NovelToon NovelToon
Three Years

Three Years

Status: sedang berlangsung
Genre:JAEMIN NCT
Popularitas:593
Nilai: 5
Nama Author: yvni_9

"Nada-nada yang awalnya kurangkai dengan riang, kini menjebakku dalam labirin yang gelap. Namun, di ujung sana, lenteramu terlihat seperti melodi yang memanggilku untuk pulang."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yvni_9, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

sekolah baru

...Happy reading...

Pagi yang cerah telah menyapa Cely melalui celah jendela kelas yang terbuka. Sinar matahari pagi yang keemasan menyusup masuk, menerangi debu-debu yang beterbangan di udara.

Cely sudah tiba di kelas dan duduk di kursi bagian belakang, di sudut kanan ruangan. Ia memilih tempat duduk yang paling pojok, seolah ingin menyendiri dan menjauh dari keramaian.

Di sekeliling Cely, suasana kelas mulai ramai oleh kedatangan siswa-siswi lain. Suara obrolan, tawa, dan candaan riang mulai memenuhi ruangan, memecah keheningan pagi.

Para siswa-siswi tampak bersemangat memulai hari baru, saling bertukar cerita tentang kegiatan mereka semalam, rencana untuk hari ini, atau sekadar gosip ringan tentang teman-teman sekelas.

Beberapa siswa terlihat berkelompok, membentuk lingkaran kecil di sekitar meja mereka, sementara yang lain tampak berpasangan, saling berbisik-bisik sambil tertawa kecil.

Namun, di tengah keramaian dan kehangatan suasana kelas, Cely tetap berdiam diri. Ia duduk terpaku di kursinya, tidak ikut bergabung dalam percakapan apapun. Wajahnya tanpa ekspresi, bibirnya terkatup rapat, dan matanya kosong, seolah pikirannya melayang jauh entah ke mana.

Kontras dengan siswa-siswi lain yang penuh semangat dan energi, Cely justru tampak menarik diri, tenggelam dalam dunianya sendiri, di antara hiruk pikuk suara kelas.

"Gue udah kaya orang gila duduk sendiri di sini," Cely membatin, matanya memindai sekeliling kelas. "Yang lain ngobrol sama temen sebangkunya, lah gue? Kenapa nggak ada satu pun yang mau duduk sama gue?"

Tiba-tiba, suara ceria memecah kesunyian kelas, "Selamat pagi, adik-adik!" Seorang kakak kelas dengan seragam panitia MPLS tersenyum ramah dari depan kelas, "Bagaimana perasaan kalian di hari pertama masuk sekolah ini?"

"Aduh, panitianya udah dateng aja, mana gue belum punya temen," Cely terkesiap dalam hati, jantungnya berdegup sedikit lebih kencang.

"Ini ... beneran gue sendirian? Ya Allah, tolonglah hamba-Mu ini, hamba nggak mau plonga-plongo kayak orang bego!" Cely semakin gelisah, jari-jarinya saling meremas.

"Kamu yang di barisan kanan?" tanya panitia itu lagi, suaranya terdengar lebih jelas, jari telunjuknya mengarah tepat ke Cely.

"Hah? Saya? Ah ... anu ..." Cely tergagap, wajahnya memerah padam. "Ya ampun, apa yang dia bilang tadi? Mana gue nggak ngedengerin," Cely merutuki kebodohannya dalam hati, keringat dingin mulai membasahi telapak tangannya.

Tok ... tok ... tok

Suara ketukan pelan terdengar di pintu kelas, memecahkan keheningan sesaat.

"Permisi, Kak," ucap seorang lelaki yang berdiri ragu di ambang pintu. "Maaf, Kak, saya terlambat, soalnya tadi macet parah." Lelaki itu tampak sedikit kelelahan, rambutnya sedikit berantakan karena berlari.

"Ah, iya, tidak apa-apa," jawab panitia dengan ramah, mengangguk mengerti. "Silakan masuk!" Panitia itu kemudian menunjuk ke arah belakang kelas. "Itu di sebelah kanan masih ada satu kursi kosong, kamu bisa duduk di situ dulu."

Lelaki itu mengangguk singkat tanda terima kasih, lalu melangkah menuju kursi kosong yang ditunjukkan panitia. Cely yang sedari tadi menunduk, mendongak sedikit saat mendengar langkah kaki mendekat. Matanya membulat saat menyadari kursi kosong itu tepat di sampingnya.

"Ya Allah," Cely membatin lagi, "Temen sih temen, tapi kenapa harus cowok juga?" Rasa kecewa bercampur malu menyeruak dalam hatinya. Ia membayangkan percakapan canggung yang mungkin akan terjadi.

