Kisah yang menceritakan tentang keteguhan hati seorang gadis sederhana, yang bernama Hanindya ningrum (24 tahun) dalam menghadapi kemelut rumah tangga, yang dibinanya bersama sang suami Albert kenan Alfarizi (31 tahun)
Mereka pasangan. Akan tetapi, selalu bersikap seperti orang asing.
Bahkan, pria itu tak segan bermesraan dengan kekasihnya di hadapan sang istri.
Karena, bagi Albert Kenan Alfarizi, pernikahan mereka hanyalah sebuah skenario yang ditulisnya. Namun, tidak bagi Hanin.
Gadis manis itu, selalu ikhlas menjalani perannya sebagai istri. Dan selalu ridho dengan nasib yang dituliskan tuhan untuknya.
Apa yang terjadi dengan rumah tangga mereka?
Dan bagaimana caranya Hanin bisa bertahan dengan sikap dingin dan tak berperasaan suaminya?
***
Di sini juga ada Season lanjutan ya say. Lebih tepatnya ada 3 kisah rumah tangga yang akan aku ceritakan. Dan, cerita ini saling berkaitan.
Selamat menikmati!
Mohon vote, like, dan komennya ya. Makasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shanayra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21
Kenan makan dengan lahap. Sudah hampir sebulan ini, dia sangat merindukan masakan istrinya itu. Setelah 2 tahun tinggal bersama dengan Hanin, membuat Kenan terbiasa dengan pelayanan yang diberikan oleh wanita itu.
Mulai dari urusan perut, hingga urusan pakaian. Karena itu, sejak kepindahan Hanin. Dirinya seperti kehilangan arah. Hanya saja, ego yang terlalu tinggi, membuatnya malu untuk mengakui semua itu.
"Sudah berapa hari, pria ini tidak makan?" Alis Hanin menyatu, dia heran melihat Kenan yang makan seperti orang kelaparan.
Kenan melihatnya sekilas. "Kenapa kau melihatku seperti itu?" Kenan bertanya. Dia bingung, kenapa Hanin memandangnya dengan tatapan aneh.
"Tidak, aku hanya heran melihat mas makan selahap itu. Apa mas belum makan dari pagi?" Akhirnya Hanin bertanya.
Kenan menghentikan suapannya. Meneguk segelas air. "Bukan hanya dari pagi. Waktu makanku menjadi tak beraturan semenjak kau pindah. Lidahku sudah terbiasa dengan masakanmu. Karena itu, setiap kali aku makan, aku merasa tidak ada makanan yang cocok denganku." Kenan kembali memasukkan makanan kemulut.
"Apa dia mulai merayuku, selama ini, dia bahkan tidak pernah memuji masakanku sama sekali." Hanin bergumam.
Tak lama setelahnya.
"Sudah malam mas, pulanglah. Aku tidak enak dilihat oleh tetangga. Mereka taunya, aku hanya tinggal sendiri. Jika mereka melihat mas disini, mereka akan memikirkan hal yang tidak-tidak tentangku." Hanin mendudukkan dirinya di kursi ruang tamu, sebelah Kenan.
"Tidak usah khawatir, Berryl sudah mengurus semuanya. Dia sudah melapor pada ketua RT, bahwa aku adalah suamimu." Kenan melirik pada Hanin.
"Tapi mas, aku mau istirahat. pulanglah!" Lagi, Hanin mencoba mengusir.
"Aku ingin tidur disini malam ini. Siapkan tempat tidurku!" Kenan berjalan menuju kamar.
Hanin tersentak, kemudian berlari mengejar pria tadi. "Tidak bisa mas. Kamar rumah ini cuma satu." Hanin menarik lengan baju kemeja yang digunakan pria itu. Membuat langkahnya terhenti tepat didepan pintu kamar.
"Untuk apa kamar, bukankah kita suami istri." Kenan mengedipkan sebelah matanya, sambil tersenyum usil.
"Mas, tolong... jangan seperti ini." Hanin mulai terlihat kesal.
"Seperti apa maksudmu? Bukankah kau memang masih istriku." Kenan memandang Hanin.
"Tapi, kenapa baru sekarang mas menganggapku sebagai istrimu?" Hanin membalas tatapan pria itu.
"Karena memang, baru sekarang aku menyadarinya." Kenan mencoba meraih tangan Hanin.Tapi sayang, dia segera menepisnya.
"Hanindya ningrum. Aku akui, selama ini aku sudah zalim kepadamu. Namun, maukah kau memaafkan salahku dan memberiku kesempatan?" Kenan kembali meraih tangan Hanin. Kali ini dia memegangnya erat.
"Kesempatan, kesempatan apa yang mas inginkan?" Hanin mengernyitkan keningnya.
"Kesempatan untuk menjadi suami sepenuhnya untukmu. Mari kita memulainya dari awal." Kenan memandang mata Hanin dalam, seakan ingin membuktikan kesungguhannya.
"Hah, apa segampang itu mas mengatakan hal ini? Lalu, bagaimana dengan Nesya, apa mas akan meninggalkannya begitu saja?" Hanin menarik tangannya, berbalik dan berjalan kembali keruang tamu.
"Aku tidak akan meninggalkannya. Walau bagaimanapun aku tidak bisa melakukan itu." Kenan mengekor.
Hanin berbalik, menatap Kenan dengan penuh emosi. "Lalu, mas ingin terus memiliki kami berdua? Mas, apa mas tidak punya perasaan sedikitpun?" Mata gadis itu mulai berkaca.
