Ketika cinta dan takdir bertemu, kisah dua hati yang berbeda pun bermula.
Alya gadis sederhana yang selalu menundukkan kepalanya pada kehendak orang tua, mendadak harus menerima perjodohan dengan lelaki yang sama sekali tak dikenalnya.
Sementara itu, Raka pria dewasa, penyabar yang terbiasa hidup dengan menuruti pilihan orangtuanya kini menautkan janji suci pada perempuan yang baginya hanyalah orang asing.
Pernikahan tanpa cinta seolah menjadi awal, namun keduanya sepakat untuk menerima dan percaya bahwa takdir tidak pernah keliru. Di balik perbedaan, ada pelajaran tentang pengertian. Di balik keraguan, terselip rasa yang perlahan tumbuh.
Sebab, cinta sejati terkadang bukan tentang siapa yang kita pilih, melainkan siapa yang ditakdirkan untuk kita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dinar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
"Semangat sayang, inget fokus dan jangan lupa kapanpun ada kesempatan tolong jangan lupa kabari aku oke?".
" Iya Sayangkuu, Mas semangat ya kerjanya hari pertama ldr jangan sampe kursi duduk ditempati wanita lain ya". Dengan deretan gigi yang rapi, Alya sengaja menggoda sang kekasih yang sejak tadi tidak berhenti drama.
" Sembarangan banget Yang, mulutnya ih. Kebanyakan nonton sinetron jadi kemana-mana yaa pikirannya. Fokus kerjaan biar cepet pulang". Raka menjawab ucapan Alya dengan kesal, bagaimana bisa kekasihnya bisa berbicara ngawur seperti itu.
" Hehehe, iya..iya Al percaya, ada Papa juga yang jagain hehehe". Alya dan Raka kini mengakhiri obrolan pagi mereka yang dilanjutkan dengan pesan singkat.
Hari pertama berada dikantor cabang membuat perasaan Alya seperti gado-gado, campur aduk apalagi harus bertemu dengan orang baru. Meskipun mereka satu Perusahaan namun tetap saja akan ada perbedaan, apalagi disini tidak ada satupun yang Alya kenal sehingga ada rasa canggung yang semakin besar dirasakan oleh Alya.
Setelah diarahkan menuju ruangan yang telah disiapkan, Alya ternyata diberikan salah seorang asisten untuk menemani saat bertemu dengan klien.
Pagi ini meeting dimulai dengan suasana yang cukup hangat, Alya yang memang sangat pintar membawa suasana. Penyampaian materi yang cukup jelas dengan bahasa yang mudah dipahami, suasana yang santai dan setiap pertanyaan yang selalu dijawab dengan data dan fakta membuat klien merasa senang.
Ternyata memang dalam sebuah kerjasama tidak dibutuhkan sebuah janji yang belum terbukti, namun akan lebih meyakinkan jika diberi penjelasan berikut dilampirkan juga sebuah data dan fakta yang telah diselesaikan sebagai bukti akan menguatkan rasa percaya dari klien.
Alya mendapatkan kepercayaan dengan mudah, membuat proses negosiasi begitu cepat siang ini. Sebelum makan siang Alya menyelesaikan laporan hasil kerjasama yang baru saja selesai.
Begitulah Alya, jika ada pekerjaan ingin segera selesai sampai lupa jika ada seseorang diseberang sana yang sejak tadi resah menunggu kabar.
Selesaiii...
Alya mengirimkan bukti laporan yang telah ia selesaikan kepada sang Atasan, dan mendapatkan respon baik. Jika seperti ini maka otomatis akan membuat Alya bisa mempercepat waktu pulangnya bukan?.
" Mbak Alya, makan siang dulu ini waktunya sudah terlewatkan cukup jauh". Nadine asisten yang dipercaya oleh kantor cabang untuk membantu pekerjaan Alya untuk beberapa hari kedepan, kini ucapannya menyadarkan Alya yang masih fokus pada laptopnya.
