Dua wanita kembar yang menjalani takdir masing masing. Inha dengan karakter pendiam dan terpaksa menikah dengan seorang duda beranak satu dan Inka yang selalu ceria dan mencintai seorang pria yang terlihat tidak menyukainya .Namun, ternyata ia salah karena pria itu selalu menyukai dalam diam.
Apakah pernikahan mereka akan baik-baik saja? Mampukah Inha menerima status sebagai ibu sambung di usia muda nya?
Bisakah Inka keluar dari situasi tersulit di hidupnya?
Selamat membaca.... 🥰😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Han_hania, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
POV Inka
Aku merasa lelah beberapa hari ini, penjualan online begitu meningkat seminggu ini dan mau tidak mau aku harus menambah stok baru setiap harinya. Baru saja ingin memejamkan mata terdengar suasa bel berbunyi. Inha, adik kembaran ku datang dengan wajah sendu. Aku tahu dia habis menangis. Seperti biasanya tanpa permisi dia masuk kedalam kamar dan tidur di ranjangku. Kami memang kembar namun tidak identik. Hanya saja saat dia memiliki masalah sangat kentara sekali. Wajahnya yang datar akan semakin suram seperti wajah kuburan. Dia pun jarang marah tapi sekalinya dia emosi bisa kesetanan. Dia pendiam tanpa ekspresi namun hatinya begitu lembut dan tidak tegaan. Apapun masalah nya dia selalu diam dan menyembunyikan dari orangorang lain. Tidak seperti diriku, saat tidak suka aku selalu to the point dan nyerocos.
Aku begitu terkejut saat dia memintaku untuk menggantikan dirinya menikah. Gila, ini sungguh gila! bagaimana mungkin aku menikah dengan Richi yang tidak pernah aku pikirkan sedikit pun . Namun gadis itu merengek dan meminta padaku agar mengalah kali ini.
"Bukan nya kamu yang menyetujui pernikahan itu, kenapa berubah pikiran di hari terakhir " Aku begitu geram dan kesal, siapa yang mau menikah kenapa aku yang jadi tumbal. Pikirku
Inha hanya berkata, dia mengira akan bahagia dengan pernikahan ini,tapi nyatanya gadis itu masih ingin melakukan banyak hal. Sial!
Aku tidak mau, itu jawaban ku. Selalu ku jawab seperti itu. Aku menolak dengan keras. Tak bisa dipungkiri masih ada rasa untuk Antoni walaupun sedikit. Aku masih menyukainya lalu kenapa harus Richi yang aku nikahi.
Kau pecundang! , satu kalimat yang aku lontarkan pada kembaran ku. Jika tidak ingin menikah dengan nya kenapa harus setuju dengan perjodohan.
Karena aku merasa ini semua salahmu! , Dia bicara seolah semua kejadian ini salahku. Mama sakit-sakitan, rumah seperti neraka tak punya nyawa, semua perhatian tertuju padaku. Semuanya menyayangiku. Dia merasa iri karena sejak kecil aku merasa lebih disayang oleh keluarga ku. Kami adu mulut dan argumen lagi.
Aku seperti diserang habis-habisan, taukah kamu aku seperti ini juga tertekan batin. Tidak ada seorang wanita pun yang mau jadi korban pelecehan. Dia makin menjadi-jadi, entah kerasukan setan mana dia menjadi orang yang berbeda . Mungkin aku baru tahu sisi lain dari kembaran ku ini. Egois.
Dia tidak tahu betapa mama mencintai nya, saat berada di mami Imel pun mama selalu mencarinya. Dan dia seolah -olah menuduhku merebut semua kasih sayang mama. Aneh! Bahkan saat aku diberi sesuatu pun dia akan mendapatkan hal yang sama. Mama selalu adil dan tidak pilih kasih tapi seperti nya dia selalu salah paham.
Saat kecil aku selalu mengalah apapun itu, dulu saat Inha kecil speech delay pun aku tersisih. Mama lebih banyak berinteraksi dengan nya dan aku dituntut lebih pengertian karena aku sebagai kakak nya. Saat Inha kecil bermain sepeda dan belum pulang sampai larut malam aku pun disuruh mencarinya dan mama seperti orang gila. Gadis itu masih saja iri dengan ku. Jika dia tahu, aku seharusnya yang iri dengan nya. Ada mami Imel yang selalu ada untuk nya, ada mama yang selalu menanyakan keadaan nya. Tp nyatanya dia masih saja iri dengan ku.
Aku hampir gila dengan semua keadaan ini dan tanpa pikir panjang aku mengiyakan permintaan adikku untuk menikah dengan Richi, daripada keluarga ku menanggung malu.Dan mungkin ini jalan takdir yang Tuhan berikan, pikirku.
***
Benar saja, seminggu kemudian Raffa pergi ke Jepang. Pria itu melakukan perjalanan bisnis bersama istri dan anaknya serta Inka. Ia hanya berkata akan pulang bulan depan karena masih ada projek animasi yang melibatkan perusahaan di Jepang. Dan Inka tak pamit atau sekedar mengirim pesan pada Antoni.
