NovelToon NovelToon
Theresia & Bhaskar

Theresia & Bhaskar

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Teen Angst / Diam-Diam Cinta / Keluarga / Romansa
Popularitas:588
Nilai: 5
Nama Author: Elok Dwi Anjani

Menyukai Theresia yang sering tidak dianggap dalam keluarga gadis itu, sementara Bhaskar sendiri belum melupakan masa lalunya. Pikiran Bhaskar selalu terbayang-bayang gadis di masa lalunya. Kemudian kini ia mendekati Theresia. Alasannya cukup sederhana, karena gadis itu mirip dengan cinta pertamanya di masa lalu.

"Setiap orang ada masanya, setiap masa ada orangnya. Aku yang bodoh telah menyamakan dia dengan masa laluku yang jelas-jelas bukan masa depanku."
_Bhaskara Jasver_

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elok Dwi Anjani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Anyelir Putih

Pada akhirnya Bhaskar juga ke rumah Theresia walaupun harus menahan malu karena melewati persimpangan yang terdapat banyak ibu-ibu sedang berkumpul. Erga yang membonceng Theresia hanya tertawa dengan menyetir sepedanya.

Saat tiba, keluarga Linsi dikejutkan dengan kehadiran Bhaskar. Namun, mereka juga salah fokus ke penampilan Bhaskar yang sangat di luar dugaan.

Gelak tawa yang terdengar membuat Bhaskar sangat malu di ruang tamu. Tetapi ia sedikit lega karena keluarga Linsi hanya pada saat itu lewat saja, tidak sedang menganggap kehadirannya serius layaknya tamu penting.

"Tunggu di sini," titah Theresia yang hendak ke kamarnya di atas.

Erga juga meninggalkan Bhaskar ke kamarnya untuk mengganti pakaiannya. Tetapi laki-laki itu tampak canggung kalau ditinggal. Ia pun langsung kembali dengan membawa cemilan dari dapur.

"Makan tuh."

"Sopan dikit kek sama tamu," ujar Bhaskar.

Tentu Erga tidak menanggapi Bhaskar. Ia justru bermain dengan ponselnya.

Kemudian Theresia turun dengan sudah mengenakan baju santai sambil membawa baju Bhaskar.

"Nih, ganti aja di kamar mandi dekat dapur."

Laki-laki itu menurut dan cepat-cepat untuk mengganti bajunya karena malu jika berpenampilan seperti itu.

Tidak berselang lama, laki-laki itu kembali dengan sudah mengenakan bajunya yang pernah Theresia pakai ketika membantu gadis itu yang pingsan.

"Udah ya? Gua pulang dulu."

Ketika Bhaskar berpamitan dan meraih tasnya. Theresia langsung memegangi tangan laki-laki itu saat hendak pergi. "Gua mau tanya arti bunga anyelir."

Seketika Bhaskar tersenyum saat mendengar bunga anyelir lagi setelah sekian lamanya. "Ternyata lo nggak lupa, nanti aja gua kasih tahu."

"Kalau gitu, kasih tahu gua semua maknanya ke-enam warna itu dari sudut pandang lo."

"Iya, tapi nggak sekarang. Gua pulang ya? Makasih sebelumnya, gua juga makasih ke nyokap lo."

Bhaskar melirik Erga yang masih menatap layar ponselnya dengan menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Oke," jawab Theresia.

Gadis itu mengikuti Bhaskar hingga depan pagar rumahnya dan melihat punggung laki-laki bersepeda itu menjauh. Tiba-tiba datanglah dua ibu-ibu yang menghampiri Theresia.

"Itu bukannya cowok yang semalam waktu itu ya, Bu? Yang ikutin There pulang," tanya seorang ibu yang memakai daster.

"Ohh, iyaa," jawab seorang ibu di sebelahnya yang memakai piama.

Awalnya Theresia bingung dengan pembicaraan kedua ibu-ibu tersebut. Tetapi beberapa saat kemudian ia mengingat bahwa Bhaskar pernah mengikutinya pulang untuk menjaganya dari kejauhan karena tidak mendapatkan izin darinya.

