NovelToon NovelToon
Renkarnasi Letnan Wanita

Renkarnasi Letnan Wanita

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Balas Dendam
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: kegelapan malam

Ketika seorang jenderal militer yang legendaris menghembuskan napas terakhirnya di medan perang, takdir membawanya ke dalam tubuh seorang wanita polos yang dikhianati. Citra sang jenderal, kini menjadi Leticia, seorang gadis yang tenggelam di kolam renang berkat rencana jahat kembarannya. Dengan ingatan yang mulai terkuak dan seorang tunangan setia di sisinya.

Pertempuran sesungguhnya dimulai, bukan dengan senjata, melainkan dengan strategi, intrik, dan perjuangan untuk memperjuangkan keadilan untuk dirinya...

apakah Citra akan berhasil?

selamat datang di karya pertamaku, kalau penasaran ikuti terus ceritanyaa...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kegelapan malam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

21

Minggu-minggu pertama setelah insiden penembakan adalah masa pemulihan intensif bagi Max. Luka tembak di bahunya cukup dalam, membutuhkan istirahat total. Letica menjadi perawat pribadinya yang paling setia.

Ia tak pernah jauh dari sisi Max, memastikan semua obat diminum tepat waktu, mengganti perban, dan menyuapi makanan. Di mata keluarga Anderson dan Bailey, Leticia adalah pahlawan yang tak hanya menyelamatkan Max, tapi juga merawatnya dengan penuh cinta. Bagi Leticia, setiap sentuhan dan perhatiannya pada Max adalah hal yang datang secara alami, sebuah bukti betapa dalamnya perasaannya pada pria itu.

Suatu pagi, saat Max sudah bisa duduk tegak di ranjang rumah sakit dan mulai merasa bosan, Leticia sedang membacakan berita ekonomi terbaru. Max menghentikan Leticia.

"Tia," panggilnya, suaranya sedikit serak. "Berapa lama lagi aku harus di sini? Aku bosan setengah mati."

Leticia tersenyum lembut, menutup majalahnya.

"Dokter bilang kau boleh pulang lusa, asal kau tidak terlalu banyak bergerak." Ia mendekat, mengusap dahi Max. "Kau harus sabar, Tuan Bailey. Pemulihan butuh waktu."

"Aku tahu, aku tahu," Max mendesah. "Tapi ada banyak pekerjaan menungguku. Dan aku juga ingin Bram melaporkan hasil interogasi itu secara langsung padaku, bukan hanya via telepon."

"Dia akan datang hari ini," Leticia memberi tahu. "Aku sudah memintanya datang. Ada beberapa hal yang ingin aku tanyakan juga padanya."

Max mengangkat alisnya. "Kau? Apa yang ingin kau tanyakan?"

Leticia menghela napas, menatap keluar jendela.

"Aku masih memikirkan mengapa mereka begitu gigih ingin melenyapkanku, Max. Rasanya ada sesuatu yang lebih dari sekadar dendam Petricia. Ini terasa... terencana dengan sangat matang."

Max memegang tangannya. "Kau benar. Aku juga merasakan hal yang sama. Dan fakta bahwa Rendi membelot... itu menunjukkan ada kekuatan yang sangat besar di balik ini semua. Kekuatan yang bisa membuat orang sepertiku, orang kepercayaanku, berkhianat."

"Bukan hanya Rendi," Leticia menyahut, matanya menajam. "Reza juga. Dia bukan preman biasa. Dia sangat terlatih. Seseorang yang bisa menggerakkan orang seperti Reza dan memanipulasi Rendi... itu bukan orang sembarangan."

Percakapan mereka terhenti saat pintu terbuka dan Bram masuk, membawa tas kerjanya.

"Tuan Max, Nona Leticia," sapa Bram, membungkuk hormat. "Bagaimana kondisi Anda, Tuan?"

"Lebih baik, Bram. Tapi aku ingin mendengar langsung laporanmu. Apa yang kau dapat dari Reza dan Rendi?" Max bertanya, suaranya serius.

Bram mengangguk, membuka tas kerjanya. "Reza masih bungkam, Tuan. Dia sangat profesional, atau terlalu takut pada dalang yang mengupahnya. Tidak ada informasi berguna darinya."

"Bagaimana dengan Rendi?" tanya Leticia, tatapannya tajam.

