NovelToon NovelToon
Suami Hyper Anak SMA

Suami Hyper Anak SMA

Status: sedang berlangsung
Genre:Bad Boy / Teen Angst / CEO / Dijodohkan Orang Tua / Nikah Kontrak
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Raey Luma

"DAVINNNN!" Suara lantang Leora memenuhi seisi kamar.
Ia terbangun dengan kepala berat dan tubuh yang terasa aneh.
Selimut tebal melilit rapat di tubuhnya, dan ketika ia sadar… sesuatu sudah berubah. Bajunya tak lagi terpasang. Davin menoleh dari kursi dekat jendela,
"Kenapa. Kaget?"
"Semalem, lo apain gue. Hah?!!"
"Nggak, ngapa-ngapain sih. Cuma, 'masuk sedikit'. Gak papa, 'kan?"
"Dasaaar Cowok Gila!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raey Luma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dangerous Nickname

Sorakan penonton masih terdengar samar ketika Davin melangkah keluar dari lapangan. Kemenangan hari pertama benar-benar menguras tenaga, tapi juga memuaskan.

Coach menepuk bahunya, memuji singkat, dan timnya merayakan kecil-kecilan sebelum akhirnya bubar.

Davin berjalan menuju ruang ganti, membersihkan diri, mengganti jersey dengan kaos bersih, lalu menuju kelasnya yang sepi.

Ia menjatuhkan diri ke kursi, menyandarkan kepala ke tembok.

“Huh…”

Hari itu melelahkan.

Tapi yang muncul di kepalanya bukan skor kemenangan.

Tapi, Leora.

Gadis menyebalkan yang sejak pagi sudah ia khawatirkan.

Ia menatap layar ponselnya.

Tidak ada chat masuk, maupun balasan dari Leora.

Tapi… ada beberapa story teman satu kelas yang me-mention namanya.

Video dirinya dunk.

Video jerseynya ditarik.

Video ketika ia melepas jersey.

Davin langsung menutup layar dan mengembuskan napas panjang.

“Makin rame aja.”

Ia tidak peduli sebenarnya.

Yang dia pikirkan hanya satu:

Dia tadi ngebolehin Leora pergi gak, ya?

Cewek itu bandel. Bisa aja sekarang malah kabur ke sekolah atau entah kemana.

Davin berdiri, menyambar tas.

Ketika keluar dari gerbang sekolah, angin menerpa wajahnya. Langkahnya menghentak santai… sampai tiba-tiba ia berhenti.

“Gue beliin makanan buat dia dulu.”

Ia menahan senyum tipis.

“Dia suka roti vanilla yang kecil itu… sama cookies coklat.”

Ia berjalan menuju minimarket favorit Leora, langkahnya tenang seolah ini rutinitas.

Padahal tidak ada yang tau:

sementara dirinya sibuk membelikan makanan favorit istrinya…

Leora di rumah sedang menonton video dirinya tanpa baju dari seluruh story sekolah.

---

Setelah selesai dari minimarket, Davin pulang dengan kantong plastik berisi makanan yang ia beli.

Begitu sampai rumah, ia membuka pintu pelan.

Namun Leora justru muncul dari ruang tengah berdiri dengan wajah marah.

“Davin…” suaranya tegas.

Davin langsung berhenti, kantong plastik masih di tangan.

Leora melotot penuh emosi.

“Lo kira gue gak tau? Lo sengaja kan kurung gue di rumah… biar lo bebas tebar pesona… dan gue di sini nyaksiin itu semua sambil meriang!”

Davin terdiam, lalu menaruh keresek belanja di meja sebelahnya.

"Oh, ayolah. Gue baru aja nyampe." katanya dengan nada tenang.

"Basi tau enggak! Lo jadi orang licik banget, sumpah!"

Davin mengerjapkan mata pelan.

Alih-alih minta maaf atau menjelaskan, Davin malah menyandarkan badan ke dinding, tangan masuk ke saku celana.

Ia mengamati Leora dengan tatapan santai.

Sengaja.

Memancing.

“Terus masalahnya?” gumamnya ringan.

Leora membeku sepersekian detik.

Lalu kembali meledak.

“MASALAHNYA?! Lo itu suami gue! Lo itu tinggal bareng gue! Dan… dan…”

Suara Leora bergetar karena emosi.

“…lo malah ngasih satu sekolah bahan buat godain lo!”

Davin mengangkat alis, pura-pura heran.

“Gue gak sengaja, Ra.”

“Kaos lo itu sengaja DIBUKA dan lo diem aja?!” Leora menunjuk dada Davin dengan jarinya. “Dan lo tau apa? Nama lo trending. Semua orang ngomongin lo! Bahkan beberapa cewek nge-post video lo berkali-kali!”

Davin tidak menjawab.

Ia malah tersenyum tipis, sengaja memanaskan suasana.

Leora makin naik darah.

