NovelToon NovelToon
Menikah Kontrak Dengan Tuan Muda

Menikah Kontrak Dengan Tuan Muda

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Angst / Tamat
Popularitas:42.7M
Nilai: 4.9
Nama Author: Sujie

Bagaimana jadinya jika hidup sudah tak memberimu pilihan?

Semua yang terjadi di dalam hidupmu seolah menyudutkan mu dan memberikan tekanan padamu sehingga membuatmu terpaksa harus menyetujui sebuah perjanjian untuk mengikat hubungan dengan seseorang yang sangat kamu benci dalam sebuah pernikahan.

Pernikahan kontrak, dengan alasan yang saling menguntungkan.

Morgan Wiratmadja.
Sang lelaki yang menciptakan permainannya. Namun siapa sangka, permainan pernikahan kontrak yang ia ciptakan justru menyeretnya ke dalam sebuah perasaan yang ia hindari selama ini.






Selamat membaca 🙏

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sujie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Makam Alice

Dengan memakai gaun tertutup berwarna senada dengan pakaian yang dikenakan Morgan, Eylina nampak mempesona.

Riasan tipis dan terkesan natural seolah menggambarkan kepribadiannya yang sederhana.

Ia menuruni satu persatu anak tangga, mengikuti langkah kaki suaminya.

Suasana rumah masih sangat sepi pagi ini, hanya ada beberapa pelayan yang berlalu lalang mengerjakan tugas sesuai porsi mereka masing - masing.

Eylina mencoba tersenyum saat tak sengaja berpapasan dengan salah satu pelayan. Namun pelayan itu hanya tersenyum kaku lalu menundukkan kepalanya dan segera berlalu sebelum Tuan muda mereka memberi peringatan keras.

Ah ... ya Tuhan. Ini sebenarnya rumah atau apa? terasa sunyi sekali meski banyak penghuninya. Tuannya aneh, pelayannya aneh. Apa mereka tidak bisa tersenyum sama sekali. Lama - lama aku merinding berada disini. Rumah besar dan mewah seperti ini seharusnya suasananya sangat ramai bukan?Tapi disini hanya ada hawa dingin dan kaku.

Gubrak ...!!!

"Aww ...."

Eylina menabrak salah satu tiang besar yang menyangga rumah ini.

"Kau ini kenapa? dimana kau taruh matamu?" Morgan menarik tangan Eylina dan menggandengnya.

Haissh ... sial! sakit sekali keningku. Gara - gara memikirkan rumah ini, aku jadi gagal fokus.

Eylina masih mengusap keningnya yang masih terasa berdenyut.

"Cepat masuk!" Morgan masuk dan duduk dibelakang kemudi.

"I ... iya. Baiklah." Eylina membuka pintu dan duduk di kursi penumpang.

"Kau pikir aku sopirmu hah? Duduk disini!"

"Hehe ... maaf Tuan." Eylina turun dan membuka pintu mobil lalu duduk bersebelahan dengan suaminya.

Tanpa menunggu lama, mobil itu melaju membelah udara dingin di pagi buta.

Tumben dia mengemudi mobil sendiri. Kemana sekertaris sialan itu?

"Tuan, kita akan kemana hari ini?" Eylina menatap wajah dingin lelaki yang sedang fokus pada kemudinya tersebut.

Wajah dengan bentuk rahang yang tegas. Seolah menggambarkan karakter tegas dan aura yang kuat.

Sementara yang ditatap tak bergeming, dan tetap fokus ke arah depan.

"Oh ... baiklah. Maafkan aku jika anda tidak suka dengan pertanyaannya hehe ...." Eylina lalu membuang pandangannya ke luar jendela.

Menatap sebuah jalanan yang sama sekali tidak ia kenali.

Hingga mobil itu memasuki sebuah gerbang tinggi.

Pemakaman? memangnya siapa yang meninggal? Eylina mengernyitkan dahinya.

Ia lalu turun dan mengekor di belakang Morgan. Lelaki itu berjalan menuju sebuah makam seseorang.

Lelaki itu berlutut di pusara tersebut dan mengusap batu nisan yang bertuliskan sebuah nama. Alice Andrea.