"Rendi lebih mudah ditekan," Bram menjelaskan. "Dia mengaku dihubungi oleh seseorang yang mengaku sebagai perwakilan dari 'organisasi' yang sangat kuat. Dia tidak pernah bertemu langsung dengan dalang utamanya, hanya dengan perantara yang selalu berubah. Perantara itu mengancam keluarganya jika Rendi tidak bekerja sama."

"Organisasi?" Max mengernyit. "Apakah Rendi menyebutkan nama apa pun? Kode? Jaringan?"

"Tidak, Tuan. Tapi dia memberikan satu informasi yang cukup menarik," Bram menjeda, menatap Max dan Leticia bergantian. "Dia bilang, perantara itu selalu menekankan bahwa 'target adalah Leticia Anderson, karena dia adalah kunci warisan yang tidak sah'. Dan mereka juga mengatakan 'ini adalah balasan untuk keluarga Anderson yang telah merampas segalanya dari mereka di masa lalu'."

Mendengar kata "warisan yang tidak sah" dan "merampas segalanya", Leticia dan Max saling pandang. Max menatap Leticia dengan bingung, sedangkan Leticia merasakan sebuah deja vu aneh. Kilasan-kilasan samar tentang masa lalu Leticia yang asli, percakapan-percakapan tentang sengketa dan harta warisan, seolah melintas di benaknya, namun terlalu cepat untuk ditangkap.

"Warisan yang tidak sah?" Max mengulang, dahi berkerut. "Warisan apa? Keluarga kita tidak pernah memiliki sengketa warisan yang besar. Apa hubungannya dengan Leticia?"

Bram mengangkat bahu. "Rendi tidak tahu detailnya, Tuan. Dia hanya menyampaikan pesan itu. Tapi ini jelas mengarah ke motif finansial atau dendam keluarga yang sangat dalam."

"Dan Arka?" Leticia bertanya, mencoba mengalihkan perhatian dari kebingungannya sendiri. "Apakah Rendi menyebut Arka?"

"Rendi bilang dia tidak pernah berinteraksi langsung dengan Arka. Tapi dia tahu Arka adalah penghubung utama antara Petricia dan dalang itu," Bram menjelaskan. "Arka adalah kaki tangan yang lebih tinggi levelnya. Kami sedang menyelidiki Arka sekarang, tapi dia sangat licin. Seolah dia sudah tahu kami mengincarnya."

"Tentu saja dia tahu," Leticia bergumam.

"Orang sepertinya pasti punya mata-mata di mana-mana."

"Apa ada kecurigaan siapa dalang itu?" Max bertanya, suaranya menuntut. "Aku ingin nama. Aku tidak peduli seberapa kuat dia."

Bram menggelengkan kepala. "Sampai saat ini Tuan, tidak ada nama yang muncul. Dalang ini sangat bersih. Mereka tidak meninggalkan jejak digital. Semua komunikasi dilakukan melalui perantara yang juga sangat anonim. Satu-satunya petunjuk adalah sentimen 'dendam keluarga' dan 'warisan tidak sah' itu."

Leticia merasakan otaknya berputar cepat. "Dendam keluarga... warisan..." Ia teringat percakapan samar dalam mimpi atau kilasan ingatannya. Siapa yang pernah dirugikan oleh keluarga Anderson? Siapa yang merasa 'dirampas'? Tiba-tiba, sebuah nama samar melintas di benaknya, sebuah bayangan wajah yang mirip dengan Nyonya Clara, namun dengan ekspresi yang jauh lebih dingin. Ia mengabaikannya, berpikir itu hanya khayalannya.

"Baiklah, Bram," Max menghela napas berat. "Terus selidiki Arka. Dan aku ingin kau memeriksa setiap sengketa warisan atau masalah keluarga di masa lalu keluarga Anderson, bahkan yang paling kecil sekalipun. Aku ingin tahu setiap detailnya."

"Siap, Tuan," Bram mengangguk. "Saya permisi dulu."

Setelah Bram pergi, keheningan menyelimuti ruangan. Max menatap Leticia. "Kau baik-baik saja, Tia? Kau terlihat... melamun."

Leticia tersenyum tipis, mencoba menutupi kegelisahannya. "Aku baik-baik saja. Hanya berpikir. Aku harap kita bisa segera menemukan dalang itu." Ia menggenggam tangan Max. "Aku hanya ingin kau aman, Max. Dan kita bisa hidup tenang."

