NovelToon NovelToon
Suamiku Dokter Sultan

Suamiku Dokter Sultan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda
Popularitas:5.7k
Nilai: 5
Nama Author: omen_getih72

Yang sudah baca novelku sebelumnya, ini kelanjutan cerita Brayn dan Alina.

Setelah menikah, Brayn baru mengetahui kalau ternyata Alina menderita sebuah penyakit yang cukup serius dan mengancam jiwa.

Akankah mereka mampu melewati ujian berat itu?

Yuk baca kelanjutan ceritanya 😊

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21

Ada hati yang sedang berbahagia, namun ada pula hati yang sedang risau.

Siska berjalan penuh ragu menuju sebuah ruangan. Ia baru saja menerima panggilan dari sang pujaan hati.

Ia tentu tahu dan dapat menduga apa yang membuat Brayn memanggilnya.

Ketika memasuki ruangan itu, matanya memandang keseluruh ruangan.

Brayn tampak berdiri membelakangi dirinya dengan kedua tangan terlipat di depan dada.

"Kamu memanggilku?" tanyanya.

Ketika lelaki itu berbalik, Siska meremang. Belum pernah sebelumnya Brayn menatapnya sedingin ini.

"Iya. Silahkan duduk."

Ragu-ragu Siska melabuhan diri pada kursi. Menarik napas panjang.

"Ada apa? Sepertinya hal serius."

"Siska, kita sudah berteman cukup lama. Aku tidak menyangka bahwa kamu akan melakukan hal seperti ini. Apa tujuanmu sebenarnya? Menjatuhkan mental istriku atau ada tujuan lain?"

"Aku minta maaf, tapi aku hanya jelaskan keadaan sebenarnya menurut hasil pemeriksaan Alina yang pernah dia tunjukkan padaku. Aku datang untuk menjenguknya, dan Alina bertanya tentang perkembangan sel kanker. Aku hanya menjawab sesuai kondisi dia yang sebenarnya."

"Dan seharusnya sebagai dokter kamu tahu jawaban apa yang harus diberikan. Bukan malah menjatuhkan mental pasien. Apa kamu sadar apa akibat yang bisa terjadi dengan penjelasanmu tadi?"

"Aku rasa penjelasanku tidak salah."

Brayn mendesahkan napas panjang. Berusaha menahan diri agar tak sampai lepas kendali.

"Aku harap kamu tidak ikut terlibat dalam kesalahan hasil pemeriksaan istriku dari laboratorium. Kalau sampai kamu terlibat, aku akan melaporkanmu atas pelanggaran kode etik kedokteran!"

Siska tersentak. Hari ini ia melihat sisi lain dari seorang Brayn Hadiwijaya. Sesuatu yang tidak pernah ia lihat sebelumnya.

"Kesalahan apa maksudnya?" Tatapan penuh tanya diarahkan Siska pada lelaki di hadapannya.

"Bukankah kamu yang menyarankan Alina untuk memeriksakan diri ke Biohealth?" ujar Brayn, menyebutkan nama sebuah laboratorium tempat Alina melakukan pemeriksaan.

Laboratorium dan klinik tersebut adalah milik keluarga Siska. Tentu Siska memiliki akses untuk keluar dan masuk kapan saja.

"Iya, memang aku yang merekomendasikan. Hari itu aku tidak sengaja bertemu Alina. Aku melihatnya pucat dan dia mengeluhkan beberapa gejala. Dia juga mengaku takut ke rumah sakit, makanya aku sarankan melakukan pemeriksaan ke Biohealth saja."

"Dan kamu tahu hasil pemeriksaannya?"

"Iya. Alina yang menemuiku dan memberitahu hasilnya. Kemarin aku juga sudah jelaskan di ruang pimpinan, kan?"

Brayn menghela napas kasar.

"Mereka melakukan kesalahan diagnosa! Kami sudah melakukan pemeriksaan ulang dan tidak ada sel kanker dalam diri istriku. Dan kesalahan diagnosa ini bisa berakibat fatal!"

"Apa?" Kedua alis Siska saling bertaut. Menunduk, terlihat bingung dan khawatir.

"Aku ingatkan sekali lagi, kalau sampai kamu terlibat dalam hal ini, dan kesalahan diagnosa ini dibuat dengan sengaja, aku pasti akan menyeret kalian semua."

"Kamu menuduh aku, Brayn? Kita sudah lama berteman dan kamu tahu seperti apa aku!"

"Tapi tidak akhir-akhir ini!" balas Brayn menatap tajam.

"Terlebih saat aku mendengar sendiri bagaimana kamu menekan mental Alina."

"Aku hanya memberi penjelasan yang sebenarnya tentang kondisi dia yang aku ketahui."

Brayn berdecak sambil menggelengkan kepala.

Kecewa dan marah membuatnya tak tahan berlama-lama berada dalam satu ruangan dengan wanita itu.

Ia langsung bangkit dan meninggalkan Siska seorang diri. Beranjak keluar dari ruangan.

Ketika membuka pintu, bertepatan dengan Pak Vino dan Bu Resha yang sedang menuju ruangannya.

Melihat Siska keluar dari ruangan Brayn membuat Pak Vino menatap penuh tanya, begitu pun dengan Bu Resha.

Terlebih video viral tentang mereka berdua sedang menjadi perbincangan orang-orang.

"Brayn, sedang apa kamu dengan Siska? Bukankah sebaiknya setelah video itu beredar kalian jaga jarak dulu?" tanya Pak Vino.

"Kami habis bicara, Pa. Tentang kondisi Alina," jawab Brayn tenang.

