Vika gadis ceria dan sedikit tomboy jatuh cinta pada Ihsan yang merupakan teman kecilnya.
Vika terpaksa harus memendam rasa sukanya pada Ihsan karena ada begitu banyak hal yang membuat mereka tak bisa bersama.
Penasaran ....
yuk simak kisah lengkapnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Ajj, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22
SELAMAT MEMBACA
Hari itu Kaysa masih enggan untuk pulang, ia ingin bersama Vika hingga gadis itu kembali ke kota Bandung.
Ia membantu Vika mengemas barang-barang yang akan dibawa kesana.
Saat Vika melihat kalung, gelang dan cincin yang ia beli saat di pantai kemarin.
"Key ini buat kamu, dan yang ini buat aku, aku gak nyadar ternyata ini samaan"Vika memberikan aksesoris yang ia pegang kepada Kaysa.
Gadis itu begitu bahagia karena mendapatkan hadiah dari sahabatnya.
Mereka pun saling berpelukan, saat hampir jam 4 sore Vika pun pamit kepada Mama, Pian dan Kaysa.
Mama Iren nampak begitu sedih saat harus kembali ditinggalkan oleh putrinya.
Dengan diantar oleh Pian ke terminal Vika pun dengan berat hati harus meninggalkan keluarganya lagi dan juga sahabatnya.
Vika yankin jika Ikhsan akan mencari dirinya, karena saat Vika pergi ia sedang tidak ada dirumah saat itu.
Dengan menaiki bus antarkota Vika pun kembali ke kota Bandung.
Sepanjang perjalanan ia hanya memejamkan matanya tetapi tidak tidur.
Walaupun hanya beberapa hari tapi begitu banyak kenangan yang terukir.
Ia ingat saat dipantai kemarin Ikhsan begitu memperhatikannya, tanpa Vika sadari ia tersenyum tipis.
Setelah tiga jam perjalanan akhirnya Vikapun tiba kembali di kota Kembang.
Saat ia turun dari bis ternyata Ujang sudah ada disana menjeputnya.
Vika tertegun sesaat, seingatnya ia tidak memberi tahu Ujang jika akan pulang hari ini.
"Dih malah bengong si Eneng, gak kangen ya sama Aa" ucap Ujang yang menyadarkan Vika dari lamunannya.
Ia pun tersenyum "Ya kangen lah Jang, kok kamu tttsbbngu pulang hari ini?" tanya Vika sambil naik keatas motor.
"Tadi si Nini yang kasih tau dan nyuruh Aa buat jemput kamu" ucap Ujang sambil perlahan menjalankan motornya.
"Jang bisa gak mampir di tukang bakso yang biasa, aku laper" ucap Vika sedikit kencang karena suaranya kalah dengan suara kendaraan yang melintas.
Ujang pun hanya mengangguk, mereka pun singgah di kedai bakso langganan mereka.
Mungkin karena rindu Ujang hanya memperhatikan wajah Vika saat gadis itu makan, namun saat Vika hendak menahankan satu sendok lagi sambal tangan Ujang langsung menahannya.
"Jangan banyak-banyak pake sambalnya yank nanti sakit perut"
Vika pun tersenyum manis "dikit aja boleh ya yank" lanjut Vika.
Ujang pun hanya bisa pasrah saat melihat senyum manis kekasihnya.
Setelah kenyang mereka pun segera menuju kediaman nenek Dilla.
"Assalamualaikum Nenek" teriak Vika sambil membuka pintu.
Nenek Dilla yang saat itu memang sedang menunggunya langsung berjalan menuju pintu depan.
"Akhirnya ini cucu inget juga sama Neneknya, kenapa lama sekali di sana, kamu gak kasihan sama Nenek" ucap Nenek Dilla sambil memeluk dirinya.
"Nenek aduh nek, ini panas" ucap Vika saat bakso yang ia bungkus untuk sang nenek sedikit mengenai kulitnya.
Ujang pun dengan sigap langsung mengambil plastik bakso yang Vika pegang lalu menaruhnya di atas meja.
"Bawa apa itu?bakso ya? Alhamdulillah kebetulan nenek belum makan" Nenek Dilla pun langsung mengambil mangkuk dan membawanya kedepan.
Ia pun langsung menuangkan bakso kedalam mangkuk dan memakandpdapaa
Vika dan Ujang hanya tersenyum melihat Nenek Dila makan begitu lahap.