"Begini kah rasanya diabaikan. " Berulang kali Antoni mengirim pesan namun Inka hanya membalas singkat dan seolah tidak peduli.
***
Hari ini Inha pulang ke Indonesia, ia dijemput Navysah dan ayah nya. Tentu saja Davian sangat marah dan bertengkar dengan mami Imel, karena berkomplot menyembunyikan keberadaan anaknya.
Perang dingin kakak beradik masih terasa, mereka yang sama-sama keras kepala dan tetap saja kekeh dengan pendapat nya tak ada yang mengalah. Bahkan hari ini Imelda tak mau pulang bersama.
Setelah anaknya memberi penjelasan mengapa dirinya nekat untuk kabur, Navysah hanya bisa meminta maaf pada putrinya. Mungkin kejadian ini tidak akan terjadi jika dia lebih memahami isi hati putri nya, tidak terburu-buru menikah .
Setelah kembali ke Indonesia, Inha merasa diperlakukan berbeda oleh Fafa. Pria itu hanya menyapa sebentar dan sibuk dengan dunia nya. Kalau Raffa dan Alif sudah jelas mereka tak di rumah. Sedangkan Fafa, dia beberapa kali main ke rumah namun seolah tak ingin berbasa -basi dengan adiknya. Rasanya Inha ingin menangis. Sakit sekali terasa asing di tengah keluarga sendiri.
"Sayang. Makanlah.. " Navysah menyiapkan makan siang untuk anaknya. Suasana sepi membuat hubungan ibu dan anak terasa intim. Bahkan Navysah sengaja menyuapi anaknya seperti anak kecil.
" Makanlah yang banyak, jangan berpikir untuk pergi ke restoran karena mama ingin kau sementara di rumah. "
Inha mengangguk saja, kali ini dia merasa harus patuh sebagai anak dan tentu saja sebagai permintaan maaf atas kesalahan nya. Hanya ibunya saat ini yang mau menemani nya. Rumah ini begitu besar namun terasa kosong setelah kakak-kakaknya menikah apalagi sekarang tidak ada Inka yang cerewet. Jujur saja Inha merasa kehilangan. Ia membayangkan betapa ramai nya rumah saat mereka kecil apalagi saat kakaknya nya berantem satu sama lain. Inha merindukan saat-saat itu.
Tiba-tiba Fafa datang dengan wajah kusutnya, hari masih siang tapi dia sudah pulang dari kantor nya dengan wajah kesal.
"Ada apa Nak, apa ada masalah di kantor? " Navysah tahu benar jika Fafa ada masalah, wajahnya selalu ditekuk dan tidak ceria.
"Tidak ada apa-apa mah. "
"Inha, masuklah ke kamar mas ingin bicara. "
Inha merasa jantung nya berdetak lebih cepat, Fafa bukan orang yang serius namun sekarang dia ingin bicara empat mata dengan nya. Pikiran Inha kemana-mana, mencoba bertanya-tanya apa yang akan dibicarakan oleh kakaknya.
Inha menutup pintu kamar nya, hanya ada mereka berdua disana. Fafa yang duduk di tepi ranjang segera bangkit saat Inha mendekat padanya.
"Kemarilah." Fafa masih dengan wajah datarnya, begitu Inha mendekat Fafa segera memeluk adiknya itu. "Maafkan mas, mas kurang perhatian denganmu. Maafkan Alif dan mas Raffa juga ya. " Fafa mencium kening adiknya.Matanya berkaca-kaca mengingat lalai nya dia sebagai seorang kakak .Sejak beberapa hari yang lalu ia ingin meminta maaf namun belum sempat karena ada Hanin, ia tidak mau sisi lemahnya terlihat oleh sang istri apalagi menangis. Fafa masih gengsi untuk hal itu.
"Aku kira mas akan memarahiku.... " Kini giliran Inha yang menangis. Kesalahan nya begitu besar namun keluarga nya masih menyayangi dan memaafkannya.
" Mas hanya kecewa dengan sikapmu, tapi rasa sayang kita begitu besar untuk mu.Sudahlah tidak ada yang perlu kau khawatir kan sekarang. "
"Aku bersalah mas, aku egois. Karena aku Inka pergi ke Jepang. " Sesalnya
" Dia pergi karena keinginan nya sendiri, nanti jika kau bertemu dengan nya minta maaflah. Dia kakak mu, apapun dia lakukan untuk mu walaupun harus mengorbankan dirinya sendiri. "
"Kalian anak kembar sudah seharusnya saling melindungi dan memahami. Dan kau tidak perlu berlarut-larut dengan perasaan bersalah. Masalah ini sudah selesai. "
"Lalu kenapa mas murung dan terlihat kesal? " Inka mengurai pelukan nya dan hanya dibalas dengan sikap Fafa yang kembali lesu.
wkwkkwkw
🤭🤭