“Dan lo tau apa yang paling nyebelin?” suaranya pecah. “Nama pacar gue, hilang begitu aja. Begitu juga nama gue. Habis. Orang-orang cuma bahas Davin pemain baru yang hot. Lo sadar gak sih?!”

“Hmm… jadi lo marah karena gue… terkenal?”

“MANA ADA?!”

Leora langsung membantah keras.

Davin mencondongkan badan.

“Lo cemburu?”

“ENGGAK!”

“Tapi kenapa lo marah?”

“YA IYALAH! Karena lo—”

“Karena gue dilihat cewek lain?”

Leora terdiam.

Ia sadar sendiri jawabannya menjebak.

“Lo teriak-teriak gini… cuma gara-gara video gue?” sambung Davin mendekat selangkah.

Leora mengepalkan tangan.

Penuh emosi campur malu.

“Lo… bikin gue stres, Vin…”

Davin akhirnya bicara serius tapi tetap dengan gaya tenangnya.

“Lo marah segininya cuma karena gue buka jersey?”

Ia menggeleng kecil.

“Artinya gue penting buat lo.”

Leora memalingkan wajah cepat.

“Bukan!” sangkalnya, defensif.

“Gue cuma… gak suka liat lo begitu di depan semua orang.”

Davin mendekat lagi.

Sengaja.

“Kenapa?”

Leora menggigit bibir bawah, wajahnya memerah.

Davin menunggu.

Ia ingin tahu… sampai mana Leora berani jujur ketika emosi.

Leora akhirnya mengembuskan napas kasar.

“Karena lo itu…”

Ia berhenti, enggan melanjutkan.

Diam.

Hanya suara napas dua orang di ruang sempit itu.

Davin berdiri di depan Leora, mata tak berkedip.

Garis senyumnya muncul pelan.

Mematikan.

“Tenang aja istriku, aku tau batasan.”

Leora terdiam, menyadari apa yang baru saja ia dengar.

"Oh iya... Ini, gue sengaja bawain roti rasa vanilla, dan cookies coklat kesukaan lo supaya mood lo membaik" ucapnya sambil menyodorkan makanan itu padanya.

Leora masih berdiri, tegang namun mendengar hal itu hatinya merasa sedikit luluh.

"Kalo gitu, gue mandi dulu. Jangan kemana mana ya! Remember what I said this morning."

Davin mengusap pucuk kepala perempuan itu, lalu meninggalkannya sendirian.

Sementara Davin berlalu. Leora menatap pintu itu dengan tegang.

Napasnya masih naik-turun, terasa sesak oleh campuran emosi, malu, dan… entah apa.

“Tenang aja, istriku… aku tau batasan.”

Kata-kata itu terus berputar di kepalanya.

Membuatnya muak.

“Ugh… dasar cowok ngeselin…” gumamnya.

Ia memandang roti vanilla dan cookies yang ditinggalkan Davin di meja.

Sebagian dari dirinya ingin memakan itu. Sebagian lagi ingin banting ke lantai.

Sialnya… dia malah ambil satu cookies dan menggigitnya.

“Enak lagi…”

Leora mencengkram meja.

“Gue gak boleh begini. Gue harus sadar posisi.”

Davin mungkin bilang tau batasan…

Tapi Leora tidak suka cara hidupnya jadi berpusat pada satu orang.

Ia menyingkirkan bungkus makanan, berdiri pelan, memastikan rumah benar-benar sepi.

Bi Marni tidur siang di kamar pembantu.

Pintu sedikit terbuka, terdengar napas halusnya.

Dan Davin?

Suara air masih deras. Belum ada tanda berhenti.

Bagus.

Leora mengambil ponsel, hoodie tipis, dan tas kecil.

Bergerak cepat tapi senyap seperti pencuri di rumah sendiri.

Ia membuka pintu depan perlahan, sampai hanya celah kecil cukup untuk tubuhnya keluar.

Begitu ia berada di luar pagar, barulah ia mengembuskan napas berat.

Ia langsung membuka pesan pada satu-satunya orang yang bisa ia percayai soal Rey: Ginna.

Leora: Ginn… gue ke tempat biasa. Tempat Rey terakhir ngajak gue ketemu.

Leora: Kalau dia masih mau ngomong, suruh dia dateng sekarang.

Leora: Tapi jangan bilang gue gak enak badan.

Ginna: ASTAGA RA—

Ginna: Lo serius?

Leora: Iya. Gue lagi otw.

Ginna: Oke, oke. Gue chat Rey dulu. Hati-hati ya…

Leora memasukkan ponsel ke saku, menarik napas dalam-dalam.

Ia menatap jalan menuju halte kecil di ujung blok.

Ia melangkah cepat, tubuhnya masih agak lemah karena demam, tapi tekadnya lebih kuat.

Ia butuh jawaban dari Rey.