"Aku tidak punya pilihan Nin. Aku kehilangan arah saat kau tidak ada. Tapi aku punya alasan, kenapa aku tidak bisa meninggalkan Nesya." Kenan mendekat.
"Apa alasannya? Apa karena, mas sudah sering kali menidurinya? Kalau memang begitu, nikahilah dia. Ceraikan aku. Karena aku tidak ingin hidup menjadi bayangan kalian lagi." Air mata Hanin mulai berjatuhan.
"Bukan itu alasannya. Aku punya alasan lain, yang tak bisa ku beritahukan padamu. Tapi, yang pasti. Aku tidak akan pernah menceraikanmu."
"Ternyata, mas masih saja egois." Hanin menyeka air matanya.
"Apapun yang kau katakan, aku tidak akan berubah pikiran." Kenan melangkah keluar rumah. Naik kemobil, dan berlalu menuju kediamannya.
Sementara itu, ditempat lain.
Terlihat seseorang gadis cantik baru saja melihat poto dari Handphone nya.
"Brengsek, kenapa Kenan masih saja pergi menjumpainya." Gadis itu melempar benda pintar tadi ke atas ranjangnya.
"Nesya, Nesya.. bukankah dulu, aku sudah memperingatkannya padamu." Seorang gadis yang duduk di atas sofa kamar Nesya membuka suara.
"Apa maksudmu?" Nesya memandang ke arah wanita itu.
"Dulu, aku sudah melarang rencanamu untuk menjebak Kenan dan Hanin tidur dalam satu kamar. Tapi, kau tidak mendengarkanku." Nindy meneguk air mineralnya.
"Pesona yang dimiliki Hanin, berbeda jauh dengan pesona kita. Sedangkan mas Sakala, mantan suamiku. Tidak bisa melupakannya." Gadis yang tadinya duduk itu, sekarang sudah terlihat berdiri. Dia melangkah mendekat ke arah Nesya. Gadis itu adalah Nindy. Mantan istri dari Sakala. Pria yang masih mengharapkan cinta Hanindya.
"Itu karena kau berbeda denganku. Harusnya kau terus berusaha membuat pria itu mencintaimu, tapi kau malah melakukan sebaliknya. Aku bahkan sudah bersusah payah, membuat Sakala jatuh kepangkuanmu. Tapi kau malah menyerah seperti orang bodoh." Nesya menyalakan rokoknya.
"Aku bukan bodoh Nesya. Aku hanya lelah. Karena mencintai pria yang tidak mencintai kita, rasanya sangat menyakitkan. Kau bersamanya setiap waktu, tapi hatinya selalu memikirkan wanita lain. Karena itulah, aku lebih memilih mencari kebahagiaanku sendiri." Nindy mendudukkan dirinya atas ranjang.
"Dan kau tau, karena Sakala lah, makanya Kenan jadi tergila-gila pada wanita brengsek itu." Nesya meneguk minuman keras yang ada di atas meja sofa.
"Nesya, kenapa rasa bencimu pada Hanin, masih saja bersarang di hatimu?" Nindy mengernyit heran.
"Sampai matipun. Aku akan tetap membencinya. Kau tau kenapa? Karena dia terus saja berada di atasku. Dia hanya seorang gadis miskin, tapi dia selalu saja menjadi perhatian semua orang. Dia bahkan bisa menjadi juara kelas dengan gampangnya. Dan, semua laki-laki yang kusukai pasti akan menyukainya. Bahkan ibuku sendiri, selalu membanding-bandingkanku dengannya. Karena itulah aku akan menghancurkan hidupnya. Aku akan membalas semua penghinaan yang dilakukannya kepadaku." Nesya terlihat berapi-api.
"Apa kau yakin, saat ini kau masih bisa menghancurkannya? Aku rasa kekasihmu itu sudah sangat jarang datang menjumpaimu. Apa dia sudah jatuh cinta pada Hanin?" Nindy mengangkat sebelah alisnya.
"Tidak...." Nesya melempar gelasnya. Membuat benda itu hancur berkeping-keping.
"Aku tidak akan membiarkannya memiliki Kenan. Tidak selama aku hidup Hahahaha.." Nesya tertawa lepas.
Nindy bergidik ngeri. Dia merasa kalau Nesya sudah terlihat agak aneh. "Baiklah, lakukan apapun yang menurutmu benar. Karena, semua akan berpulang kepadamu."Nindy menepuk bahu Nesya pelan, menyambar tasnya. Dan berlalu keluar kamar.
"Kurang ajar, kurang ajar..." Nesya melempar semua barang yang ada di atas meja.
"Aku sengaja membuatmu menikah dengan kekasihku. Dan aku juga sengaja bermesraan dengan suamimu itu, di depan matamu sendiri. Kau tau kenapa aku melakukan semua itu? Aku melakukannya, agar kau bisa merasakan, bagaimana rasanya menjadi pecundang. Tapi, kau malah terlihat baik-baik saja. Kau membuatku semakin membencimu Hanindya." Nesya berucap pada poto yang terpajang didindingnya. Poto yang penuh dengan tancapan anak panah kecil dibagian wajahnya.
TBC
Selamat membaca Readers, mohon bantu vote, like, jadikan favorite dan silahkan tinggalkan krisannya.
Makasih 😊
sorry gwa baca sampe sini