Di era teknologi yang melesat bak roket, manusia telah menciptakan keajaiban: sistem cerdas yang beroperasi seperti teman setia. Namun, Arcy, seorang otaku siswa SMA kelas akhir, merasa itu belum cukup. Di puncak gedung sekolah, di bawah langit senja yang memesona, ia membayangkan sistem yang jauh lebih hebat—sistem yang tak hanya bergantung pada teknologi, tetapi juga pada kekuatan energi spiritual, sebuah sistem cheat yang mampu merajut takdirnya sendiri. Mimpi itu, terinspirasi oleh komik-komik isekai kesukaannya, membawanya ke petualangan yang tak terduga, sebuah perjalanan untuk mewujudkan sistem impiannya dan merajut takdir dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evolved 2025, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kabur Dari Preman
Sekar tampak sedang menunggu di taman, duduk di bangku di bawah pohon rindang. Tak lama, Arcy datang dengan membawa dua botol minuman dingin.
"Maaf ya, lama," kata Arcy sambil memberikan satu botol minuman ke Sekar.
"Tidak apa-apa," jawab Sekar sambil tersenyum.
Mereka berdua membuka botol minuman dan meneguknya. Suasana hening sejenak, hanya terdengar suara angin yang berdesir.
"Sekar," panggil Arcy pelan. "Dulu kamu pernah cerita ya, kalau kamu tidak punya teman dan sering dirundung?"
Sekar mengangguk. "Iya."
Arcy kemudian tersenyum hangat. "Jangan khawatir, mulai sekarang aku akan selalu ada buat kamu."
Sekar terkejut, dan menunduk malu dengan pipi memerah.
Arcy lalu memperhatikan nama di seragam Sekar. Ia teringat pernah melihat baju dengan nama yang sama tertumpuk di keranjang baju Elis.
"Sekar," panggil Arcy. "Kamu kenal Elis?"
Sekar sedikit terkejut. "Kenal. Dia teman dekatku."
Arcy memperhatikan wajah Sekar lebih teliti. Entah kenapa, ada sesuatu yang familiar dari paras gadis itu.
Melihat Arcy yang terus memperhatikannya, Sekar menunduk.
Tiba-tiba META mengkonfirmasi, "Tuan, Sekar adalah Elis yang sedang menyamar."
Arcy terkejut mendengarnya. "Apa? Sekar... Elis?"
Tiba-tiba, terdengar suara kasar orang memanggilnya.
“Hoi!”
Arcy mengerutkan dahinya, melihat enam orang mendekat.
Sekar tak menunjukkan rasa takut, walaupun ia tahu orang-orang ini ingin mencari keributan.
Lima diantaranya merupakan preman yang pernah mengeroyok Arcy sebelumnya, suruhan dari siswi pembuli itu yang ingin membalas dendam padanya.
Salah satu preman mendekat dengan tatapan garangnya.
“Yo, Arcy! Gimana kabarmu setelah kami hajar tempo hari? Masih bisa jalan kan? Oh iya, kami kan pernah bilang ya, kalau berani macam-macam lagi sama nona kami, kami akan habisi kamu, kan?”
Arcy tak menjawab, hanya menunjukkan senyum.
Orang itu menatap tajam Arcy. Tapi tiba-tiba, sebuah tendangan dilayangkan, tepat mengenai kemaluannya.
“Awww..” Semua menunjukan ekspresi ngilu yang sama, walaupun bukan burung mereka yang ditendang, tapi mereka tahu itu sangat menyakitkan.
Arcy melebarkan senyumnya setelah berhasil melumpuhkan preman didepannya, dan segera ia menarik tangan Sekar menjauh, melarikan diri.
Sekar tertawa sambil berlari, ia tak menyangka Arcy malah bertindak seperti itu, awalnya mengira Arcy akan menggunakan kekuatannya, tapi secara mengejutkan, dia malah menendang kemaluan orang itu lalu kabur.
"Kejar meraka!" perintah preman itu dengan suara pelan yang menekan sambil meringkuk kesakitan.
Arcy dan Sekar berlari dikejar empat preman. Saat memasuki gang, jalan mereka terhalang oleh dinding kawat, sementara itu kedua preman telah berdiri didekat mereka.
“Kemana kalian mau lari, ha? ”
“Haha… tamat kalian sekarang!”
Keempat preman itu mendekat sembari menyeringai.
Disatu sisi, Arcy berpikir, mencari cara untuk melewati pagar kawat dibelakangnya. Arcy melirik Sekar, hawatir Sekar atau Elis akan memarahinya kalau sampai dia menggunakan kekuatannya.
Arcy kemudian maju. “Tetap di belakangku,” bisiknya pada Sekar.
Sekar mengangguk dengan harapan Arcy bisa mengalahkan kedua preman itu.
Kedua preman itu menyeringai sambil membunyikan jari-jarinya.
Arcy merenggangkan badan terlebih dahulu, sebelum beraksi.
Pertarungan pun dimulai.
