Plak!
" Percuma aku menikahi mu, tapi sampai sekarang kamu belum juga memiliki anak. Kamu sibuk dengan anak orang lain itu!"
" Itu pekerjaanku, Mas. Kamu tahu aku ini baby sitter. Memang mengurus anak orang lain adalah pekerjaanku."
Lagi dan lagi, Raina mendapatkan cap lima jari dari Rusman di pipinya. Dan yang dibahas adalah hal yang sama yakni kenapa dia tak kunjung bisa hamil padahal pernikahan mereka sudah berjalan 3 tahun lamanya.
Raina Puspita, usianya 25 tahun sekarang. Dia menikah dengan Rusman Pambudi, pria yang dulu lembut namun kini berubah setelah mereka menikah.
Pernikahan yang ia harap menjadi sebuah rumah baginya, nyatanya menjadi sebuah gubuk derita. Beruntung hari-harinya diwarnai oleh wajah lucu dan tingkah menggemaskan dari Chandran Akash Dwiangga.
" Sus, abis nanis ya? Janan sedih Sus, kalau ada yang nakal sama Sus, nanti Chan bilang ke Yayah. Bial Yayah yang ulus."
Bagaimana nasib pernikahan Raina kedepannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Baby Sitter 34
Rizka pulang dengan membawa rasa marah. Sudah beberapa hari dia menyiapkan segala hal tentang dirinya dan juga apa yang akan dia bawa untuk anak dari Bagus. Namun semuanya menjadi sia-sia.
"Semua pasti gara-gara wanita itu, apa sih yang hebat dari dia sampai-sampai anak Bagus pun luluh. Huh!"
Sepanjang jalan Rizka mengumpat kesal karena kegagalannya yang hakiki.
Bagaimana tidak, Bagus sudah memberi ultimatum kepadanya untuk tidak bertemu lagi. Sungguh semua telah gagal. Semua yang ia inginkan hancur melebur begitu saja bahkan saat dirinya belum melakukan hal yang paling utama.
Kekesalan Rizka agaknya juga dirasakan oleh pasangan pengantin baru di tempat yang lain. Mahligai pernikahan yang baru akan satu bulan nampaknya tidak diwarnai dengan hal indah.
Biasanya, pengantin baru sedang masa-masa bahagianya menghabiskan hari dan malam berdua. Tapi semua itu tidak berlaku bagi Rusman dan Suci.
Sepasang suami istri itu saat ini sedang bersitegang. Bahkan suara mereka yang tengah ribut-ribut itu bisa terdengar dari luar rumah.
Namun orang-orang di sekitar tidak ambil pusing. Semua itu ternyata karena bukan baru sekali ini saja mereka ribut.
"Kamu ini gimana sih Mas. Uang kita udah abis ini, kita mau makan apa. Aku udah nggak ada simpenan sama sekali. kemarin kita bahkan cuma makan sekali sehari."
"Sabar apa Ci, besok kita udah masuk kerja kan. Nah kita bakalan dapat gaji tuh. Nah tunggu sampai pas kita gajian aja."
"Woaah pinter banget kamu, Mas. Bener, bener pas gajian. Terus kita makannya nunggu pas gajian gitu. Nunggu sebulan lagi. Dan selama sebulan itu kita nggak makan, mati gila!"
Suci tak lagi bisa menahan emosinya. Bagimana tidka, barang-barang yang ada di rumahnya satu persatu mulai hilang. Bukan di curi, melainkan dijual. Dijual untuk memenuhi kebutuhan perut mereka.
Drtttzzz
"Ya Bu, apa? Ya aku mana ada duit. Buat makan aja aku sekarang sulit. Ibu enak pensiun bapak masih turun. Lha aku ... udah ah Buk, pusing aku."
Rusman menutup panggilan telepon secara sepihak. Dia sangat kesal, setiap kali ibunya menelepon pasti hanya bicara masalah uang dan tentunya memintanya untuk pulang ke rumah.
"Siapa? Ibu mu lagi? Haaah, aku beneran heran deh sama ibu kamu. Tiap kali minta kamu pulang terus. Dia tau nggak sih anaknya udah berumah tangga, udah punya keluarga sendiri. Masa setiap kali ngerusuh, cuma buat ngerecokin anak dan mantunya. Kalau modelnya begitu, kamu mau nikah berapa kali pun nggak bakalan rumah tanggamu awet, Mas. Dan aku ingetin ya Mas, kalau sampai kamu pulang, maka aku bakalan minta cerai dari kamu."
