Lethisa Izzatunnisa adalah seorang gadis berusia 24 tahun bekerja di devisi keuangan pada salah satu perusahaan konveksi. Ia memiliki kekasih sejak kelas XI SMA bernama Irsyad. Keduanya menjalin kasih tanpa ada halangan yang berarti meskipun keduanya memilih jalur karier yang berbeda. Irsyad memilih menjadi dokter, sedangkan Sha, panggilan Lethisa, memilih menjadi karyawan kantor.
Kesibukan mereka sebenarnya tidak membuat komunikasi memburuk, tapi ada suatu peristiwa yang membuat Irsyad harus memutuskan Sha. Bahkan Irsyad mau menikahi seorang perempuan bernama Farah.
Bukan prank ataupun hoax. Pernikahan Irsyad pun terjadi. Bagaimana perasaan Sha? Ikuti kisah kasih Sha dengan berbagai trauma percintaannya, terlebih setelah bertemu Arsyad bos dan juga teman SMA nya. Happy reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BOS BARU
"Gue juga mau kayak gini," ujar Diva girang setelah melihat podcast Sha dan Heni. Tak menyangka rekan kerjanya begitu apik di layar dan suatu saat bisa terkenal. Apalagi obrolan mereka sangat natural dan tidak mendramatisir. Setelah diupload pun banyak yang udah komen tentang pendapat mereka. Projek yang awalnya ia tentang, kini Diva mengakui Sha punya bakat untuk menjadi influencer. Cerita yang diusung tentang perempuan tersakiti memang menjadi ladang basah, pintar juga Sha mengambil tema itu.
"Mbak Diva yang mau, Sha yang gak mau," ledek Heni jumawa, merasa menjadi artis dadakan karena ternyata penampilan perdana dalam konten Sha sangat bagus, tak menyangka juga Sha tak punya keahlian edit video bisa menampilkan video yang apik. Keren deh mantan si Irsyad ini.
"Mbak Diva punya cerita apa boleh deh mampir di podcast aku," balas Sha baik hati.
"Aduh ...harus punya cerita menyedihkan gitu?" tanya Diva kecewa. Sha mengangguk, padahal ia hanya menggoda saja. Heni kemarin saja cerita orang.
"Pak....yang diajak cuma manajer doang ya, padahal kita kan pengen makan prasmanannya," ujar Sha sok imut.
"Ya elah non kayak gak pernah makan prasmanan," sahut Heni judes kalau mengingat Sha dengan menu prasmanan, sumpah norak.
Diva tertawa mendengar keluhan Heni yang menemani Sha keliling semua stand, mencoba makanan dan yang paling penting kudu nyoba soto daging, rasanya menu wajib yang harus dimakan. Dan kok ya pas, setiap kondangan atau acara perusahaan selalu ada soto daging.
Berbicara prasamanan memang sebelum makan siang ini, ada penyambutan bos baru anak Pak Wira, beliau yang akan menggantikan posisi Pak Anwar. Kalau mendengar ceritanya sih, anak bos ini sudah punya start up sendiri, dan beberapa supermarket di beberapa kawasan kota. Anak terakhir beliau yang mewarisi jiwa bisnis Pak Wira, sedangkan anak pertama dan kedua Pak Wira memilih menjadi dokter dan tentara.
"Kok mau ya Pak Ibrahim memimpin perusahaan ini?" tanya Sha yang mendengar nama bos barunya Ibrahim Wiratama. "Padahal udah top dengan start up nya sendiri, emang start up nya apa sih Mbak?" tanyanya pada Diva.
"Clothing line, dan frozen food!" balas Diva tanpa mengalihkan pandangannya pada layar komputer.
"Umur 24 bisa sekaya itu kok bisa ya?" gumam Sha heran. Di umur 24 saja ia masih gini-gini aja, bahkan keinginan beli mobil aja masih maju mundur.
"Karena untuk menjadi kaya itu butuh darah turunan orang kaya juga," sahut Heni.
"Alamat gue gak pernah ngerasakin doong, hiks. Hiks..." rengek Sha sok dramatis. Sedangkan Diva dan Heni tertawa ngakak. Semenjak putus dengan Irsyad, Sha sudah melarang keras dirinya untuk menjalin kasih dengan anak orang kaya. Dalam hidupnya menjalin hubungan dengan strata sosial yang sangat berbeda sangat tidak enak. Terlalu banyak perbedaan terutama life style, hingga akhirnya dia pun merasakan patah hati karena anak orang kaya.
"Yakin gak menjadikan Pak Ibrahim target masa depan?" giliran Arman memancing keteguhan prinsip Sha.
"Bos baru?" ulang Sha meyakinkan, dan Arman pun mengangguk. "Enggak deh, dia udah kaya dari lahir, trus udah jadi bos di luar perusahaan bapaknya, makin ngenes kalau dari segi materi sudah layaknya langit dan bumi gini," celoteh Sha putus asa.
