NovelToon NovelToon
Misteri Ikat Rambut Berdarah

Misteri Ikat Rambut Berdarah

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Horror Thriller-Horror / Cinta Beda Dunia / Hantu / Si Mujur / Tumbal
Popularitas:7.2k
Nilai: 5
Nama Author: YoshuaSatrio

Niat hati Parto pergi ke kampung untuk menagih hutang pada kawannya, justru mempertemukan dia dengan arwah Jumini, mantan cinta pertamanya.

Berbagai kejadian aneh dan tak masuk akal terus dialaminya selama menginap di kampung itu.

"Ja-jadi, kamu beneran Jumini? Jumini yang dulu ...." Parto membungkam mulutnya, antara percaya dan tak percaya, ia masih berusaha menjaga kewarasannya.

"Iya, dulu kamu sangat mencintaiku, tapi kenapa kamu pergi ke kota tanpa pamit, Mas!" tangis Jumini pun pecah.

"Dan sekarang kita bertemu saat aku sudah menjadi hantu! Dunia ini sungguh tak adil! Pokoknya nggak mau tahu, kamu harus mencari siapa yang tega melakukan ini padaku, Mas! Kalau tidak, aku yang akan menghantui seumur hidupmu!" ujar Jumini berapi-api. Sungguh sekujur roh itu mengeluarkan nyala api, membuat Parto semakin ketakutan.

Benarkah Jumini sudah mati? Lalu siapakah yang tega membunuh janda beranak satu itu? simak kisah kompleks Parto-Jumini ya.
"Semoga Semua Berbahagia"🤗

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YoshuaSatrio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dua Tersangka

Pagi yang dingin, masih jam empat pagi, Parto sudah sampai di terminal mini, sepi dan masih gelap. Parto berjalan keluar terminal, menuju ke sebuah kedai yang terbilang cukup ramai.

“Kopi, satu Bu!” serunya memesan sesuatu untuk mengusir dingin.

Parto mengedarkan pandangan, dan hanya menemukan beberapa kursi kosong. Lalu ia memilih tempat yang paling dekat dengan jejeran nampan berisi gorengan.

“Mas,” sapanya mengangguk sopan pada seorang pria yang juga duduk di sana, menikmati kopi dan sebatang rokok.

Namun orang itu tampak terkejut menatap wajah Parto. Pria itu tampak menurunkan kakinya yang awalnya diangkat satu di atas bangku.

“Terima kasih,” ucap Parto merasa diberi tempat yang lebih lega. ‘Kaya nggak asing.’ batin Parto kemudian, namun karena pria itu memakai topi dan suasana kedai hanya menggunakan lampu yang tak begitu terang, membuat Parto pun sulit mengenali orang itu.

“Hmm!” Hanya itu saja jawaban tak ramah yang didapat Parto, karena orang itu beralih fokus pada gelas kopinya.

“Ngun, nanti kamu pulang jam piro? Soal'e aku meh mbenerke lampu motorku, Minggu lalu tak benerke di bengkelnya Sarnu, tapi semalam udah mati lagi, pulang dari pabrik terpaksa gelap-gelapan aku di jalan.”

“Jam empat.” Jawaban singkat orang yang duduk disamping Parto tak sebanding dengan cerocos panjang pria yang duduk di belakangnya.

Parto menikmati kopi dan beberapa biji gorengan. Setelah merasa cukup, ia melongok jam tangan, memastikan agar tak ketinggalan bus yang akan membawanya ke kampungnya Walji.

“Ah, pas, lima menit lagi!” gumamnya lalu bangkit hendak membayar.

Parto mengantri beberapa orang yang juga sedang membayar, hingga tibalah gilirannya.

Set!

Seorang pria yang keluar dari toilet kedai, melewati Parto yang siap membayar.

‘Hm? Aroma ini!’

Parto kembali mencium aroma aneh persis seperti aroma tubuh pria bertopeng malam itu. Parto menoleh menatap seorang pria yang sedang berjalan keluar meninggalkan kedai.

“Jadi mbayar nggak, Mas! Antriannya panjang!” panggilan si kasir, membuat Parto terkejut.

“Gorengan lima, kopi satu, ambil saja kembaliannya!” seru Parto terburu-buru seraya menaruh cepat uang di meja kasir, dan bergegas mengejar pria tadi.

“Kembalian dari Hongkong! Orang uangnya aja pas dua puluh rebu!” gerutu si embak kasir sedikit manyun, disambut tawa para pembeli yang juga mengantri hendak membayar.

Sementara itu Parto celingukan di depan kedai, “Mana orangnya tadi? Masa iya baru keluar gitu aja udah ilang?” gumamnya.

Parto fokus mencari orang itu di sekeliling terminal, “Kayaknya tadi orang itu jalan masuk terminal deh!”

Parto masih berlarian mencari ke setiap sudut terminal, hingga tak menyadari bus yang harusnya ditumpanginya berlalu melewati dirinya.

