Ara yang melarikan diri ke luar negeri, tidak sengaja menyaksikan pembunuhan terhadap bosnya saat bekerja, dan itu membuatnya menjadi tawanan pria yang kejam, bahkan lebih kejam dari orang orang di masa lalunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon siti tyna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11
"tidak jadi pak, saya tidak ingat nomornya"
Uhuk uhuk
Zoni terbatuk sedikit, ia menarik kembali pujiannya pada gadis yang ia pikir pintar itu.
"bagaimana dengan telpon rumah nona"
Ucap zoni memberi saran.
"oh iya pak"
Mia dengan cepat menghubungi rumahnya, ia bicara dengan sus mala dan menjelaskan apa yang terjadi dan mengatakan di mana ara berada, sus mala terdengar cukup terkejut dan mengatakan akan segera menghubungi ayah dan ibu.
"saya taruh di sini ya, terima kasih ya pak"
Mia meletakkan ponsel zoni di sebelah pria itu dan kembali berterima kasih.
"sama sama nona"
Jawab zoni, ia membelokkan mobilnya memasuki gerbang perusahaan dan berhenti di depan pintu lobi utama, zoni bebad meletakkan mobil di mana saja, jadi dia hanya sedikit meminggirkan mobil mewah itu agar tidak menghalangi jalan, kemudian ia mengantar gadis kecil itu menuju ruangan sang bos di mana gadis bernama ara berada.
...
Sedangkan di kamar luas dan mewah berwarna abu abu dokter pribadi perusahaan terlihat bicara dengan bosnya, ia menjelaskan kira kira kondisi gadis yang terlihat berkeringat dan sesekali berguman.
"dia pingsan karena syok berat dan demam di sebabkan trauma, apa dia pernah terluka parah?"
"tidak"
Amir menjawab dengan yakin, dan itu membuat Nizar memandang ayah dari sahabatnya itu dengan heran, bagaimana pria itu bisa tau.
"mungkin ada rasa ketakutan yang begitu besar yang pernah di rasakan, mirip dengan yang biasanya terjadi pada anak anak yang terlalu terkejut atau terlalu takut di siang hari dan malam harinya dia akan demam, untuk sekarang kita akan melihat perkembangannya saat dia bangun, yang terparah adalah, anak ini membutuhkan psikiater"
Jelas dokter yang terlihat berumur awal 4o an itu.
berbeda dengan amir yang mengangguk mengerti, Nizar cukup terkejut dengan kondisi ara, gadis yang sedikit gila itu memiliki ketakutan dan mungkin membutuhkan psikiater, menurutnya itu seperti omong kosong kalau melihat gadis itu kemarin yang terlihat tidak takut apapun.
setelah urusannya selesai, dokter itu pamit keluar untuk kembali ke rumah sakit.
"nizar, kamu kembalilah ke sekolah"
Amir baru teringat kalau teman anaknya masih di sini.
"tapi Ara.."
Tok tok tok
"masuk"
Amir dan lainnya menatap ke arah pintu, muncul zoni dan seorang gadis yang mengangguk sopan pada semua orang di dalam ruangan, lalu langsung berlari ke arah ranjang.
"zoni, tolong antar tuan muda nizar kembali ke sekolah"
Perintah amir yang membuat nizar tidak bisa membantah, ia melirik ke arah ara yang wajahnya mulai tenang setelah mia datang dan menggenggam tangan gadis itu dan berbisik menenangkannya.
"baik tuan, mari tuan muda"
Zoni mempersilahkan pria yang sering ia lihat bersama tuan mudanya itu untuk berjalan lebih dulu.
dengan tidak rela nizar keluar dari ruangan untuk kembali ke sekolah.
...
"hu hu hu papa hiks papa huaaa"
gadis kecil itu menangis kejer saat terbangun dan menyadari kalau ia sedang bersama beberapa om om yang menatapnya dengan tajam dan decakan kesal.
"diam, diam, diam"
bentak seorang pria dengan penutup kapala, tapi gadis itu tambah menangis karena ketakutan.
plak
"diam"
Pria itu menampar mulut anak kecil itu dengan tenaga yang kecil tapi dengan bentakan yang lebih keras.