" Hah sudah hampir sore? Kamu sudah makan?". Usia Nadine 2 tahun dibawah Alya, sehingga jika berdua seperti ini obrolan mereka akan terdengar lebih santai.
" Sudah Mbak, aku juga sudah membelikan untuk Mbak Alya supaya tidak perlu keluar". Nadine memberikan bungkusan yang berisi makanan berikut dengan minumnya.
Alya yang baru sadar akan segala hal yang telah ditinggalkan mendadak panik, namun dengan senyuman yang manis ia bisa menyembunyikan rasa khawatirnya.
" Terimakasih Nad, maaf jadi merepotkan".
kini Alya tengah menyantap makanannya dengan lahap, tangan kanannya kini mulai mengotak-atik pesan yang cukup banyak dari sang kekasih.
" Mas sayang...."
Untuk memulai obrolan yang cukup kaku, Alya memanggil sang kekasih dengan mengirimkan pesan singkat.
" Masih ingat punya Mas?"
Alya semakin merasa bersalah setelah membaca balasan pesan dari Raka, yang dengan cepat membalas pesannya.
" Maaf yaa... Aku sayang Mas Raka banyak-banyak banget. Mas udah makan?".
Raka yang masih merasa kesal sepertinya tidak terpengaruh dengan isi pesan dari Alya, berbeda cerita jika mereka tidak sedang berjauhan dan Alya tidak terlalu fokus bahkan sampai melupakan makan siangnya. Raka sudah bisa menebak kegiatan Alya saat ini, rasa khawatirnya semakin besar.
" Buang aja handphone nya. Makan yang kenyang ini sudah lewat jam makan siang bahkan menuju makan sore".
Mendapatkan balasan pesan yang tentu saja dibaca oleh Alya menggunakan nada, membuat perasaan Alya seperti sedang diomelin sang kekasih.
Bukankah ini memang kesalahannya, melupakan makan siang dan juga membalas pesan.
" Maaf Mas, jangan marah yaa...".
Pesan terakhir yang Alya kirimkan tidak mendapatkan balasan kembali, mungkin Raka sedang ada pekerjaan sehingga Alya kembali melanjutkan pekerjaannya.
Sampai sore hari saat pekerjaan telah diselesaikan, Alya masih belum mendapatkan balasan pesan dari sang kekasih membuat perasaanya semakin gundah. Apakah Raka semarah itu kepada? Padahal pagi tadi mereka sudah berjanji untuk membalas pesan saat sedang ada waktu, bahkan selama ini Raka sesibuk apapun dirinya akan tetap memberikan kabar meskipun singkat.
Semua tergantung prioritas sayang, karena kamu prioritas jadi aku akan selalu mengusahakan apapun untukmu meskipun waktu yang aku miliki sedikit.
Alya mengingat ucapan Raka, apakah saat ini dirinya sedang mengabaikan Raka? Apakah Raka akan merasa bahwa dia bukan prioritas untuk Alya?.
Inilah sifat yang harus diperbaiki oleh Alya, untuk bisa lebih menghargai diri sendiri dan juga pasangan. Sekalipun Raka tidak pernah menuntut apapun dari dirinya, tapi Alya kini sadar jika menghargai pasangan itu sangat penting.
Bagaimana ini, jika aku menghubungi Mama atau Papa pasti nanti mereka akan curiga. Mas Raka tidak mau apapun yang terjadi dalam hubungan kita harus diketahui pihak lain, tapi aku khawatir apakah semarah itu Mas Raka kepadaku?.
Alya terus membolak-balikkan handphonenya untuk mengecek pesan masuk dari sang kekasih yang sejak sore tadi tidak membalasnya, apakah sejak pagi sampai siang perasaan Raka sama seperti dirinya yang khawatir dan selalu mengecek ponselnya berharap ada pesan yang masuk?.
Saat Alya berjalan keluar dari kantornya menuju tempat penginapan, netranya tidak lepas dari benda pipih sampai akhirnya kesadaran itu datang secara penuh setelah suara yang sangat Alya kenali menyapanya.
" Al...."