Tanpa diduga, laki-laki itu menoleh ke arah Cely, senyum tipis menghiasi wajahnya yang manis. Cely yang tertangkap basah menatapnya, refleks membalas senyumannya.

"Baiklah, nanti kalau nama kelompok kalian dipanggil, segera keluar ya," kakak panitia itu mengingatkan dengan suara lantang agar semua anak mendengarnya. "Jangan sampai terpisah dari teman sekelompok, makanya kalian harus benar-benar ingat wajah teman-teman kalian, oke?"

"Baik, Kak!" sahut anak-anak serempak, suara mereka memenuhi ruangan kelas.

"Oke," kakak panitia itu mengangguk puas. "Kalian ingat semua barang yang disuruh bawa kemarin, kan?" tanyanya lagi, memastikan.

"Ingat, Kak!" jawab mereka kembali dengan semangat.

"Bagus! Kalau begitu, kakak keluar sebentar ya," ucap panitia sambil melangkah menuju pintu. "Ingat, harus tertib di dalam kelas! Jangan berisik!" pesan kakak itu sekali lagi sebelum benar-benar meninggalkan ruangan.

Anak-anak di kelas hanya mengangguk dan mengiyakan perintah panitia, beberapa di antara mereka mulai saling berbisik dengan teman sebangkunya.

"Nama kamu siapa?" tanya laki-laki itu, menatap cely.

"Cely," jawabnya singkat.

"Ah ... iya, nama aku Azel" sahut laki-laki itu.

Di bawah naungan pohon beringin yang rimbun dan berusia ratusan tahun, mereka mencari perlindungan dari sengatan matahari siang yang membakar.

Daun-daun beringin yang lebat memang menawarkan naungan yang cukup teduh, namun udara tetap terasa pengap dan panas karena kerumunan siswa-siswi yang memenuhi area tersebut. Suara tawa, obrolan, dan gesekan kaki bercampur menjadi kebisingan latar yang menemani jam istirahat siang itu.

Cely dan teman-temannya duduk bersila di atas rumput yang sedikit mengering, membuka kotak bekal masing-masing. Aroma nasi hangat, lauk pauk, dan camilan ringan langsung menguar.

"Hei!" tiba-tiba suara teriakan lantang memecah keheningan singkat di antara mereka. Seorang laki-laki muncul dari arah samping, langkah kakinya yang cepat tidak terdengar di tengah kebisingan.

Cely, yang bahunya tiba-tiba ditepuk dengan keras, terlonjak kaget bukan main. Sentakan itu hampir membuatnya kehilangan keseimbangan.

"Ngagetin aja!" seru Cely dengan nada tinggi, jantungnya masih berdegup kencang. "Untung nasi gue kaga loncat!" omel Cely, sambil mengusap dadanya, mencoba menenangkan diri.

"Maaf, maaf," jawab laki-laki itu dengan nada menyesal, sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Laki-laki itu, tanpa menunggu persetujuan, langsung menjatuhkan diri duduk di hadapan Cely, memotong jarak mereka hingga hanya terpisah kotak bekal. Cely mengangkat wajahnya, alisnya bertaut dalam keheranan melihat tingkah laku laki-laki yang tiba-tiba. Matanya menyelidik, mencoba membaca maksud di balik tindakan tersebut.

"Kenapa?" tanya laki-laki itu, seolah menyadari kebingungan Cely. Ia menatap Cely dengan mata yang polos dan sedikit ragu. "Nggak apa-apa kan kalau aku duduk di sini?" Ia menyunggingkan senyum tipis, berusaha terlihat ramah.

"Aku ... aku belum punya teman juga di sini," lanjutnya dengan nada suara sedikit lebih rendah, "jadi ... aku nemuin kamu karena ... kita kan sebangku," ucapnya, menjelaskan alasan mengapa ia mendekati Cely.

Cely mengedikkan bahunya, ekspresinya tetap datar dan tanpa minat. "Hem... terserah lo deh!" ucap Cely singkat, sambil kembali menunduk dan menyuapkan nasi ke dalam mulutnya. Ia tidak ingin terlihat ramah, maupun mengusir, hanya memberikan kebebasan kepada laki-laki itu untuk melakukan apapun yang ia inginkan.

...___________...

1
MindlessKilling
Gak sabar nunggu lanjutannya, thor. Ceritanya keren banget!
yvni_9: terima kasih
total 1 replies
Zhunia Angel
❤️ Hanya bisa bilang satu kata: cinta! ❤️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!