Memiliki watak yang berbeda dengan saudaranya yang lain, membuat Erina sulit diatur. Bahkan ia tidak mengindahkan permintaan orang tuanya untuk segera menikah. Ia lebih memilih tinggal di luar negeri dan sibuk dengan karirnya. Hingga pada suatu saat, ia tidak menyangka bisa berjumpa dengan seseorang yang dapat menaklukkan hatinya. Pertemuan mereka yang tidak disengaja mampu merubah kehidupan Erina. Meski awalnya ia tidak tertarik namun akhirnya ia yang tidak bisa menjauh darinya.
Laki-laki tersebut adalah seseorang yang juga sedang sibuk dengan dunianya sendiri. Namun setelah bertemu dengan Erina, ia mulai merubah pandangannya terhadap seorang wanita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mendadak nikah
Keesokan harinya.
Kedua orang tua mereka kembali bermusyawarah. Kali ini di apartemen Erina. Setelah menjelaskan alasan dan keinginan mereka, terpaksa Erina dan Rasyad harus menuruti. Mereka tidak punya alasan karena keduanya sama-sama tidak punya orang yang dikasihi atau pacar.
Ayah Fadil langsung menghubungi abinya (Opa Tristan). Sebelumnya Ayah Fadil tidak bilang ingin menikahkan Erina, karena dia takut abinya marah. Namun mendengar cerita Ayah Fadil, Opa pun memberi perintah agar segera dinikahkan. Apa lagi setelah abi tahu kalau yang bersangkutan masih kerabat dengan mereka.
"Abi tidak mau tahu, nikahkan mereka."
"Baik, bi. Siap laksanakan!"
Perintah Opa bagaikan angin segar bagi Ayah Fadil. Kaki ini keinginannya sejak beberapa tahun lalu akhirnya akan tersampaikan.
Setelah itu, Ayah menyampaikan nya kepada Erina. Jika sudah menyangkut sang Opa, Erina tidak bisa menolak. Namun baik Erina dan Rasyad meminta waktu kepada orang tua mereka karena kontrak mereka masih berjalan sekitar dua minggu lagi.
"Tidak masalah, menikah secara agama dulu. Bagus jan, kalian bisa saling menjaga di sini. Kami tidak mungkin menjaga kalian selama dua minggu di sini.
Erina hanya bisa tertunduk lesu.
"Rasyad, bagaimana menurutmu?" Tanya ayah.
"Jika ini yang terbaik, saya ikut saja."
Sore harinya mereka berenam pergi ke salah satu masjid yang cukup besar di sana. Selama perjalanan, nampak Erina maupun Rasyad tidak banyak bicara. Padahal biasanya sering paling tidak bisa diam. Kebetulan di sana juga banyak orang Indonesia yang shalat atau pun berkunjung ke Masjid. Mereka akan dinikahkan secara agama. Mereka sudah menyiapkan surat pernyataan hitam di atas putih untuk nantinya dijadikan sebagai tanda bukti kalau mereka sudah menikah. Mereka meminta tolong dua orang muslim untuk menjadi saksi.
Di hari pernikahannya itu, tidak ada persiapan yang matang. Rasyad dan kedua orang tuanya hanya membawa mahar yang akan diberikan kepada Erina. Baik Rasyad maupun Erina hanya memakai pakaian sederhana. Rasyad memakai setelan baju koko warna putih. Sedangkan Erina memakai gaun model hanbok berwarna putih berbahan organza dengan make-up seadanya. Meski begitu aura pengantin terpancar pada keduanya. Dalam benak keduanya sibuk berekspektasi kehidupan ke depannya. Mereka baru kenal belum dua minggu ini namun harus dipersatukan dalam ikatan pernikahan. Tentu saja hati mereka tak karuan.
Kebetulan ada seorang marbot masjid yang berasal dari Indonesia. Ia juga berperan sebagai penghulu yang akan menikahkan Rasyad dan Erina.
Sebelumnya Rasyad masih belajar untuk membaca akad. Apa lagi ia tidak tadi nama panjang Erina dan nama Ayahnya. Ia takut nanti akan terjadi kesalahan dan harus mengulangnya. Pantang baginya untuk gagal.
"Bagaimana, sudah siap?"
"InsyaAllah."
Rasyad menjabat tangan Ayah Fadil.
"Saya nikahkan dan kawinkan engkau Jefri Ainur Rasyad bin Aldo Ardiyansyah dengan anak kandung saya Erina Nur Fadilah binti Fadil dwi Abdillah dengan mas kawin emas seberat 100 gram dan uang sebesar 150 juta dibayar tunai."
"Saya terima nikah dan kawinnya Erina Nur Fadilah binti Fadil Dwi Abdillah dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."
"Sah.... "
"Sah... "
"Alhamdulillah.. "
Penghulu membacakan do'a untuk kedua mempelai.