Tanpa menoleh sedikit pun ke rumah, Leora terus berjalan.

Tidak sabar...

Lalu tak berapa lama...

Notifikasi ponsel berbunyi.

Ginna: Ra… Rey jawab.

Leora: Apa katanya?

Balasan Rey hanya satu kalimat pendek.

Rey: Kalau dia mau ngomong sama gue, suruh dateng ke basecamp.

Leora tertegun.

Basecamp itu bukan tempat biasa.

Tempat Rey nongkrong dengan geng-nya… tempat dimana siapapun yang datang harus siap menerima risiko.

Ginna langsung mengirim pesan panik.

Ginna: RA, GILA LO? Jangan dateng! Itu tempat cowok-cowok toxic dia semua!

Leora: Gue harus ketemu.

Ginna: Buat apa? Dia bahkan gak nanya kabar lo!

Leora: Gue cuma butuh ngomong sekali aja, Ginn… setelah itu gue pulang. Janji.

Ginna typing… lalu berhenti.

Tidak ada balasan lagi.

Leora menggenggam ponselnya lebih kuat.

Rey bahkan tidak bilang “apa kabar.”

Tidak tanya kenapa dia mau ketemu.

Tidak peduli.

Hanya memerintah.

Tapi Leora…

gadis polos itu tetap berdiri dan terus berjalan.

Ia sudah lupa dirinya sedang demam.

Lupa Davin sedang mandi di rumah, tidak tahu istrinya pergi.

Yang ia tahu hanya Rey memintanya datang. Dan ia tidak bisa menolak.

Tanpa sadar, dua hari yang lalu Rey dan dua temannya menyeretnya ke sebuah ruangan kecil. Di mana Davin diam diam menyelamatkannya tanpa menunjukkan dirinya di hadapan mereka.

Tapi Leora tidak mengingat itu.

Tidak sadar pernah dijebak.

Tidak sadar kenapa setelah kejadian itu ia terbangun di kamarnya bersama Davin.

Ia hanya mengira dirinya pingsan karena kecapekan, atau mungkin mengira Davin sudah berbuat sesukanya.

1
Shifa Burhan
author tolong jawaban donk dengan jujur

*kenapa di novel2 pernikahan paksa dan sang suami masih punya pacar, maka kalian tegas anggap itu selingkuh, dan pacar suami kalian anggap wanita murahana, dan suami kalian anggap melakukan kesalahan paling fatal karena tidak menghargai pernikahan dan tidak menghargai istrinya, kalian akan buat suami dapat karma, menyesal, dan mengemis maaf, istri kalian buat tegas pergi dan tidak mudah memaafkan, dan satu lagi kalian pasti hadirkan lelaki lain yang jadi pahlawan bagi sang istri

*tapi sangat berbanding terbalik dengan novel2 pernikahan paksa tapi sang istri yang masih punya pacar, kalian bukan anggap itu selingkuh, pacar istri kalian anggap korban yang harus diperlakukan sangat2 lembut, kalian membenarkan kelakuan istri dan anggap itu bukan kesalahan serius, nanti semudah itu dimaafkan dan sang suami kalian buat kayak budak cinta dan kayak boneka yang Terima saja diperlakukan kayak gitu oleh istrinya, dan dia akan nerima begitu saja dan mudah sekali memaafkan, dan kalian tidak akan berani hadirkan wanita lain yang baik dan bak pahlawan bagi suami kalau pun kalian hadirkan tetap saja kalian perlakuan kayak pelakor dan wanita murahan, dan yang paling parah di novel2 kayak gini ada yang malah memutar balik fakta jadi suami yang salah karena tidak sabar dan tidak bisa mengerti perasaan istri yang masih mencintai pria lain

tolong Thor tanggapan dan jawaban?
Raey Luma: Sementara contoh yang kakak sebutkan mungkin lebih menonjolkan karakter pria yang arogan, sehingga apa pun yang dia lakukan selalu tampak salah di mata pembaca. Apalagi di banyak novel, perempuan yang dinikahkan secara paksa biasanya digambarkan berasal dari tekanan ekonomi atau tanggung jawab keluarga, sehingga karakternya cenderung lebih lemah dan rapuh. Dan itu yang akhirnya membuat tokoh pria terlihat seperti pihak yang “dibenci”.


Beda dengan alur ceritaku di sini, di mana pernikahan mereka justru terjadi karena hal konyol dua orang ayah yang sama-sama sudah kaya sejak lama, jadi dinamika emosinya memang terasa berbeda.

Kurang lebih seperti itu sudut pandangku. Mohon maaf kalau masih ada bagian yang kurang, dan terima kasih sudah berbagi opini 🤍
total 2 replies
Felina Qwix
kalo aja tau Rey si Davin suaminya Leora haduh🤣🤣🤣
Raey Luma: beuuh apa ga meledak tuh sekolah🤣
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!