudah saatnya mami Nabilla harus kembali pada keluarganya," jawab Wira yang sama sedihnya dengan putranya.
"Berarti kita kehilangan segalanya jika mami Nabilla meninggalkan rumah kita. Arsen tidak lagi makan enak, belajar pasti sendirian dan mengulang setiap ayat pada surah tertentu ( Marojaah ) tanpa di dampingi mami Nabilla," tutur Arsen.
"Bukankah mami Nabilla sudah melatihmu untuk menjadi pria yang mandiri? kenapa sekarang kamu jadi cengeng?" tanya Wira pada putranya yang begitu takut kehilangan Nabilla.
"Karena hidup Arsen terasa lengkap saat bersama dengan mami Nabilla. Walaupun ayah tidak mau menikahinya, tapi Arsen tidak merasa kekurangan kasih sayang seorang ibu karena sudah mendapatkan semua itu pada mami Nabilla. Mami Nabilla selalu ada buat Arsen. Saat Arsen sakit, mami Nabilla merawat Arsen tanpa kenal lelah padahal Arsen masih ada ayah, Tante Nadin dan Oma namun kalian tidak begitu peduli padaku hanya mami Nabilla yang siap begadang untuk menunggu Arsen di rumah sakit maupun di rumah," tutur Arsen meluapkan kekesalannya pada orang-orang disekitarnya yang menyerahkan tanggung jawab mereka mengurus Arsen pada Nabilla.
"Insya Allah, mulai sekarang Tante Nadin yang akan menggantikan tempatnya mami Nabilla untuk merawat Arsen. Jadi jangan nangis lagi" hibur Nadin pada keponakannya.
"Hmm!" jawab Arsen lemah.
Setibanya di rumah sakit, Arsen tidak kuat lagi menahan luapan kesedihannya pada gadis bercadar ini. Ia memanggil Nabilla dengan panggilan mami membuat Amran sedikit syok.
"Assalamualaikum mami!" sapa Arsen saat pintu kamar inap itu di buka.
"Waalaikumuslam Arsen!" Nabilla merentangkan kedua tangannya menyambut putra angkatnya itu tapi tubuh Arsen di tahan ayahnya Wira.
"Sayang, luka tembakan mami Nabilla ada di perutnya, jika kamu memeluknya hati-hati agar tidak mengenai lukanya mami Nabilla!" ucap Wira mengingatkan putranya.
"Iya ayah." Arsen menjijitkan kakinya untuk memeluk Nabilla.
"Mami...! Maafkan Arsen tidak bisa melindungi mami. Nanti Arsen akan balas perbuatan orang yang telah menembak mami," ucap Arsen begitu emosi.
"Stttt! jangan jadi pria pendendam karena itu tidak akan habisnya. Memaafkan itu jauh lebih baik. Yang pantas menghukumnya hanyalah Allah. Hukuman Allah pada orang yang zholim jauh lebih menyakitkan daripada hukuman sesama manusia yang hanya mengandalkan amarahnya. Kalau ditembak mati hanya kematian yang dirasakan oleh orang itu tapi itu tidak akan membuat kamu puas," ucap Nabilla penuh bijak.
"Mami aku hebat. Terimakasih ya mami Nabilla semua nasihat bijak mami Nabilla pada Arsen. Entah apa jadinya Arsen nanti tanpa mami Nabilla kalau paman tampan ini membawa mami pulang ke rumahnya," ucap Arsen sambil menatap wajah Amran yang terlihat datar padanya.
Ingin rasanya Amran mengucapkan kata-kata kasar pada Arsen karena sudah berani mencuri perhatian istrinya. Tapi, ia tidak ingin Nabilla akan memarahinya. Ia hanya diam tanpa ingin menimpali ucapan Arsen yang berharap masih bertemu dengan Nabilla. Amran tidak menyukai panggilan Arsen pada Nabilla dengan sebutan mami karena itu hanya peruntukan putra-putrinya nanti. Sikap egois Amran mulai mendominasi pikirannya ini. Bagaimanapun juga Arsen tidak memiliki hubungan darah dengan Nabilla maupun dirinya apalagi pria kecil itu sebentar lagi akan memasuki usia remaja.