Parto baru tersadar saat matanya menangkap bus itu keluar dari pintu terminal. “Duh! Sialan!” Parto berusaha berlari mengejar. Namun sang sopir sepertinya tak mendengar teriakan Parto.

Saat bus itu berbelok masuk ke jalan utama, seseorang menatap Parto dari dalam bus. Parto semakin terbelalak saat menyadari orang yang dikejarnya ternyata juga menumpang bus yang seharusnya ia tumpangi juga.

“Ketinggalan bus, Mas? Kalau buru-buru ojek saja. Nunggu bus selanjutnya masih sejam lagi.” Seseorang yang menjadi petugas penjaga pintu keluar terminal memberi saran.

“Oh? Dimana pangkalan ojeknya, Pak?”

Si penjaga celingukan sejenak mencari-cari, “Oh, mungkin masih pada ngopi di kedai itu, Mas. Coba aja ke sana, bilang aja butuh ojek.” tunjuk si petugas terminal pada kedai yang tadinya Parto juga menikmati kopi di sana.

Parto pun bergegas berlari kembali ke kedai itu. Berdiri di ambang pintu kedai dengan napas tersengal. “To-tolong! Saya bu-butuh ojek!”

“Oh, Mas-e tadi! Tuh ada Mingun!” seru seorang yang duduk di samping pintu. “Ngun! Ada yang butuh ojek!”

Orang yang disebut pun berdiri, pria yang tadi duduk bersebelahan dengan Parto.

“Pak Mingun!” sentak Parto baru teringat pada pria yang beberapa waktu lalu dengan beringas tanpa ampun menggeledah ranselnya.

“Hmm!” Lagi-lagi hanya jawaban ketus yang didapat Parto.

Tak ada pilihan baginya kecuali mengikuti langkah pria paruh baya itu, lalu membonceng dibelakangnya.

“Pak, bisa tolong lebih cepat, Nggak? Aku harus ngejar bus yang tadi arah kampung kita!” seru Parto setengah memohon.

Namun justru pak Mingun tiba-tiba menghentikan laju motor tua itu, “Jangan ngaku-ngaku! Kamu tidak pernah diterima di kampung kami, jika urusanmu dengan Walji selesai, kamu sebaiknya pergi! Atau bahkan pergi sekarang juga, jangan kembali!”

Parto merasa keliru hanya dengan menyebut ‘kampung kita’. Tak ingin memperpanjang persoalan, ia pun segera minta maaf.

“Oh, maafkan saya, Pak. Saya tidak bermaksud—”

“Dan lagi, jangan terlalu ikut campur dengan hal-hal yang terjadi di kampung kami, jika kamu salah langkah, nyawamu yang jadi taruhannya!”

Parto terkejut, dengan ucapan pak Mingun yang lebih terasa seperti sebuah ancaman. Namun mengingat dua arwah yang terus menatapnya, kengerian itu seakan mengalahkan semua ketakutan lainnya.

“Hm, saya—”

“Jangan mudah percaya dengan semua yang dilihat mata, karena itu justru yang terkadang membunuhmu tanpa kamu sadari!”

Entah apa maksudnya, Parto merasa ucapan-ucapan itu adalah peringatan yang tak bisa diabaikannya. Namun saat ini Parto tak memiliki pilihan lain. Ibarat pepatah ‘sudah terlanjur basah, ya berenang sekalian.’

“Saya mengerti, Pak. Tapi bisakah kita lanjutkan perjalanan ke kampung Kalibaru, saya masih ada urusan!”

Pak Mingun kemudian melepas jaketnya, mengikatnya di pinggang, lalu kembali menggeber motornya.

Deg!

Parto kembali dibuat terkejut bercampur bingung. ‘Orang ini juga punya aroma tubuh yang sama!’ pekiknya dalam hati. ‘Bagaimana ini?’

Parto pasrah terdiam duduk di boncengan, sambil mengingat setiap detail yang mungkin bisa mengarah pada ciri si pria bertopeng.

Hingga akhirnya keduanya pun hampir tiba di halte mini tak jauh dari ruko Walji. Dan beruntung sekali, bus yang dikejar Parto tepat berhenti disana, tengah menurunkan seseorang.

Jantung Parto terasa ingin meledak. Bukan satu tersangka, melainkan dua orang dengan aroma yang sama dijumpainya pagi ini. ‘Tinggal membandingkan tinggi badan saja!’ pikirnya.

“Pak Mingun tahu siapa pria yang jalan itu?” tanya Parto seraya menunjuk ke arah pria yang baru saja turun dari dalam bus.

“Mau apa tanya soal dia?” tanya balik Pak Mingun dengan ketus.

“Cuma pengen tahu saja, Pak. Kalau ketemu biar enak nyapa-nya.”

“Tanya sendiri, tuh dia masuk ke tokomu!” jawab ketus Pak Mingun seraya menghentikan motornya tepat di halaman ruko Walji.