Alice, aku datang. Maafkan aku yang sudah lama tidak pernah mengunjungi tempat peristirahatan terakhir mu. Kau tahu betapa sakitnya kehilanganmu saat itu bukan? Hatiku sangat hancur, hancur bersama dengan impian - impian kita.

Alice, kuharap kau tidak membenciku. Aku berusaha melupakanmu selama ini dan juga cinta kita.

Kau lihat gadis ini, dia adalah Eylina. Wanita yang ku nikahi karena sebuah kesepakatan.

Hahaha ... apa aku kejam? Mau bagaimana lagi, Papa menyuruhku segera menikah. Sedangkan aku tidak mungkin bisa jatuh hati lagi pada siapapun.

Tenanglah, jangan cemburu! Setelah batas waktu yang kami sepakati, aku akan melepaskannya. Morgan menunduk dan tersenyum getir.

Siapa Alice? mungkinkah adiknya? atau kakaknya? Tapi sepertinya dia sangat berarti bagi tuan Morgan.

Eylina turut berlutut disamping Morgan meski ia tak mengenal nama tersebut. Namun ia dapat merasakan jika lelaki yang kini disampingnya sedang menahan kesedihan yang sangat mendalam.

Ia melupakan sejenak kebenciannya pada Morgan. Dirinya kini justru seolah ikut merasakan kesedihan lelaki itu.

Meski sangat penasaran, namun Eylina tak punya keberanian untuk bertanya.

Ia kemudian berdiri, untuk memberi kesempatan pada Morgan untuk meluapkan perasaannya. Namun tangan kekar lelaki itu menahannya.

"Aku tidak mengijinkan mu pergi."

"Oh ... baiklah." Eylina kembali duduk berlutut. Dan menunggu hingga lelaki tersebut selesai dengan urusannya.

Dengan tanpa beban Morgan berdiri lalu melangkahkan kakinya menuju mobil pribadinya yang terparkir lumayan jauh dari pusara Alice. Tanpa memperdulikan Eylina.

Hey ... dasar sialan. Bisa - bisanya dia berjalan begitu cepat dan meninggalkanku disini. Dia yang memintaku untuk menemaninya dan tetap disampingnya. Tapi kini dirinya juga yang meninggalkanku dengan tanpa perasaan. Eylina tidak habis pikir dengan lelaki yang menurutnya aneh tersebut.

Hahaha ... dasar gadis aneh. Rasakan kau.

Tidak seperti tahun - tahun sebelumnya, kesedihan Morgan kali ini sangat mudah hilang. Rasanya ia sangat terhibur dengan keberadaan istri kontraknya, ia juga merasa selalu tidak puas jika tidak mengerjai gadis tersebut. Raut wajah kesal yang ditunjukkan Eylina seolah menjadi kepuasannya.

"Aww ...." Eylina berteriak kemudian terduduk. Kakinya terkilir karena berjalan tergesa - gesa dengan memakai sepatu berhak tinggi. Gadis itu meringis sambil memegangi pergelangan kaki kanannya.

Sontak saja membuat Morgan menoleh padanya. Lelaki itu berlari ke arah Eylina.

"Kenapa kakimu?" Bertanya dengan sedikit khawatir. Ia pun reflek memeriksa kaki gadis itu.

"Aw ... sakit." Eylina semakin meringis saat Morgan berusaha memeriksa kakinya.

"Kakimu terkilir?"

"I ... iya. Sudah Tuan ... ini tidak apa - apa." Eylina mencoba berdiri namun rasa sakit pada kakinya itu tak dapat ia tahan.

"Aw ...."

"Tidak usah merasa kuat jika memang kau tidak kuat, dasar gadis bodoh." Tanpa meminta ijin, Morgan mengangkat tubuh Eylina.

Apa kau tidak pernah makan? bagaimana tubuhmu bisa seringan ini. Hahaha ... ah iya. Hidupnya sangat susah, mungkin kau tak cukup makan. Morgan menahan tawa.

Tidak bisakah kau tidak mengatai ku bodoh?

Aku memang bodoh, hingga terjebak dalam permainanmu. Eylina.

"Buka pintunya!" Morgan mendekatkan tubuh Eylina ke pintu mobil.