Degh!
Rusman terdiam, menikah dengan Suci ada saja gebrakannya. Salah satunya ini. Suci sedikit sedikit minta cerai, dia sedikit-sedikit marah dan bicara dengan lantang. Semua itu membuat Rusman terkejut.
Tapi sebenarnya sama saja, Suci pun baru tahu kalau Rusman kadang emosian. Pria itu kadang nada bicaranya tinggi. Tapi saat ini Rusman tidak melakukannya karena dia 'numpang' makan dengan Suci, dimana Suci selalu mengungkit itu.
"Haah, beda banget sama yang dulu."
"Oooh gitu! Bagus ya, sekarang kamu bandingin aku sama mantan istri kamu. Kenapa, aku lebih galak? Aku lebih kasar? Ya kalau gitu kenapa kamu dulu selingkuh sama aku. Heh Mas, wanita itu tergantung gimana lakinya. Kalau kamu bisa membahagiakan aku, nggak mungkin aku bakalan mencak-mencak kayak gini."
Sreet
Drap drap drap
Braak
Suci menghentikan keributan itu dengan masuk kamar. Tak lama wanita tersebut sudah rapi dan berganti baju.
"Mau kemana kamu?"
"Keluar, sumpek aku di rumah sama kamu. udah laper tambah laper."
Suci keluar dari rumah, menyalakan motornya dan pergi entah kemana. Rusman hanya membuang nafasnya kasar. Dia tidak bisa menahan istrinya itu karena sadar bahwa dia tidak mampu berbuat apa-apa.
"Kalau lagi kayak ini, sumpah aku kangen banget sama Raina. Kalau aku lagi nggak ada duit, di rumah tetep ada makanan. Raina bahkan bakal tanya, kamu mau makan apa Mas. Duuh kenapa rasanya jadi kayak gini ya. Rai, kamu lagi apa?"
Menyesal? duuh terlambat Rusman. Yang namanya penyesalan memang selalu dibelakang. Karena kalau di depan namanya pendaftaran.
Menyesal adalah sifat manusia yang dirasakan ketika dia sadar telah melakukan kesalahan. Dimana semua itu sudah terlambat.
Kalau sudah tiada baru terasa
Bahwa kehadirannya sungguh berharga
Sungguh berat aku rasa kehilangan dia
Sungguh berat aku rasa hidup tanpa dia.
Lirik yang dinyanyikan oleh pengamen yang berada di depan rumahnya itu sungguh sesuai dengan suasana hati Rusman. Saat ini, dia sungguh tahu bagaimana rasanya kehilangan seseorang yang ternyata berharga.
"Bang, udah nyanyi nih. kagak dikasih duit?"
"Pergi sana lo, gue nggak punya duit. Hush hush sana!"
Jika Rusman sedang galau, maka Suci sedang cuci mata. Meskipun uang di alam dompetnya tidak lebih dari lima puluh ribu, saat ini dia nekat pergi ke pusat perbelanjaan.
Dia tidak ingin membeli apapun, hanya saja sejenak menyegarkan pikirannya yang sangat sumpek karena ribut masalah duit dengan Rusman terus menerus.
Tapi seketika Suci berhenti melangkah ketika melihat seseorang yang dia kenal. Seorang wanita yang merupakan mantan istri dari suaminya.
Raina, ya wanita itu adalah Raina. Raina nampak cantik meskipun menggunakan busana yang longgar dan hijab yang besar juga. Anggun, itu lah kata yang tepat untuk menggambarkan tampilan Raina saat ini.
Wajah mantan istri dari suami Suci itu juga nampak cerah, dan rona kebahagiaan terpancar dari sana.
Degh!
Dada Suci berdesir ketika melihat Raina baru saja keluar dari toko pakaian yang cukup mahal. Meskipun dia tidak mengenakan hijab, tapi Suci cukup tahu bahwa toko yang baru saja Raina keluar dari sana merupakan brand yang cukup prestisius.
"Ya ampun, dia beda banget. Dan dia bisa beli apa pun yang dia mau."
Suci melihat ke arah dirinya sendiri. Baju seadanya, dan bahkan dia tidak sempat dandan tadi. Beruntung dirinya membawa masker.
Suci buru-buru memakai maskernya, rasanya dirinya tidak siap jika harus bertemu dengan Raina.
"Sungguh sangat menyesakkan dada," ungkapnya lirih.
TBC
makan tu susah...