Pak Vino mengangguk. Ia melirik Siska yang kemudian berpamitan dan meninggalkan mereka.

Bu Resha pun tersenyum ramah, meskipun hatinya masih kesal dengan pemberitaan yang beredar.

"Kami baru mau ke ruangan Alina," tutur Bu Resha. "Mama membuat makanan kesukaannya Alina." Ia menunjukkan kotak makanan yang dibawanya.

"Aku juga baru mau ke sana." Brayn mengulas senyum. "Kebetulan ada berita baik tentang kondisi Alina. Mama dan Papa pasti senang."

"Kabar baik apa? Apa ada cara penyembuhan untuk Alina? Atau kamu menemukan pendonor hati yang cocok?"

Mata Bu Resha tak dapat menyembunyikan rasa bahagia.

Bahkan titik bening tampak mengalir di ujung mata.

"Bukan, Ma." Brayn merangkul sang mama menuju ruangan Alina.

Setibanya di sana, Alina sedang tertidur. Bagas dan Maya masih menemani Alina. Mereka menyambut besannya.

Sementara Bu Resha mendekat dan mencium kening menantunya, juga Pak Vino mengusap puncak kepalanya.

Kondisi Alina mulai membaik hari ini, tidak lagi sepucat kemarin setelah dilakukan beberapa tindakan.

"Jadi ada kabar baik apa, Brayn?" tanya Bu Resha penasaran.

Sambil tersenyum, Brayn menjelaskan tentang kesalahan diagnosa terhadap Alina.

Hal tersebut tentu merupakan berita membahagiakan bagi seluruh keluarga mereka.

Ketakutan dan kekhawatiran yang dirasakan terhadap Alina perlahan sirna.

"Alhamdulillah, Ya Allah," ucap Bu Resha. Ia memeluk Maya sebagai ungkapan bahagia.

"Alina baik-baik saja, Mbak Resha. Aku benar-benar bersyukur mendengar ini dari Brayn," tutur Maya, menyeka air mata.

"Ya, tentu saja. Kamu tidak tahu bagaimana takutnya aku saat mendengar Alina mengidap kanker. Tapi Alhamdulillah kalau hasil pemeriksaannya salah dan Alina kita baik-baik saja."

Pak Vino pun tak dapat menyembunyikan kebahagiaannya. Lega, tentu saja. Ia dan Bagas saling memeluk.

"Tapi bagaimana diagnosanya bisa salah? Apa yang terjadi?" tanya Pak Vino menatap Brayn.

"Aku baru mau mencari tahu bagaimana mereka bisa melakukan kesalahan, Pa. Kalau ini karena kelalaian atau disengaja, aku harus bertindak. Ini tidak bisa dibiarkan!" ucap Brayn.

"Apa memungkinkan kalau itu ada unsur kesengajaan?" Bagas menatap sang menantu.

"Ada beberapa kemungkinan, Ayah. Bisa jadi karena unsur kesengajaan, atau hasilnya tertukar. Entahlah, aku belum tahu pasti. Tapi aku akan cari tahu."

"Sebenarnya, aku tidak mau mempermasalahkannya. Alina baik-baik saja dan bisa menjalani hidup normal sudah cukup bagiku," tutur Bagas penuh syukur.

"Benar, tapi kesalahan seperti ini bisa berakibat fatal. Untung saja Brayn cepat menemukan apa yang ditutupi Alina selama ini. Kalau tidak, kondisinya mungkin akan lebih buruk. Lihat saja sekarang, dia terbaring seperti ini karena stress memikirkan sakitnya."

Pak Vino menatap Alina yang masih terlelap.

"Dia sampai kurus begini," imbuh Bu Resha.

"Apa kemungkinan Siska terlibat?" tanya Pak Vino.

"Aku tidak mau menuduh, Pa. Tapi, bagaimana pun juga, dia yang mengarahkan Alina untuk melakukan pemeriksaan di sana, dan kebetulan laboratorium itu milik keluarganya."

"Semoga dia tidak terlibat. Ini bisa merusak citra seorang dokter," tutur Pak Vino.

Brayn mengangguk.

"Joane juga sudah menemukan pelaku perekam dan penyebar vidio itu. Orangnya mengaku hanya iseng. Tapi, dia sedang diselidiki dan menjalani pemeriksaan. Takutnya ada motif lain," sambung Pak Vino.

Bagas dan Maya menoleh. "Siapa orangnya?"

"Mengakunya keluarga pasien. Dia kebetulan melintas dan melihat Brayn dan Siska. Karena merasa itu tontonan langka, jadi dia merekam dan menyebar tanpa memikirkan akibat kedepannya akan seperti apa," jawab Pak Vino.

"Tapi, tetap ada sanksi untuk orang itu kan, Mas?" tanya Bu Resha.

"Pasti ada. Serahkan pada pihak berwajib saja."

***********

***********

1
Maulida Maulida
seru bgt
Maulida Maulida
sedih banget part ini😭 suka bgt cerita nya thor
Yasmin Natasya
up dong thor...
Endang 💖
pasti itu akal2n Siska tu hasilnya
DozkyCrazy
dasar siskamling
Endang 💖
jahat juga rupanya si Siska itu

up lagi thor
DozkyCrazy
pasti si siskamling
DozkyCrazy
syukaaa sama cerita author 😘
DozkyCrazy
Alhamdulillah
ovi eliani
Ya Allah semoga benar cuma anemia aja, tidak ada penyakit yg lain, cepat sembuh ya pengantin baru sehat 2, ya, semangat thor
Yasmin Natasya
lanjut Thor...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!