"A ... apa?" Eylina gelagapan. Dirinya sedari tadi secara tidak ia sadari sedang menikmati aroma maskulin yang keluar dari tubuh Morgan.

"Lain kali aku akan datangkan dokter THT untuk memeriksa telingamu. Cepat buka pintunya, apa kau begitu menikmati momen ini hah? Berani sekali merepotkanku." Berkata tanpa ekspresi.

"Ah, maaf Tuan." Wajah Eylina memerah, ia segera membuka pintu tersebut. Dan membiarkan Morgan mendudukkannya ke dalam mobil.

Siapa juga yang ingin merepotkan mu. Hey, aku juga sama sekali tidak mengharapkan kejadian ini.

"Pasang sabuk pengaman mu! Tanganmu tidak terkilir juga kan?" Mata Morgan sedikit melirik pada gadis disebelahnya.

"Tentu saja ... hehe. Tanganku baik - baik saja."

Dengan cepat Eylina memasang sabuk pengaman itu.

Entah kenapa tiba - tiba perasaan takut itu menyerang Morgan. Bayangan mengerikan yang terjadi sepuluh tahun lalu tiba - tiba terekam jelas di depan matanya.

Ia berusaha menguasai dirinya, menarik nafas panjang lalu menghembuskannya dengan pelan.

Kemudian mulai menyalakan mesin mobilnya.

Mobil hitam itu melaju dengan sangat lembut, menggambarkan kehati - hatian sang pengemudi.

****

Dua orang pengawal membukakan pintu gerbang dengan cekatan saat melihat mobil Tuan mudanya datang.

Beberapa orang dengan pakaian pelayan juga sudah berbaris rapi setelah mendengar bel penanda.

Morgan kemudian turun, ia juga mengangkat tubuh Eylina dan membawanya masuk.

"Cepat panggilkan dokter, dan suruh bi Astri ke kamar." Perintahnya, tanpa melihat pada siapa dia memerintahkan.

Dan akhirnya salah satu diantara mereka menelpon salah satu dokter andalan keluarga Wiratmadja.

"Kak Morgan? Kak Eylin kenapa?" Emily dan Luna yang sedang berada diruang tengah itu pun berdiri saat melihat kakaknya menggendong kakak ipar mereka.

"Tidak apa - apa, dia hanya kelelahan." Morgan tersenyum. Begitu juga dengan Eylina.

Ia lalu melanjutkan langkahnya dan menaiki tangga membawa Eylina ke dalam kamar kemudian membaringkannya dia atas ranjang tidurnya. Ranjang yang selama ini tidak boleh disentuh oleh wanita manapun kecuali sedang dibersihkan.

Dan kini, seorang gadis bernama Eylina justru tidur terbaring disana.

💗💗💗💗💗💗

Mohon untuk mendukung novel ini dengan cara Like, komen masukkan daftar favorit dan yang paling penting Vote seikhlas kalian gais.

Agar Author lebih bersemangat lagi untuk update episodenya.

1
Yuli Desiana
novel keren mantaaap 🥰
suka suka ku
Luna n Dara imut banget
Elsa Manek
bab ini sangat ngakak🤣🤣🤣🤣🤣
Pi Pit
Luar biasa
Pi Pit
Buruk
Diana
Luar biasa
Diana
Lumayan
Lhucianour Nhour
the best story
inayah machmud
kasihan sekali kamu rey ...🤭🤭🤭🤭
inayah machmud
bener kata rey morgan udah kaya cacing kepanasan karena perasaan cemburu. ..
inayah machmud
hahaha, ,, kepala pelayan sudah alih frofesi jd fotografer. ..🤣🤣🤣🤣
inayah machmud
hahaha, ,,🤭😂😂😂
Opi
bagus
Opi
bagus
Opi
Kecewa
Yati Yati
kau bnr bgt than Rey klo bnr" menutup mata Dan telinga bukan mall yg d dpt mlh RS ato kuburan yg ada
Zamz Hasanah
setiap baca komentar pasti ada tuan saga tuan saga tuan saga..😡😡 kalau gak suka ya ga usah di baca😡😡😡
Sitifatimah Imah
Luar biasa
Yunerty Blessa
adui kak thor tolong ajarin rey gimana berciuman..
Yunerty Blessa
rey yang kaku pasti akan cair juga
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!