Di sisi lain, Petricia kini menjadi buronan. Setelah ancaman terakhir dari dalang, ia tahu hidupnya dalam bahaya. Ia berhasil melarikan diri dari mansion keluarga Anderson sebelum Bram bisa menangkapnya, menggunakan koneksi kecilnya sendiri dan uang tunai yang tersisa. Ia bersembunyi di sebuah motel kumuh di pinggiran kota, terus-menerus melihat ke balik bahu. Ia tahu dalang itu tidak akan mengampuninya. Reza tertangkap, Rendi ditangkap, dan dia sendiri sudah tidak berguna.

Ponselnya yang retak berdering. Nomor tak dikenal. Ia tahu itu bukan dalang, dalang tidak akan menghubunginya lagi. Mungkin dari Arka? Dengan tangan gemetar, ia mengangkatnya.

"Petricia." Suara Arka terdengar di ujung telepon, dingin dan tanpa emosi. "Kau sudah menjadi beban. Dia sudah memutuskan untuk menyingkirkanmu."

Petricia terkesiap. "Tidak! Arka, tolong aku! Aku sudah melakukan semua yang kalian minta!"

"Itu tidak cukup," jawab Arka. "Kau gagal. Kau menarik terlalu banyak perhatian. Max sudah mencurigaiku." Ada nada panik samar dalam suara Arka, yang jarang ia tunjukkan. "Kau harus menghilang, Petricia. Atau kau akan mati. Dia tidak main-main. Aku tidak bisa melindungimu lagi."

"Tidak! Aku tidak mau! Aku tidak akan menyerah!" Petricia berteriak, air mata mengalir deras. "Aku akan menyerahkan diri ke polisi! Aku akan membongkar semuanya!"

"Bodoh," Arka mencemooh. "Kau pikir mereka akan percaya? Kau punya sejarah masalah mental. Dan bahkan jika mereka percaya, kau pikir dia akan membiarkanmu bicara? Mereka akan menghabisimu sebelum kau sempat membuka mulut. Pilihanmu hanya dua, Petricia: menghilang dan mungkin hidup sebagai buronan, atau mati di tangan mereka."

Panggilan terputus. Petricia menjatuhkan ponselnya. Ia merosot ke lantai, menangis histeris. Ia telah melakukan semua kejahatan ini, semua kekejaman ini, hanya untuk dibuang seperti sampah. Dendamnya pada Leticia kini bercampur dengan ketakutan luar biasa pada dalang dan kebencian pada Arka yang meninggalkannya.

Beberapa hari kemudian, Max diizinkan pulang dari rumah sakit. Apartemen mereka terasa hangat dan aman, meskipun Leticia tahu Bram telah meningkatkan keamanan di sana hingga ke tingkat militer. Max masih harus beristirahat, dan Leticia masih menjadi perawat utamanya. Mereka menghabiskan waktu bersama, berbicara, menonton film, dan sesekali Max akan memintanya membacakan laporan-laporan bisnis yang penting.

Suatu malam, saat Leticia membacakan laporan keuangan, Max menatapnya. "Tia, aku harus mengakui sesuatu," kata Max, suaranya lembut. "Kau... kau semakin sering menunjukkan sisi yang berbeda. Sisi yang sangat cerdas, detail, dan analitis. Kadang, kau bahkan terdengar seperti seorang ahli strategi militer. Itu... bukan seperti Leticia yang dulu."

Leticia menahan napas. Ia tahu ini akan datang. Max adalah pria yang cerdas, ia pasti akan menyadarinya. "Mungkin... ini efek dari amnesia, Max," ia mencoba beralasan. "Aku belajar hal-hal baru, dan aku menjadi lebih kuat."

Max tersenyum tipis. "Mungkin. Tapi aku tidak peduli. Aku menyukai Leticia yang sekarang. Aku menyukai setiap bagian dari dirimu, yang baru maupun yang lama. Aku hanya... penasaran. Terkadang, aku merasa kau tahu lebih banyak tentang situasi ini daripada yang kau katakan."

Leticia menatap mata Max, hatinya berdebar. Ia ingin memberitahunya, ingin jujur, tapi ia takut Max tidak akan percaya. Ia takut jika Max tahu identitas aslinya, Max akan kecewa. Ia juga takut jika ia mengungkapkan semuanya sekarang, itu akan membahayakan Max lebih jauh.

