Ini hanya kisah fiktif belaka.
Nirmala merasa tidak suka ketika anak majikannya membawa kekasihnya pulang, dia nekat pergi ke dukun agar pria itu mau menjadi suaminya. Dia memuja setan agar anak majikannya, Leo mau memutuskan hubungannya dengan kekasihnya itu.
"Aku bisa membantu kamu demi mendapatkan anak majikan kamu itu, tapi kamu harus memuja setan."
"Aku bersedia," jawab Nirmala dengan yakin.
Akan seperti apa kehidupan Nirmala selanjutnya?
Apakah dia akan mendapatkan Leo?
Yuk kita baca kisahnya, buat yang suka jangan lupa kasih bintang 5 dan komen yang menarik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencari Teman
"Kamu gak tahu Leo mau menceraikan aku?" tanya Erika memastikan.
"Nggak, Kak. Aku nggak tahu sama sekali, aku bahkan gak ada niatan buat misahin Kakak sama kak Leo. Aku aja tiap hari kerja, justru aku ngasih Kakak kesempatan agar bisa berduaan dengan kak Leo," ujar Nirmala.
Erika tentunya bisa langsung percaya dengan apa yang dikatakan oleh Nirmala, karena pada kenyataannya saat ini saja Nirmala sedang bekerja di pabrik bersama dengan para buruh lainnya.
Leo tak ada di sana, entah di rumah atau di mana Erika tak tahu. Karena memang dia tidak mencari Leo terlebih dahulu sebelum pergi, karena takut akan dilarang kalau berkata ingin bertemu dengan Nirmala.
"Apa kamu coba bujuk Leo aja, siapa tau dia mau rujuk sama aku."
"Aku gak berani, Kak. Kemarin aja dia judes gitu sama aku, tiga hari loh aku diabaikan oleh dia." Nirmala memasang wajah sedih.
Erika terdiam mendengarkan apa yang dikatakan oleh Nirmala, selama 3 hari dia juga diabaikan. Pria itu sama sekali tidak pernah menemui dirinya, Erika jadi mulai berpikir, mungkinkah Leo sudah terpikat oleh wanita lain?
"Kamu diabaikan?"
"Iya, Kak. Aku bahkan kemarin menginap di rumah Nia, kalau Kakak gak percaya, tanya aja Nia." Nirmala menolehkan wajahnya ke arah buruh yang ada di sampingnya.
"Iya, Nyonya. Kemarin dia menginap di rumah saya, katanya suasana hatinya sedang kalut."
Nirmala memang sengaja menginap di kediaman Nia, wanita itu sengaja mencari teman yang bisa dia tumbalkan. Karena ternyata hantu pendampingnya meminta tumbal kembali.
Padahal, baru tiga hari yang lalu hantu itu memakan janin milik Erika. Namun, hantu itu malah meminta tumbal kembali untuk bisa dia hisap darahnya.
Nirmala tentunya berpikir dengan begitu keras, dia tidak akan mungkin menumbalkan kedua orang tuanya. Makanya dia berusaha mencari tumbal untuk diserahkan kepada hantu pendampingnya.
Awalnya Leo tidak memperbolehkan Nirmala untuk menginap di kediaman Nia, tetapi Nurmala berkata kalau dia sengaja menginap di kediaman temannya itu agar tak disangka sombong oleh para buruh.
"Oh," ujar Erika yang akhirnya berpamitan untuk pergi dari sana.
'Huh! Dasar wanita sia lan! Ganggu saja,' ujar Nirmala dalam hati setelah kepergian wanita itu.
Keesokan harinya Juragan Bagus dan juga Leo mengantarkan Erika ke ibu kota, pria itu juga sudah membuat perjanjian surat cerai dengan Erika. Pria itu berjanji akan mengirimkan akta caranya kalau sudah jadi.
Di saat Leo dan juga juragan Bagus sedang pergi, Nirmala tentunya segera pergi untuk bekerja. Dia hari ini bekerja dengan banyak rencana di otaknya, karena harus memenuhi permintaan dari hantu pendampingnya.