Parto memberikan uang selembar lima puluh ribuan. “Cukup nggak, Pak?”

“Cukup.”

Dan Pak Mingun pun berlalu meninggalkan Parto. ‘Setidaknya aku mengantongi namanya, aku tak mungkin menyuruhnya turun dari motor. Orang itu juga mengerikan, jadi nanti saja aku akan memperhatikan tinggi badannya,’ pikir Parto lalu bergegas masuk ke dalam ruko.

Lasmi berinisiatif membuka toko, hari ini hari Minggu, jadi ia bisa bebas dari sekolah.

“Eh, sudah balik lagi, Mas!” sapa Lasmi ramah, tak seperti sebelumnya.

“Hm!” jawab Parto singkat, matanya tak melepaskan pandangannya pada pria yang sibuk memilih-milih beberapa barang yang ingin dibelinya.

“Banyak peralatan kebersihan dan beberapa alat dapur yang terjual, juga bumbu-bumbu instan dan per-kopi-an, sudah saatnya kulakan untuk mengisi etalase, Mas.” terang Lasmi selama dia adalah pegawai teladan.

“Siapa pria itu?” bisik Parto menekuk lututnya untuk mensejajarkan tinggi dengan Lasmi.

“Namanya Sutoyo, orang kampung sebelah, kenapa?” balas Lasmi berbisik.

“Perhatikan dia, sambil menunggu hasil tes DNA,” terang Parto, namun disambut tawa terkekeh dari Lasmi.

“Dia orang kaya, terkaya di wilayah sini, mana mungkin berbuat kejahatan,”

“Ssst! Pokoknya perhatikan semua orang, kata pak Mingun tadi, jangan mudah percaya dengan apa yang bisa dilihat mata!”

Deg!

Parto baru teringat sesuatu. “Jejak sepatu itu!” Matanya membola lalu bergegas berlari keluar dari ruko, untuk memastikan sesuatu.

...****************...

Bersambung....

1
EkaYulianti
sulinah jd sally dibaca seli /Grin/
HK
Makin rumit aja ish 😣😣😣
EkaYulianti
siapa nih pembunuh sebenarnya?
EkaYulianti
kasihan parto ketiban sial terus
Bulanbintang
Apa Walji sekongkol juga sama bapaknya?
HK: Kayaknya sih enggak, soalnya Ngatnu rada kesel sama Walji. Kalau setongkol kan harusnya ...
total 1 replies
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Sebaiknya kamu tinggal dulu sampai urusannya beres,inget loh kamu punya utang janji sama 3 arwah jgn sampai mereka ngikutin kamu ke rumah 😔👻👻
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar●⑅⃝ᷟ◌ͩ
mulai
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar●⑅⃝ᷟ◌ͩ
ke tempat asalmu
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Wah ternyata Walji banyak utang 🙄
HK: Pantesan aja kabur 😐
total 1 replies
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Tapi Jumini jg bantuin Parto 😮‍💨
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Apa Mingun ini dukun ya,kan dia jg yg dulu nyuruh bikin jebakan buat nangkep tuyul 🤔
HK: Kok aku gak kepikiran ke sana, ya 😭
total 1 replies
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Wah ternyata Mingun yg membunuh Utari 😔
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Aku jg 😔
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Siapa lg ini 🤨
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ ✍️⃞⃟𝑹𝑨
mingun itu apa cowok yg menggedor pintu pas parto baru tinggal di ruko bukan sih? dia yg beli rokok? apa dia?
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ ✍️⃞⃟𝑹𝑨: 😌😌😌😌😌
HK: Bisa jadi, bisa jadi /Shy/
total 2 replies
Yuli a
duuuh......bingung ya to....,
dua orang cewek dari masa lalumu dan masa depanmu sedang melarangmu pergi.
gimana to...? jadi pergi atau tetap bertahan walaupun menakutkan?
Yuli a: maaf, terima kasih.... buat nyonya aja deh ..😂😂😂🏃🏃🏃🏃🏃
HK: Harusnya km kasih nafas buatan aja gak sih?
total 4 replies
❤️⃟Wᵃf ༄SN⍟𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌🦈
nahh yooo
siapa yg di rulo dan siapa yg di ikuti coba
❤️⃟Wᵃf ༄SN⍟𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌🦈
nahh siapa pula itu
❤️⃟Wᵃf ༄SN⍟𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌🦈
ada apa gerangan ncoba
Yuli a
mingun kok hebat . bisa melihat hantu. bisa dengerin suara hati juga ...
apa mingun =Sasongko???🤔🤔🤔
Yuli a: iya. tak tunggu... tenang aja... aku nggak akan pergi kok...😂😂😂🏃🏃🏃🏃🏃
𝕐𝕆𝕊ℍuaˢ: tunggu, hampir sampai ke bagian itu,/Smile/
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!