"Dih si nini kaya gak makan berapa hari aja, pelan-pelan atuh" ucap Vika saat melihat neneknya makan begitu lahap dan tersendak.
Ujang langsung mengambil air minum untuk nenek Dila.
Setelah memberi kabar pada Mama Iren dan Ujang pun pamit pulang karena hari sudah larut malam Nenek Dilla pun menyuruh Vika untuk segera istirahat.
Sementara itu Mama Iren tidak dapat tidur dengan nyenyak, ia begitu merasa kehilangan saat sang putri kembali bersama neneknya.
Memang berat untuk mama Iren jika harus mamaksa Vika untuk kembali bersama mereka, disatu sisi ia senang melihat perubahan Vika saat ini namun ia harus kembali menahan rasa rindu kepada putrinya karena harus kembali terpisah.
Pagi pun tiba, Vika yang sudah terbiasa bangun pagi dan setelah sholat subuh ia akan membantu neneknya membuat sarapan.
"Pagi nek" sapa Vika saat melihat neneknya sudah sibuk didapur.
"Pagi juga Vika, kamu mau sarapan apa?" tanya Nene Dilla.
"Apa aja Nek, sebenarnya nenek gak harus sibuk masak kan kita cuma berdua beli aja sarapannya nek" saran Vika
"Masak lebih irit Vik, higienis lagi" jawab nenek Dilla.
"Gak usah ngirit nek, kalo nenek gak ada uang nanti Vika minta sama Papa" jawab Vika nseenaknya dan berhasil mendapat hadiah sebuah pukulan kecil di lengannya.
"Dih kok malah nyubit sih nek,kan yang Vika bilang itu bener" ucap Vika sambil mengelus tangannointtuang dipukul sang nenek.
Vika pun berjalan keluar dapur menuju kandang bebek milik Neneknya.
"Wahhh bebek nya sekarang banyak" teriak Vika.
"Iya, itu papa kamu yang beliin katanya kalo kamu mau potong ya tinggal potong aja gak usah pake alesan bebeknya ilang" jawab Nenek Dilla dari depan pintu dapur.
Ha ..ha....
Vika tertawa kencang saat mendengar ucapan neneknya.
Setelah sarapan Vika duduk didepan teras sambil bermain ponsel.
"Assalamualaikum" Ujang pun tiba dengan membawa plastik berisi makanan.
"Kamu sudah sarapan sayang?"
Vika pun hanya tersenyum.
"Udah tadi, kamu gimana udah sarapan belum?" Vika pun bertanya balik.
"Udah tadi, ni aku bawain bala-bala masih anget yank" Ujang pun tanpa sungkan langsung masuk kedalam dan mengambil piring untuk menaruh bakwan.
Vika yang pada dasarnya memang sangat menyukai gorengan dengan sangat lahap memakan dua buah gorengan dengan cabe rawit hijau.
"Hari ini ada rencana mau kemana yank?" tanya Ujang.
"Aku belum tau Jang, kita kesawah aja yuk sekalian liwetan nanti siang"
"ikut aja aku sih apa kata kamu yank" jawab Ujang sambil tersenyum lalu ikut memakan satu buah goreng pisang.
Nenek Dilla pun keluar dan ikut bergabung bersama mereka.
Sementara itu dirumah Vika di kota, Mama Iren nampak termenung diatas meja makan sambil menatap beberapa masakan yang sudah ia susun diatas meja.
"Mah...kok ngelamun sih" sapa Papa Bagas saat keluar dari kamar dan mendapati istrinya sedang termenung.
"Sepi ya Pah gak ada Vika, rumah ini ramenya cuma beberapa hari aja" ucap Mama Iren sedih.
"Kalau mama kengen tiap akhir pekan kita bisa kesana Mah, sekalian liburan" Papa Bagas duduk disebelah Mama Iren lalu mengelus punggung nya lembut.
Mama Iren nampak tidak begitu semangat, mungkin ia masih terlalu rindu dengan putrinya.
Begitu juga dengan Iksan, pagi ini Ia menunggu Vika diteras depan rumahnya sambil berpura-pura minum kopi.
Setelah hampir satu jam menunggu namun Vika tidak juga muncul.
Ia semakin gelisah karena sejak kemarin sore belum juga melihat sosok gadis yang kini selalu membuatnya rindu.