Nadira Keisha Azzura pertama kali co-ass di rumah sakit ternama, harus mengalami nasib buruk di mana Bapaknya masuk UGD tanpa sepengetahuannya akibat tabrakan, lalu tak lama meninggal dan sebelumnya harus mendengar ijab kabul mengatasnamakan dirinya di kamar Bapaknya di rawat sebelum meninggal. Pernikahan itu tanpa di saksikan olehnya sehingga dia tidak mengetahui pria tersebut.
Sedangkan dia hanya memiliki seorang Bapak hingga dewasa, dia tidak mengetahui keberadaan kakak dan Ibunya. Dia di bawa pergi oleh Bapaknya karena hanya sosok pria miskin dan mereka hanya menginginkan anak laki-laki untuk penerus.
Bagaimana nasib Nadira selanjutnya? akankah dia hidup bahagia bersama suaminya? akankah Nadira bisa menerima siapa suami dan siapa yang telah menabrak Bapaknya? Akankah dia bertemu dengan keluarganya?
Yu saksikan ceritanya hanya di novel 'Suami Misteriusku ternyata seorang Dokter'
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dira.aza07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 ~ Membujuk Ken
Setelah berada tepat di depan ruangan Ken, Ken pun melepas cengkeramannya pada Nadira dan membuka kunci pintu.
"Aww ... sakit banget ...." Nadira memegang tangan kanannya yang telah di lepas Ken.
Ken yang mendengar keluhan Nadira hingga membuatnya terdiam sejenak, kemudian melanjutkan membuka kunci tersebut.
Setelah memasuki ruangannya, Ken pun langsung mencari sesuatu dari dalam lacinya yang telah tersimpan berbagai macam obat.
Kemudian setelah menemukan sesuatu, kembali Ken menarik tangan Nadira. "Sakit Pak ...." Nadira menepis tangan Ken yang hendak menariknya kembali.
"Sini ... cepatlah!" Seru Ken yang tidak suka banyak bicara apalagi jika sedang kesal.
Nadira pun memberikan lengannya kepada telapak tangan Ken, namun sekarang Ken memegang tangan Nadira penuh dengan kelembutan.
Nadira pun menghela nafas lega, dia kira Ken akan bersikap kasar kembali.
"Jika jalan itu ya hati-hati, untung yang kau tabrak itu orang, coba kalau kendaraan atau tiang bagaimana?" Kendrick mengingatkan Nadira dengan mengolesi pergelangan tangannya dengan salep.
Nadira mengerutkan keningnya sambil menatap Ken yang sedang mengolesi salep pada pergelangan tangannya, dia kira Ken akan meminta maaf soal cengkraman kuatnya namun ternyata dia malah berbicara soal teledor Nadira.
"Terimakasih," ucap Nadira saat Ken telah selesai menyalapinya.
"Mana berkasnya?, jelaskan padaku apa saja yang di kerjakan tadi?" Tanya Ken yang sedang mengetes Nadira.
"Tadi aku hanya bekerja dengan Pak Ray, dikarenakan yang sedang butuh bantuan beliau dan bukan Pak Ibrahim," ujar Nadira menjelaskan sambil memberikan berkas kepada Ken.
Nadira pun menjelaskan soal pemeriksaan pasien dengan segala kondisi dan cara mengatasinya kepada Ken, dan Ken pun menyocokkan dengan apa yang telah di rekap oleh Nadira.
Satu jam tak terasa telah berlalu, "Ok hasilnya lebih baik, kamu cepat memahami segalanya, sekarang kamu boleh istirahat, ini uangnya!" Seru Ken dengan memberikan selembar uang berwarna pink.
"Apa ini Pak?" Tanya Nadira yang lupa akan gratis makan selama satu bulan.
"Uang buat kamu makan!" jelas Ken dengan santai dan merapikan meja kerjanya.
"Oh ..., tapi uang dari Bapak masih banyak, ini tidak perlu, terimakasih." Nadira memberikan kembali selembar uang itu.
"Ambillah!" ujar Ken singkat.
"Emm baiklah, apa Bapak mau saya belikan sesuatu?" Tanya Nadira yang telah beranjak dari tempat duduknya.
"Apa saja yang segar!" Seru Ken membingungkan.
"Maksud Bapak air minum yang asam segar dingin begitu?" Tanya Nadira menjabarkan.
"Hmm yang pedas maksudku, aku ingin yang makanan pedas yang bisa menyegarkan kepalaku." Ken membayangkan makanan yang pedas nikmat.
"Pak ... Bapak itu baru sembuh ga boleh makan yang begitu!, kalau soto ayam mau?" Tanya Nadira mencoba menawarkan.
Di sisi lain.
"Woy ... melamun aja kenapa lo?" Tanya Thomas yang mengagetkan Rayhan.
"Eh Lo thom, eh maksud gue Thomas," sahut Rayhan dengan menatap sekilas Thomas.
"Tumben Lo bengong, mikir apaan?" Tanya Thomas mencoba memulai pembicaraan.
"Dasar lo ... kepo banget jadi orang," sahut Rayhan dengan senyumnya dengan kembali menatap ke arah depan.
"Ya biasalah kalau orang peduli jiwa keponya muncul ha ha ha, ngomong-ngomong lo mau istirahat kaga?, udah lama kita ga kumpul, cuss sebari ajak Ken." Thomas beranjak kemudian menarik Rayhan yang sedang berjongkok.
Rayhan setuju-setuju saja tanpa banyak berkomentar.
Setibanya di ruangan Ken, Thomas langsung membuka pintu tanpa mengetuknya.
"Ken kita istirahat bareng yu!, eh ada Nara!" Seru Thomas yang langsung terdiam.