"Nia, pulang kerja kita makan di warung bakso yang ada di perbatasan kota yuk?"
Nirmala berani pergi dalam waktu yang lama karena memang Leo berkata akan menginap semalam di ibu kota, dia tak khawatir kalau Leo akan kecantol oleh Erika kembali, karena Leo sudah ada di dalam genggaman tangannya.
"Mau sih makan bakso, tapi apa gak jauh sampai harus ke perbatasan kota?"
"Di sana banyak tempat belanja loh, sekalian beli baju gitu. Buat hari-hari, murah tapi cakep-cakep."
Nia berpikir sejenak dengan ajakan dari Nirmala, tak lama kemudian dia tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.
"Kamu itu kan' istrinya den Leo, jadi... kamu harus traktir aku."
"Siap, mau beli apa aja boleh. Nanti aku yang bayar, tapi di bawah lima ratus ribu yah?"
"Duh! Baik banget kamu, dijajanin semangkok bakso aja alhamdulilah loh. Apalagi boleh belanja tapi di bawah lima ratus ribu, aku bahagia."
"Bagus, tapi ada syaratnya."
"Apa?" tanya Nia.
Nirmala menolehkan wajahnya ke kanan dan ke kiri, lalu dia berbisik tepat di telinga Nia.
"Jangan bilang sama siapa pun kalau kamu akan aku traktir, takutnya nanti yang lain ikut-ikutan pengen ditraktir juga. Aku bisa bangkrut," ujar Nirmala.
''Siap, tapi kamu harus sering-sering traktir aku."
"Iya," jawab Nirmala.
Nia begitu bahagia sekali, seharian ini bekerja saja full senyum karena akan diajak oleh Nirmala. Dia sudah membayangkan kalau sore nanti perutnya akan kenyang, dia juga akan mendapatkan baju-baju yang bagus.
Tak perlu mengeluarkan uang, karena ada Nirmala yang akan memberikan traktiran kepada dirinya. Senang sekali gadis itu.
"Aku tunggu di pengkolan, aku udah pesen taksi. Kamu susul aku, terus langsung aja masuk ke dalam taksi."
Sepulang kerja Nirmala langsung mengirimkan pesan kepada Nia, Nia tentunya tanpa berpikiran buruk langsung pergi ke tempat yang disebutkan oleh Nirmala.
Saat melihat satu-satunya taksi yang ada di pengkolan, Nia tersenyum dan langsung masuk ke dalam taksi tersebut.
"Kita pergi sekarang?"
"Iya, udah siap jalan-jalan?"
"Siap dong," jawab Nia riang.
Waktu sudah menunjukkan pukul setengah lima sore, Nia dan juga Nirmala pergi menuju perbatasan kota. Butuh waktu sampai satu jam untuk tiba di sana, kedunya nampak bercanda saat pergi menuju pusat kota.
Setengah enam sore mereka tiba di perbatasan kota dan langsung masuk ke warung bakso paling besar dan paling ramai di sana, Nia tanpa lagu langsung memesan bakso dengan ukuran yang besar.
"Harus habis loh," ujar Nirmala.
"Tenang," jawab Nia.
Nia juga memesan minuman dua gelas, gadis itu dengan cepat memakan bakso yang sudah dia pesan. Nirmala sampai menggelengkan kepalanya.
Nirmala yang melihat cara makan Nia tentu saja tergoda, dia terlihat hendak memakan bakso yang sudah sia pesan. Namun, niatnya dia urungkan karena si Cebol menghampiri Nirmala.
"Yakin mau makan, Tuan?"
Tentu saja hanya Nirmala yang bisa mendengar apa yang dipertanyakan oleh si Cebol, Nirmala lalu menatap si Cebol dengan tatapan penuh pertanyaan.