"Aku... aku hanya mencoba mencari tahu, Max," Leticia menjawab jujur, namun tidak sepenuhnya. "Aku ingin membantu. Aku ingin tahu siapa yang melakukan ini padaku. Dan aku ingin kau aman."

Max mengangguk, menarik Leticia ke dalam pelukannya. "Aku tahu, sayang. Dan aku menghargainya. Aku hanya ingin kau tahu, apa pun yang terjadi, aku akan selalu ada untukmu. Kita akan menghadapi ini bersama."

Leticia membalas pelukan Max, air mata menggenang di matanya. Ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan mengungkapkan kebenaran pada Max pada waktu yang tepat. Dan ia akan memastikan dalang di balik semua ini membayar mahal, terutama setelah Max terluka karena melindunginya.

1
Srie Handayantie
iyaa lanjutkan lah apapun yg sudah menjadi tekadmu cit, jgn pernh mundurr siapa tau kedepannya bisa menemukan dalang dibalik itu smua 🤔 aku curiga dalang nya masih disembunyikan si cepott jadi belum ketahuan🤭😂
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTANARM¥°
ayok Tia mulai lah menjadi Mei yang suka teriak pada ketiga Bestinya... buat orang itu kesakitan dalam telinga nya
≛⃝⃕|ℙ$ 𝐀⃝🥀MEI_HMMM: astaghfirullah🤣🤣
total 1 replies
ˢ⍣⃟ₛ≛⃝⃕|ℙ$⛧⃝UHUY𓂃❼⧗⃟ᷢʷꪻ꛰͜⃟ዛ༉
idihhh nenek lampir/Speechless/
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©
tidak ada yg kebetulan di dunia ini Citra.. dan jika itu terjadi, maka itulah takdirmu..
🦂🍃 CISUN 2 🦂🍃
Ooohhh
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTANARM¥°
uhhh ada janji masa kecil ternyata
Srie Handayantie
berarti karna janji disaat dia kecill dulu makanya dia masuk dalam tubuh leticia dan menepatinya,
Zea Rahmat
reinkarnasi yg kebetulan km citra masuk ke tubuh keturunan nenek sophia
nurul supiati
msih gk nemu plottt twist nya gimna dan arahnya kmna
nurul supiati
ouhh karena harta yakkk... pantesan bgtu apa tuan dan nyonya Anderson menyakiti kmbaran nyonya clara
ˢ⍣⃟ₛ≛⃝⃕|ℙ$⛧⃝UHUY𓂃❼⧗⃟ᷢʷꪻ꛰͜⃟ዛ༉
ini petricia mau di apa 😤
🦂🍃 CISUN 2 🦂🍃
Waah sepertina ini masih keluarga ortu leticia 🤔
ˢ⍣⃟ₛ≛⃝⃕|ℙ$⛧⃝UHUY𓂃❼⧗⃟ᷢʷꪻ꛰͜⃟ዛ༉
nggak usah khawatir bukk😒, biarkan saja dia tidak makan. nanti jika lapar dia pasti akan makan, bukkkk/Speechless/
ˢ⍣⃟ₛ≛⃝⃕|ℙ$⛧⃝UHUY𓂃❼⧗⃟ᷢʷꪻ꛰͜⃟ዛ༉
semalam lagi apa pak max 🗿
Srie Handayantie
nahh kan hanya saat diperlukan kau aman, stelah gagal kau dibuang bahkan jadii buronan dan hidupmu makin tidak tenang. itulah karma mu Patric 😏
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTANARM¥°
Cerita nya semakin seru dan menarik
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTANARM¥°: same same yeee
≛⃝⃕|ℙ$ 𝐀⃝🥀MEI_HMMM: alhamdulilah terimakasih
total 2 replies
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTANARM¥°
alah dia jadi buburona kan akhirnya maneh di sia siakan begitu
🔵≛⃝⃕|ℙ$ Fahira Eunxie💎
mantap, Petricia akhirnya jadi buron /Joyful/, ayo semangat mencari dalang utamanya Max dan Leticia

semangat dan sehat selalu kak thor
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©
rasakan!! nikmatilah hidupmu sebagai buronan Petricia.. itu baru permulaan, kita lihat sejauh mana kamu bertahan
Zea Rahmat
rasainnn km petrik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!