Sedangkan Rayhan yang tengah di tarik oleh Thomas menatap ke arah Nadira dengan tatapan yang penuh arti.
"Kebiasaan lo, bisa kali masuk itu ya ketuk pintu, main terobos aja, gimana kalau gue lagi rapat?" protes Ken dengan melempar pulpen ke arah Thomas.
"Sorry kebiasaan di rumah, cuss lah kita makan bareng, eh Ra ... mau ke mana?" Tanya Thomas saat melihat Nadira melewati Thomas.
"Makanlah, nanti takut pingsan," ujar Nadira dengan tersenyum.
"Tunggu ... kita makan bareng aja, lo telepon Siska dan Nabila ya, suruh ketemu aja di kantin sekarang, seru kali kita makan macam triple date," ujar Thomas dengan terkekeh.
"Lo kira kita pacaran." Rayhan menoyor kepala Thomas.
"Anggap saja begitu, ayo cepat Ken keburu ada panggilan bagi kita," ujar Thomas dengan kembali terkekeh.
"Lo kira kita cowo apaan sih Thomas." Rayhan menyahuti dengan menggelengkan kepala.
Setelah Ken berdiri mereka berempat pun meninggalkan ruangan untuk menuju kantin.
Setibanya di kantin, Siska dan Nabila tengah menunggu Nadira. Namun mereka tercengang tatkala melihat ketiga pria menghampiri mereka.
"Kita makan berenam? kenapa ga bilang Ra? kita cuma pilih meja yang cuma berisi untuk empat orang, lihat kita ga kebagian meja lagi!" protes Nabila dengan menepuk dahinya.
"Sorry ...." Nadira memperlihatkan giginya yang berwarna putih tersebut.
"Tenang-tenang ada Om Thomas yang cerdas, yang sakit duduk dulu deh ya, dan lo juga Ra," ujar Thomas dengan tangan berada di bahu Nadira.
"Lo tunggu bentar," sahut Thomas pada Rayhan kemudian berlalu.
Tak lama Thomas membawa dua kursi plastik untuk diduduki oleh Thomas dan Rayhan.
"Wah Dokter Thomas memang cerdas," puji Siska dengan mengacungkan jempolnya.
"Minggir dikit kesian Rayhan tuh," sahut Thomas pada Siska.
Yang otomatis Nadira yang berada di kanan Rayhan pun menggeser duduknya dan begitu juga siska yang berada di sebelah kirinya.
Otomatis Nadira berada di antara Ken dan Rayhan. meja segi empat itu begitu sempit kala di isi enam orang dengan tubuh pria yang tegap dan berisi. sehingga mereka berenam pun duduk dengan berdempetan.
Thomas pun menggilir kertas untuk ditulis agar bisa segera di pesan. Tibalah Ken dengan menyebutkan menu makanannya yang ditulis oleh Nadira.
"Gue pesan baso, pake mie ditambah cuka saos, sambal kecap." Kendrick membayangkan begitu nikmatnya baso tersebut.
Yang langsung membuat Thomas membelalakkan matanya, dan Nadira spontan memukul tangan Ken.
"Aku ga setuju Pak, kalau Bapak maksa maaf aku ga mau lagi jadi POS untuk Bapak, silahkan pilih yang lain ...." Nadira menatap tajam Ken tanpa menulis pesanan Ken.
"Please Ra, gue pengen yang segar, kepala gue pusing dan mumet," timpal Ken yang begitu berharap.
"Ken ... lo benaran gila ya? lo tu Dokter seharusnya lo tau apa yang boleh di makan dan tidak?" Protes Thomas.
"Gue tau, gue cuma pengen makanan yang segar," sahut Ken yang gemas dengan Thomas dan Nadira.
"Ya bisa kali makan buah-buahan atau apa, ini cuka. Gila aja lo!" timpal Thomas emosi.
"Ya udah terserah lo pada?" Ken menyerah.
"Pak ... Bapak boleh deh beli apa, asal jangan pedas asam begitu ya? Nadira dan Pak Thomas itu care loh sama Bapak, kan kita-kita ga bakalan tega melihat Bapak sakit." Nabila mencoba membujuk dengan ucapan yang lembut seperti pada anak kecil.
Rayhan hanya menatap heran pada semuanya terutama pada Ken, baru kali ini selama berteman Ken bertindak konyol.
"Sudah-sudah ..., daripada kalian berdebat terus bagaimana kalau kita pesan makanan nasi goreng, kita samakan semua biar cepat saji dan kita bisa segera makan, kalau begini kita ga akan makan-makan, gimana? lo setuju ga Ken?" Tawar Rayhan mencoba menengahi.
"Gue setuju," timpal Thomas begitu juga dengan yang lain.
"Gimana Ken?" Tanya Rayhan. Spontan ke lima orang di meja itu menatap Ken.
"Ok!" jawab Ken singkat.
"Nah begini baru kita bisa segera menyantap nasi jelek," sahut Thomas merasa tenang.
"Nasi yang di goreng Pak ... bukan nasi jelek," Protes Nabila dengan meneguk jus strawberry yang telah dia pesan sedari tadi.
"Iya cantik, aku hanya bercanda ... jangan di masukkan ke dalam hati ya." Thomas mengambil jus tersebut saat Nabila menatap Thomas saat mengatakan cantik.
"Pak Thomas bilang ke kalau mau, main rebut aja nyebelin, awas kalau sampai habis pokoknya ganti sama yang baru." Nabila menggertakkan kakinya persis anak kecil yang sedang merengek.
Otomatis seluruh kawannya pun tertawa kala melihat Thomas tengah menjahili Nabila.
Bersambung ...