Mendadak gadis itu berhenti menangis dengan bibir tercebik cebik, tubuh kecilnya bergerak gerak di sebabkan isakan halus yang masih tersisa.
"mau lagi?"
Tanya pria itu dengan tangan seolah akan kembali menampar dan mata melotot tajam.
Gadis kecil itu menggeleng takut.
"bagus"
Mobil yang di isi oleh tiga orang dengan gadis kecil itu tenang untuk sebentar hingga tiba tiba suara tembakan menyebabkan mobil van berwarna hitam itu sedikit oleng.
"sial, mereka sudah mengejar kita"
Maki pria yang menyetir sambil berkali kali melihat ke arah sepion, padahal pekerjaan ini baru di bayar separuh, mereka berani mengambil resiko menculik putra seorang konglomerat atas perintah seseorang, tapi tidak mudah menculik pria kecil yang di jaga ketat oleh beberapa pengawal terlatih, jadi mereka menculik putri dari orang kepercayaan pria itu sebagai gantinya, dan itu di setujui oleh orang yang membayar mereka dengan mahal atas pekerjaan ini.
"sialan, kita akan mati kalau tertangkap"
Mereka sangat tau betapa kejamnya tangan kanan dari pria bernama Amir zakra, jika farhan adalah orang kepercayaan amir yang sudah di kenali orang orang, berbeda dengan pria yang di sebut sebagai supir pribadi amir yang sebenarnya bergerak dalam kegelapan, hanya orang orang tertentu yang tau, termasuk mereka yang hanya gangster jalanan, daripada mereka jatuh ke tangan pria itu maka kematian akan lebih baik.
"ayo melompat dari jembatan"
Pria yang membentak gadis kecil tadi memberi saran di angguki oleh yang lainnya, beberapa meter lagi mereka akan melewati jembatan beton, tepat di jembatan mereka melompat keluar mobil dan berguling hingga jatuh ke sungai yang lumayan besar, walaupun mati tenggelam, menurut mereka itu lebih baik dari pada tertangkap.
"talia"
Seorang pria yang mengendari motor berteriak pada gadis kecil yang berada di mobil yang sudah tidak terkendali, gadis itu melihat keluar sambil menangis ketakutan.
"hiks hiks papa, papa, hiks hiks"
"ara, ara"
Mia memanggil manggil nama adiknya dengan mata berkaca kaca, ia melihat wajah ara terlihat sangat ketakutan, mia menghapus keringat di wajah ara menggunakan handuk basah, lalu kembali meletakkan di kening gadis itu untuk meredakan panas, sudah satu jam mia duduk di samping ara, kadang gadis itu tenang, kadang dia meracau memanggil manggil nama orang orang terdekat, beberapa kali gadis itu membuka mtanya sedikit tapi kembali terpejam seperti tidak menyadari siapapun berada di dekatnya.
suara pintu terbuka membuat mia menoleh, terlihat kedua orang tuannya beserta sus mala tergesa gesa masuk dengan wajah khawatir.
"bagaimana keadaannya?"
Tanya sarma sedikit berbisik, walaupun sudah di jelaskan secara singkat oleh amir sebelum mereka masuk ke sini, sarma tetap ingin bertanya pada mia yang sudah bersama ara dari tadi.
"masih seperti tadi, ara terlihat ketakutan bu"
Jelas mia seperti mau menangis, sarma langsung memeluk kepala putrinya yang sedang duduk di kursi.
"sayang, kamu kembali ke sekolah ya, mama dan sus yang akan jaga ara"
Setelah beberapa saat sarma melepaskan pelukannya dan menyuruh putrinya untuk kembali, dan di angguki oleh mia setelah beberapa saat diam.
"ayo, ayah antar"
Mia kembali mengangguk dengan wajah sedikit cemberut, dia masih ingin berada di sini, tapi sekarang bukan waktu yang tepat untuk keras kepala, gadis itu tidak tau di mana mereka berada , dan mengapa bisa ara berada di sini, karena dia hanya fokus pada adiknya hingga tidak bertanya apa apa, bahkan ia tidak sadar kalau ada nizar di ruangan ini saat ia baru datang tadi.