"Ya udah ma aku aja," kembali Arman menawarkan perasaan pada Sha.
Sha terdiam, mengedipkan kedua bola matanya dengan heran, Diva dan Heni pun semakin menyemangati Arman pendekatan dengan Sha.
"Pepet terus Pak, jangan kasih kendor," celetuk Heni provokator ulang.
"Saya ditolak nih ceritanya?" tanya Pak Arman dengan wajah datar, sungguh tidak ada ekspresi sama sekali. Heni, Diva, dan Sha malah tertawa ngakak melihat wajah Pak Arman, antara kecewa dan biasa aja itu gak ada beda.
"Pak sumpah...Pak Arman ini beneran gak sih nembak saya?" tanya Sha dengan cekikikan.
"Iyalah, masa' bercanda. Saya sih mengambil peluang aja. Saya jomblo kamu juga, ya ayo?"
"Pak...Bapak sadar gak sih Bapak tuh nembak cewek?" Sha masih tak percaya menembak versi asisten manajer keuangan ini.
"Nyadar."
"Kok gak romantis?" Sha pun main ceplos aja. Gak peka juga akan malunya cowok kalau menembak di depan banyak orang terus ditolak itu tengsi setengah mati Jenderal.
"Sha," tegur Diva yang tahu sorot mata Pak Arman serius.
"Eh...maaf, bukan mengejek perasaan Pak Arman tapi..." jelas Sha, baru merasa tak enak.
"Tapi kalau ditolak gak pa-pa sih, soalnya saya juga masih cinta sama mantan. Berniat santet online."
"Asisten lucknut!!" teriak Diva geram. Ia bahkan dengan enteng melempar pulpen yang lumayan tebal, dan anehnya si Arman tertawa ngakak melihat ekspresi kesal Diva, dan ekspresi heran Sha. Sedangkan Heni hanya diam tak menimpali.
Semakin hari kelakuan laki-laki datar itu semakin aneh, kadang ramah, kadang jutek, kadang konyol. Macam anak gadis lagi PMS saja.
"Santai aja kali, Sha. Gak hanya kamu kok yang aku tembak, yah beginilah kalau laki-laki putus itu, sehari sih happy baru seminggu deh hidup gue ngenes."
Sha langsung berdiri dan bertepuk tangan seolah happy mendengar status Pak Anwar, "Next my podcast....just for you mister!"
"Bener ya?" tanya Pak Arman meyakinkan. Pria berusia 32 tahun itu sumringah. Mungkin dia butuh tempat curhat, "Podcast awal ku kasih gratis deh, asal aku bisa memviralkan kisah cintaku," ketiga perempuan dalam ruangan itu melongo. Kesambet apa sih nih cowok begitu getol memproklamirkan ceritanya. Ada yang aneh.
"Bapak sehat gak sih?" tanya Sha dengan keheranan.
"Sehat, sangat sehat. Kapan mau bikin podcast?"
Sha melirik ke Heni, meminta persetujuan enaknya ekskusi orang ajaib kapan, tapi sayang gadis manis itu mengedikkan bahu.
"Sebelum podcast, bikin ala tiktok aja deh!" sahut Bagas yang sejak tadi diam. Ia pun membuka ponselnya, membuat konten dua pilihan. Cara mainnya, semua berbaris dan bergiliran menuju ke arah pilihan yang tertera.
"Siap?" tanya Bagas berhasil mengalihkan obrolan yang membosankan dalam ruangan.
Pilihan pertama : Selingkuh atau diselingkuhi, dan semua yang terlibat memilih diselingkuhi.
Pilihan kedua : Cowok/cewek cakep atau kaya
Ketiga perempuan memilih kaya, sedangkan Arman dan Bagas memilih cewek cakep.
Pilihan ketiga: Pelakor atau Pebinor
Karena barisan pertama Arman, laki-laki itu bingung karena tidak sesuai dengan keinginannya, sedangkan yang lain sudah gak betah menunggu, apalagi mendekati makan siang.
"Buruan napa, hanya main doang ini mah!" keluh Diva sedikit emosi.
"Eh..pilihan menentukan karakter ya," balas Arman cukup serius.
"Halah, Pak Arman cocok ini mah," tak perlu menunggu lama, Sha langsung mendorong Pak Arman menuju pilihan Pebinor. Game selesai, semua tertawa tanpa memilih, karena sudah tak kuasa menahan tawa melihat Arman kesal.
"Ada apa ini?" tanya sesorang yang baru saja membuka pintu ruang devisi keuangan. Tawa yang menggelegar berhenti seketika, dan mereka mengarah pada sumber suara. Ada seorang yang memakai kemeja maroon tanpa jas dan berdiri di depan Bu Retno.
Mati kalian, batin Bu Retno sembari menatap para anak buah beserta gelengan kepala.
byk pelajaran hdp lho dimana wanita hrs kuat dlm kondisi apapun