Ayu Larasati, seorang dokter spesialis kejiwaan yang lebih senang tidur di rumah sakit daripada harus pulang ke rumahnya. Ada sebab nya dia jarang pulang ke rumah. Apalagi jika bukan drama ibunya yang menginginkannya menikah dan segera memberikannya cucu.
Ibunya memaksa ingin menjodohkan dirinya dengan seorang laki-laki.
Duta Wicaksana, seorang bupati yang amat disegani di kota Magelang. Dia amat pintar mengelola kota nya sehingga kota nya bisa menjadi kota maju. Tapi sayangnya belum memiliki pendamping. Dirinya pasrah ketika akan dijodohkan oleh orang tuanya dengan seorang perempuan.
Mereka dipertemukan dalam ta'aruf. Mungkinkah cinta mereka akan bersemi?
Atau mungkinkah bunga cinta itu akan layu sebelum waktunya?
Mari kita simak perjalanan kisah cinta mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mak Nyak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Takdir Sedang Bekerja (1)
Laras membantu Yuna membersihkan piring. Umi dan Mamah Aini sudah sholat isya duluan. Setelah selesai dia dan Yuna langsung sholat isya. Duta baru saja sampai rumah. Dilihatnya ada mobil di depan pintu.
Mobil siapa? Kayak kenal, apa ada tamu ya? siapa?. Batin Duta.
"Pak, ini untuk bapak, kami sudah ambil. Saya langsung pulang saja ya pak. Kasihan pak Pri nanti kemalaman" ucap Farid membuyarkan lamunan Duta.
"Oh iya, terima kasih bang. Pulangnya hati-hati ya. Saya masuk dulu"
Farid dan pak Pri telah berlalu. Duta masuk ke dalam rumah. "Assalamualaikum" ucap Duta memberi salam untuk penghuni rumah.
"Waalaikum salam" ucap mamah Aini dan umi Saodah bersamaan.
"Lhoh, ada umi toh. Sama abi mi?" tanya Duta sambil menyalami mamahnya dan umi.
"Gak, umi sama Laras. Tuh dia lagi membersihkan piring" jawab umi.
"Oooh, Duta mandi dulu ya mi, gerah"
"Iya" jawab umi sambil tersenyum.
Duta melaju ke dapur dilihatnya tak ada orang. Dia langsung naik ke lantai atas menuju kamarnya dan mandi dengan secepat kilat.
"Katanya gak boleh ketemu. Ini apa? Malah dia yang main ke rumah. Tapi gak papa siiihh, bisa lihat dia sebentar. hihihi" ucap Duta pada dirinya sendiri saat berganti baju. Segera dia mengambil wudhu dan menuju ruang sholat.
Duta bertemu dengan Yuna yang selesai sholat.
"Kak, itu Laras?" ucap Duta berbisik.
"Kamu ngapain bisik-bisik sih dek?"
"Sssttt, kakak jangan keras-keras ngomongnya. Itu Laras?" Jawab Duta sambil menempelkan jari di depan bibirnya.
"Iya, sana sholat. Dia udah mau balik lhoh"
Duta tak menjawab Yuna dan langsung melewati Laras yang sedang melakukan murotal. Yuna hanya geleng kepala melihat kelakuan Duta dan turun bergabung dengan mamah Aini dan umi Saodah.
Dia udah pulang? Buruan selesaikan bacaan kamu Ras buruan balik sebelum ketemu dia. Tengsin dong bilang gak boleh ketemu malah ketemu. Batin Laras. Dia sampai salah membaca ayat al-qur'an itu. Sampai harus membacanya berulang.
Duta menyelesaikan sholatnya dan berdoa. Laras selesai bermurotal dan melepas mukenanya.
"Ay" sapa Duta.
"Eh iya bang. Udah pulang?" jawab Laras yang tak sempat lagi menghindar
"Baru aja, mau salim lagi?" balas Duta
"Ish abaang, mulai deh godain lagi"
"Hahahah, kamu ngapain kesini? Katanya gak boleh ketemuan seminggu ini" kata Duta yang masih duduk bersila tapi menghadap arah Laras.
"Tadi nganterin mamah, mobil supir nya mogok. Jadi deh kesini. Keburu kamu nya pulang sih, jadi ketemu kan?"
"Ooh, udah makan Ay?"
"Udah, abang udah makan?"
"Belum"
"Mau disiapin?" Laras menawarkan kepada Duta
"Gak ngrepotin?" tanya Duta balik
"Gak, ya sudah ayo"
"Iya" Duta bangun dari duduknya dan menuju dapur. Laras mengekor di belakangnya.
Laras dengan telaten menyiapkan makan untuk Duta. Semakin membuat Duta yakin bahwa memang Laras sudah siap menjadi istri.
"Gak usah senyam senyum gak jelas deh bang, makan gih" ucap Laras yang duduk di sebelahnya.
"Iya abang makan. Mobil mana yang mogok?" tanya Duta.