Kedua preman itu menyerang bersamaan, mengayunkan tinju mereka, tapi Arcy dengan sistem persepsinya memungkinkan penglihatan yang optimal melihat gerakan preman itu menjadi lambat. Arcy kemudian menangkap pergelangan tangan mereka dan memelintirnya.
“Adudududu!!!” Mereka berteriak kesakitan.
Arcy langsung menghampiri Sekar dan menggendongnya, hal itu membuat Sekar terkejut. Arcy melompat tinggi melewati pagar kawat dengan dorongan angin di bawah telapak kakinya.
"Oh, tidak..." Arcy kebablasan karena baru saja menggunakan kekuatannya. Ia melirik Sekar dengan takut.
Mereka berdua mendarat baik ditanah, dan Arcy menurunkan Sekar. Ia berbalik melihat kedua preman itu yang tercengang dalam kebingungan.
“Ayo.” Arcy mengajak Sekar untuk pergi ke tempat lain.
Saat mereka berlari, Arcy terkejut melihat Sekar yang tersenyum. Arcy bingung dengan reaksinya.
***
Arcy dan Sekar menuju pantai menaiki sepeda. Arcy membonceng Sekar menyusuri jalanan di pinggir pantai yang sepi.
Angin laut bertiup sepoi-sepoi, menerbangkan rambut Sekar. Cahaya senja memantul di permukaan laut, menciptakan pemandangan yang indah.
Arcy berhenti, memarkirkan sepeda. Sekar berlari lebih dulu ke pantai dengan riang. Mereka disambut angin pantai yang sejuk dan menenangkan.
“Wahhh…” seru Sekar disuguhi pemandangan senja yang mempesona.
Mereka berdua tampak menikmati momen tersebut.
Arcy melihat Sekar asik bermain air laut, berlarian menghindari air laut naik.
Sekar tertawa melihat kerahnya, Arcy hanya duduk tersenyum memandangi gadis cantik di depannya.
Tiba-tiba, Sekar dengan usil menyiramnya dengan air laut. Terkejut, Arcy langsung menghindar, ia lalu berlari kearah Sekar, membalas, menyiramnya dengan air laut.
Mereka tertawa sambil terus mengusili satu sama lain.
Beberapa saat kemudian, mereka berdua duduk diam memandangi sunset.
Arcy kemudian bercerita tentang pengalamannya di pantai bersama temannya. Cerita diawali dengan seorang anak lelaki yang asyik berenang. Tiba-tiba, temannya berteriak dari tepi pantai, menyuruhnya menjauh. Awalnya bingung, si anak lelaki baru sadar ada "ranjau" terapung mendekat.
Usut punya usut, ternyata itu "sumbangan" dari temannya yang sedang kebelet di pinggir pantai. Liburan yang tadinya menyenangkan berubah jadi momen menjijikkan sekaligus lucu.
Sekar lalu tertawa, sambil merasa jijik. “Pasti itu kamu kan? Yang buang hajat sembarangan.”
“Enak aja, mana ada aku kayak gitu!"
Sekar tertawa lepas mendengarnya.
Saat suasana kembali tenang. Sekar lalu mengangkat lututnya, menyandarkan kepalanya di lutut, menatap lembut Arcy disampingnya, “Aku suka cowok yang humoris.”
Arcy terkejut, pipinya memerah, ia seketika memalingkan pandangannya, tak kuasa lagi melihat tatapannya, dan senyumannya yang memikat.
"Sudah mau malam. Yuk, pulang." ucapnya, mencoba mengalihkan perhatian.
***
Arcy mengantar pulang Sekar dengan memboncengnya menggunakan sepeda.
Sore itu, mentari mulai meredup, sinarnya keemasan menyinari jalanan kota. Angin sore berhembus lembut, menerbangkan rambut Sekar yang terurai.
Sekar duduk dengan nyaman di belakang Arcy, sesekali tertawa kecil saat Arcy bercerita tentang hal-hal lucu.
Mereka melewati taman kota yang ramai melihat anak-anak kecil berlarian bermain.
Lampu-lampu jalan mulai menyala, menerangi jalan mereka. Arcy dan Sekar terus bercerita dan tertawa, menikmati kebersamaan mereka di sore yang indah itu.
Arcy tersenyum, tiba-tiba, Sekar merangkul tangannya. “Bolehkan?”
“Lepas!”
Sekar menggelengkan kepala, “Tidak mau!”
Arcy mencoba melepaskan tangannya, tapi Sekar merangkulnya dengan erat. Arcy merasa canggung sambil terus mendayungkan pedal.
"Kita sudah sampai."
Arcy memberhentikan sepedanya di depan gedung apartemen. Sekar yang tak sadar lalu berjalan masuk dengan riang. Tiba-tiba Arcy memanggilnya, “Elis!”
Sekar terkejut dan berbalik. Arcy tersenyum dan berjalan kearahnya, lalu melepas kaca mata yang dipakainya. Arcy kemudian berkata, “Elis, benarkan?”