Melihat wajah datar Amran, Wira mengambil putranya dan segera pamit pada Nabilla dan Amran.
"Arsen. Ayo kita pulang sayang! mami Nabilla harus banyak istirahat. Nanti kalau kangen kamu boleh menghubungi mami Nabilla," ucap Wira.
"Mami Nabilla. Terimakasih untuk semua bentuk perhatianmu untuk Arsen dan juga untuk keluarga Arsen. Terimakasih kasih sayang dan cintamu yang mami berikan khusus untuk Arsen saja. Tanpa mami Nabilla, Arsen pasti tumbuh menjadi anak pembangkang dan tidak mengenal Allah melalui ilmu agama yang diajarkan mami Nabilla. Arsen janji untuk menjaga hafalan Al-Qur'an Arsen agar tidak mudah lupa," ucap Arsen sambil berurai air mata.
"Ingat apa kata mami Arsen, jika hafalan Al-Qur'an-mu tidak lancar berarti....?"
"Arsen sedang melakukan kemaksiatan kecil mau besar," lanjut Arsen.
"Pintar. Tetaplah mengucapkan istighfar jika kamu melakukan khilaf dan jagalah Allah....-"
"Maka Allah akan menjagamu," sambung Arsen.
"Jangan bersedih putraku! Suatu saat nanti kita akan berkumpul kembali entah dengan jalan apa yang dikehendaki Allah," ucap Nabilla dalam bahasa Arab karena Arsen di bekali Nabilla dengan bahasa Arab, Inggris dan Perancis.
"Semoga aku akan menikahi salah satu putrimu," balas Arsen dengan bahasa Arab.
Nabilla mengangguk dan keduanya saling cekikikan walaupun air mata mereka masih mengalir deras. Walaupun yang lain tidak mengerti tapi mereka tahu apa yang sedang kedua orang ini bicara, tapi mereka paham bahwa ada ikatan emosional antara Nabilla dan Arsen yang sulit untuk dipisahkan sekalipun itu adalah Amran.
Setelah pamit, Amran memeluk istrinya karena sudah berjasa pada keluarga Wira terutama bisa membentuk kepribadian Arsen yang memiliki karakter kuat dan pria kecil itu terlihat sangat berkharisma.
"Kamu hebat sayang! Aku tidak sabar untuk menghamilimu. Cepatlah sembuh! dan kita akan membuat anak," bisik Amran dengan suara serak membuat Nabilla meremang.
"Mas Amran apaan sih?" Nabilla memukul dada suaminya lembut.
"Kita belum melewati malam pengantin kita. Aku belum membuka segelnya. Aku takut milikku jadi tumpul karena belum bertemu dengan asahannya," goda Amran makin membuat Nabilla tersipu.
"Bukankah kamu punya Fina?"
"Sayang! mungkin kamu percaya atau tidak dengan ucapan ku. Aku masih perjaka sampai saat ini. Aku tidak pernah tidur dengan Fina walaupun gadis itu berusaha merayuku dan hari itu yang kamu lihat tidak seperti yang kamu bayangkan. Dia bisa masuk ke apartemen kita karena ia masih ingat dengan nomor sandi pintunya dan aku lupa menggantikannya. Walaupun dulu dia sering datang ke apartemenku aku tidak pernah mau tidur dengannya tanpa menikahinya. Lagi pula kakek dan nenek tidak setuju dengan hubungan kami. Kakek tidak suka dengan sifatnya apalagi dengan gaya pakaiannya," imbuh Amran.
"Tapi kamu sukakan gaya pakaiannya?" tanya Nabilla sinis.
"Itu dulu sayang. Tapi sejak ada yang bilang kalau makanan terbuka itu banyak dihinggapi lalat aku jadi kepikiran takut sakit perut," timpal Amran membuat Nabilla merasa lega.