Si Cebol menunjuk ke arah dapur, Nirmala bisa dengan jelas melihat makhluk sejenis si Cebol yang sedang memasukkan tangannya ke dalam kuah bakso.
Makhluk itu terlihat menyeramkan sekali, badannya hitam dan penuh dengan darah yang mengering.
Nirmala langsung merasa mual, karena di sana juga ada makhluk sejenis si Cebol yang sedang bermain dengan bakso yang dijajakan di sana.
"Nirmala? Kenapa kamu malah diam saja?"
Nia sudah melahap satu mangkok bakso, tetapi saat dia menolehkan wajahnya ke arah Nirmala, wanita itu malah diam sambil menatap ke arah dapur.
"Aku masih kenyang, tadi makan biskuit di pabrik. Ya ampun, aku makan aja ya?"
"Ya," jawab Nirmala.
Nirmala menggelengkan kepalanya karena Nia sampai menghabiskan 3 mangkok bakso, sedangkan dia tak makan bahkan tak minum.
Selesai makan bakso, Nirmala mengajak Nia untuk membeli baju yang ada di toko tak jauh dari tempat Nia memakan bakso. Nia nampak antusias dan memilih beberapa setelah baju, Nirmala tentunya ikut memilih baju yang ada di sana.
Nirmala bahkan memilih beberapa baju seksi untuk nanti dia pakai di depan Leo, agar pria itu tak merasa bosan kepada dirinya.
"Makasih ya, Nirmala. Kamu baik banget, pulang yuk. Udah malem ini," ujar Nia.
Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam, tak terasa mereka di sana sudah hampir tiga jam. Nirmala tentunya menyetujui permintaan dari Nia.
"Tunggu sebentar, kamu diem aja di sini. Aku mau beli minum dulu," ujar Nirmala.
"Ya," jawab Nia.
Nia duduk di pinggir jalan dengan banyak barang yang dia bawa, sedangkan Nirmala masuk ke dalam toko obat yang tidak jauh dari sana dan membeli obat tidur untuk Nia.
Dia juga membeli beberapa minuman botol, setelah itu dia langsung kembali menghampiri Nia. Dia memberikan minuman yang sudah diberikan obat tidur kepada Nia, Nirmala memberikan obat tidur sampai 4 butir ke dalam minuman yang saat ini sedang diminum oleh Nia.
"Cape ya? Lelah, tapi bahagia." Nia lalu menguap setelah mengatakan hal itu.
Nirmala hanya tersenyum, lalu dia mencegah taksi. Baru masuk ke dalam taksi, Nia sudah tertidur dengan begitu pulas, Nirmala langsung meminta sopir taksi Untuk mengantarkan mereka menuju perkebunan karet yang tak jauh dari sana.
"Loh, kenapa minta diturunkan di sini, Neng?" tanya sopir taksi.
"Mau ketemu sama keluarga yang bekerja di kebun karet, mau sekalian pulang bareng, Pak."
"Ini temannya tidur loh, mau digimanain?"
"Tolong gendong, Pak. Terus rebahkan aja dia di sana," ujar Nirmala sambil menunjuk saung yang tidak jauh dari sana.
"Siap," ujar Pak sopir.
Pak sopir menggendong Nia dan merebahkan tubuh wanita itu di atas dipan dalam saung, setelah dibayar oleh Nirmala, sopir taksi itu langsung berpamitan untuk pergi.
"Terserah kamu mau apakan dia, aku mau pulang."
Nirmala kini sedang berbicara dengan si Cebol, hantu pria itu langsung tersenyum senang dan menyuruh Nirmala untuk pergi.
"Iya, ini mau pergi. Nikmati dia, jangan minta tumbal lagi," ujar Nirmala.
Nirmala lalu meninggalkan si Cebol dan juga Nia di sana, dia berjalan kaki menuju tempat di mana dia bisa mencegah taksi karena memang harus sudah semakin larut.
"Semoga saja masih ada taksi yang lewat," ujar Nirmala setelah setengah jam dia berjalan ke jalan yang lumayan ramai.