Seketika air mata Erina luruh. Ia menghapusnya dengan tisu yang ada di tangannya. Tak ada yang bisa menebak perasaannya kali ini. Antara haru, sedih, dan syok bercampur menjadi satu. Namun ia juga merasa bahagia karena melihat kedua orang tuanya bahagia.
"Mungkin ini sebagai salah satu bentuk baktiku kepada kalian. Melihat kebahagiaan kalian, InsyaAllah aku ikhlas. Semoga ini menjadi keputusan yang terbaik." Batinnya.
"Dek, kok bengong. ayo cium tangan suaminya!"
Erina baru sadar jika Rasyad sudah berada di hadapannya. Rasyad mengulurkan tangannya. Erina menerimanya lalu menciumnya. Ayah menuntun Rasyad untuk membaca do'a dengan memegang kepala Erina.
"Ayo cium keningnya. Dia sudah halal bagimu." perintah ayah.
Demi apa pun rasanya Erina ingin protes kepada sang Ayah yang terlalu blak-blakan menurutnya. Padahal itu wajar.
Mendapat lampu hijau dari sang mertua, Rasyad pun melaksanakannya. Namun lebih tepatnya Rasyad mengecup puncak kepala istrinya yang terhalang jilbab.
Rasyad memakaikan kalung, gelang, dan cincin yang menjadi maharnya. Saat memasang kalung, Tubuh mereka agak mepet. Rasyad dapat mencium wangi parfum Erina yang menyejukkan hati.
"Selamat, mas. Sekarang kita sudah jadi besan." Ucap ayah kepada Papa, Aldo. Mereka berpelukan.
"Haha, iya mas. Sungguh indah rencana Alkah. Semoga anak-anak kita nantinya hidup bahagia."
"Jangan lupa, setelah ini kita masih punya PR."
"Apa itu mas?"
"Bikin mereka dekat, dan mau buatin kita cucu." Kali ini Ayah berbisik di telinga Papa.
Papa Aldo terkekeh mendengarnya.
Papa Aldo sekarang baru sadar bahwa besannya itu ternyata oranya lebih gokil daripada adik iparnya (Fatan). Mereka kembar identik, tapi sifatnya berlawanan.
Setelah acara akad selesai, mereka menunggu adzan Maghrib untuk sekalian shalat berjamaah di Masjid. Setelah sekesai shalat, mereka meninggalkan masjid. Namun mereka tidak langsung pulang ke apartemen, melainkan makan malam di restoran Indonesia yang letaknya tidak jauh dari Masjid. Kali ini para orang tua membiarkan pengantin baru duduk berdampingan agar mereka lebih dekat.
Saat akan makan bunda melayani Ayah, begitu pun mama melayani Papa. Sedangkan Erina masih sibuk dengan pikirannya sendiri. Sehingga ia tidak sadar akan hal itu. Rasyad yang juga belum terbiasa, langsung mengambil sendiri makanannya.
"Dek, kamu harus belajar melayani suamimu." Ujar Bunda.
"Ah, apa lagi ini." batin Erina, sambil menghela nafas panjang.
"Tidak apa tante, mungkin dia belum terbiasa." Sahut Rasyad.
"Eh kok tante? Panggilnya sama kayak Erina. Panggil bunda dan Ayah." Sahut Ayah Fadil.
"Eh iya, Maaf."
Mereka makan dengan nikmat sambil menikmati malam yang syahdu.
Setelah selesai makan malam, mereka pulang naik taksi. Kalau tadi berangkatnya masing-masing dengan orang tua, sekarang pulangnya naik tiga taksi dengan pasangan masing-masing.
Berbeda dengan hari-hari sebelumnya, baik Erina maupun Rasyad merasa lebih canggung. Mereka tidak bisa bebas seperti biasanya. Erina sangat tidak menyukai suasana itu. Namun ia sedang keep silent.
ciiiit
Sopir taksi yang ditumpangi Erina dan Rasyad mendadak ngerem karena menghindari kucing yang lewat sehingga penumpangnya terpental. Tubuh Erina miring menimpa tubuh Rasyad.
"Maaf, nona, tuan. Tadi ada kucing."
"Lebih hati-hati, pak." Sahut Erina.
"Baik, nona."
Erina pun membenarkan duduknya kembali.
"Kamu tidak apa-apa?" Tanya Rasyad.
"Tidak." Erina menggelengkan kepala.
Sedangkan Rasyad memijat kepalanya yang terbentur jendela. Erina baru sadar akan hal itu.
"Ka-kamu sakit?"
"Nggak pa-pa cuma sedikit."
"Oh... iya."
Hanya itu obrolan singkat mereka. Selanjutnya, mereka tidak bersuara lagi hingga taksi sampai di depan gedung apartemen.
Bersambung...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Semoga kalian berdua segera saling membuka hati, apalagi kedua ortu kalian dah memaksa kalian untuk tinggal bersama ?? Hayo kita semua dah siap nungguin kalian berdua belah duren 🤣🤣🤣🤩🤩🤩🙏