"Laras gak tahu, coba nanti tanya mamah aja. Gimana tadi perjalanan nya?"
"Seru, bupatinya baik. Tadi juga abang dikenalin sama anak nya" ucap Duta sambil mengunyah dan menoleh ke Laras.
"Gak usah manas-manasin, tadi juga ada dokter yang nyatain cinta ke Laras" balas Laras kepada Duta.
"Uhuk uhuk uhuk. Ehmm, kamu jawab apa?"
"Mmmm, kasih tahu gak ya? Gak usah kasih tahu deh. Biar abang galau. Hehehe. Laras balik dulu ya. Udah malem kasihan abi sendirian" ucap Laras.
"Tunggu abang selesai makan, abang juga belum ngobrol sama umi"
"Makin lama kalau abang ngobrol sama umi, lain kali saja lah. Kan kita lagi gak boleh ketemu. Biar takdir yang bekerja"
"Kamu kira ini bukan kerjaan takdir? Coba dipikir lagi. Kalau mau pulang ya sudah. Hati-hati" ucap Duta agak kesal karena dipanas-panasi oleh Laras.
"Ikhlas?"
"Hmm"
"Itu gak ikhlas abang. Jawabnya yang bener dong"
"Iya, abang ikhlas kalau mau pulang silahkan. Hati-hati. Ketemu lagi minggu depan ya. Harus gitu?"
"Hahaha, kelihatan banget gak ikhlas nya. Udah ah, Laras balik dulu. Selamat malam, selamat istirahat abang. Jangan tidur malam-malam"
"Hmm" Duta melanjutkan makannya hingga habis tak tersisa. Dia segera menemui umi dan Laras yang hendak pulang.
"Ayo mi, pulang. Besok Laras harus kunjungan bangsal pagi-pagi" ucap Laras yang melihat umi nya masih asyik ngobrol dengan mamah Aini.
"Iya, Duta mana?"
"Disini mi" jawab Duta yang datang dari arah dapur.
"Bentar ya Ras, umi ngobrol sama Duta sebentar. Sebentaaaarrr aja. Umi kangen"
"Haish"
Duta dan yang lain tertawa dengan jawaban Laras yang pasrah. Umi bukannya mengajak ngobrol Duta. Dia hanya melihat mata Duta dan menangis. Duta mengerti akan perasaan umi. Dia memeluk umi. Laras yang belum mengetahui pasien yang mendapatkan kornea mata adiknya adalah Duta bingung kenapa umi nya menangis.
"Makasih ya Duta, umi pulang dulu" ucap umi melepaskan pelukan itu.
"Sama-sama umi. Minggu depan kita ketemu lagi ya Mi" ucap Duta menenangkan umi.
"Kenapa harus minggu depan? Kamu besok ke rumah juga diterima kok"
"Ehm, Laras yang lagi gak kepengen ketemu Duta" ucap Duta mengadukan permintaan Laras. Laras melotot ke arah Duta.
"Kalian berantem?" tanya mamah Aini
"Om sama tante jangan berantem. Kata bu guru kalau berantem cepet-cepet baikan" timpal Kinan.
"Nah tuh, anak kecil aja tahu. Kalian yang udab dewasa malah kalah sama anak kecil" balas mamah Aini.
"Iya nanti om baikan sama tante. Iya kan tantee?" goda Duta kembali.
Laras memaksakan senyumnya.
"Ya sudah jeng, kami pulang dulu ya. Makasih jamuan makannya. Mari semuanya assalamualaikum" ucap umi Saodah
"Waalaikum salam" ucap semuanya.
Laras mencium tangan mamah Aini dan Yuna.
"Tangan abang gak dicium?" Goda Duta lagi.
"Abaaaanng"
Semua tertawa melihat tingkah mereka berdua. Duta mengantarkan Laras dan umi Saodah hingga masuk ke mobil. Duta mencium tangan umi Saodah.
"Hati-hati bawa mobilnya Ay, kasih kabar kalau udah sampai" pesan Duta kepada Laras.
"Iya bang, kami pulang ya. Assalamualaikum"
"Waalaikum salam"
Umi melambaikan tangannya kepada Dutadan dibalas oleh Duta.
"Mi, umi kenapa nangis tadi?" tanya Laras sambil melajukan mobilnya.
"Umi kangen sama Haris"
"Apa hubungannya dengan bang Duta?"
"Ras, kamu ingat kan adek kamu donorin mata? Duta adalah orang yang menerima kornea mata Haris. Makanya umi menangis"
Ciiiiiittt. Laras mengerem mendadak karena kaget oleh ucapan umi.
"Serius mi?" tanya Laras memastikan.
"Iya, makanya kamu mau lah Ras dengan Duta. Biar umi bisa lihat mata Haris teruuuss, ya?"
Laras diam tak menjawab dan melajukan mobilnya kembali.
.
.
.
Like
Komen
Vote
Tip
Kencengin komen nya dong gais, author kan seneng kalau baca komen kalian
😂😂😂