Ibu yang memakai daster pun tersenyum dan mencolek bahu Theresia dengan tersenyum menggoda. "Ciee.. pernah dulu malam-malam itu dia ngikutin kamu pulang diam-diam di belakang kamu, katanya kalau bilang mau nganterin kamu langsung malah kamunya nggak mau. Mangkanya dia mau jagain kamu diam-diam di kejauhan."

"Tapi sekarang kayaknya dia udah deket sama There, Bu. Waktu itu dia bilang kalau masih pendekatan, belum benar-benar dekat. Sekarang gimana? Kamu udah beneran deket sama dia?" tanya seorang ibu yang memakai piama dengan memicingkan matanya.

Bhaskar mengikutinya pulang dengan maksud menjaganya dari kejauhan namun bertemu dengan kedua ibu-ibu ini. Dan ibu-ibu ini jugalah yang membuka tentang keluarga serta kelahirannya.

"Ehm... belum bisa dikatakan begitu, Bu," jawab Theresia.

"Eh? Kenapa ini, Bu?" Kini Erga yang datang dari dalam karena merasa Theresia tidak kunjung-kunjung balik setelah mengantar Bhaskar keluar.

"Lho? Erga? Akhir-akhir ini kamu sering ke sini ya?"

Erga cengengesan sebelum menjawab, "saya menginap di sini beberapa hari, Bu."

"Pantesan akhir-akhir ini juga rumahnya There nggak rame. Semoga betah ya? Saya mau balik dulu, jagain There juga." Lantas kedua ibu-ibu itu pergi dari depan rumah Theresia.

Erga hanya menganggukkan kepalanya dan melirik Theresia yang menatap kepergian ibu-ibu itu.

"Ada apa?"

"Enggak apa-apa."

Sebuah senyuman tiba-tiba muncul saat mengingat ibu-ibu itu bercerita tentang Bhaskar yang mengikutinya untuk menjaga Theresia diam-diam.

...••••...

Jantung yang berdebar-debar saat ponselnya berdering menampilkan nama Bhaskar. Theresia senang karena Bhaskar menelponnya terlebih dahulu. Tetapi kini ia merasa gugup. Padahal ini hanya panggilan suara saja, bukan Bhaskar yang dapat ia lihat secara langsung sebelumnya.

"Ha-halo?"

"Kenapa lo kayak kikuk gitu? Linsi gangguin lo lagi?"

Theresia menggeleng sambil berjalan ke balkonnya. "Enggak, karena Erga udah ngorbanin dirinya buat nyelesain masalah postingan itu buat Linsi juga. Jadinya dia nggak gangguin gua lagi untuk sementara waktu."

"Dia sayang banget ke lo ya, Re?" tanya Bhaskar yang menatap langit malam di sisi kolam.

"Ya, sejak dulu dia selalu pengen jagain gua. Tapi dia nggak sekuat sekarang yang pemberani."

"Ohh, udah dari dulu.."

"Iya, betewe, lo harus jelasin makna bunga anyelirnya, gua kepo sama arti sebenarnya dari lo."

Terdengar jelas jika Bhaskar menghela napasnya di sana.

"Kenapa?" tanya Theresia.

"Banyak artinya, apalagi lo minta arti ke-enam warna bunga itu. Padahal dulu gua pernah ngomong kalau cuman satu dari arti banyaknya bunga anyelir yang gua tuju ke elo"

"Iya, tapi gua masih belum paham maksudnya. Mangkanya gua minta langsung ke elo buat jelasin ke gua."

"Kalau gitu... tiga warna aja ya?"

"Iya deh."

"Bunga anyelir putih itu punya maksud perasaan yang tulus dan syukur kalau kata mama gua. Dan gua ngerasain hal itu ke seseorang juga. Gua suka sama dia dengan tulus, gua juga bersyukur bisa ketemu dia yang nggak sekedar pertemuan biasa aja, tapi gua bisa belajar juga dari pertemuan itu kalau gua nggak boleh samain dia dari masa lalu gua. Bunga anyelir pink juga punya arti yang hampir sama, tapi ada juga yang bilang kalau maknanya nggak mau ngelupain seseorang yang penting di kehidupannya. Bisa juga dibuat sebagai rasa terima kasih ke orang tuanya, gua dulu sebelum nyokap gua meninggal kasih bunga itu ke Mama. Dan yang terakhir, bunga anyelir merah. Kata bokap gua, bunga ini ada arti yang bermakna dan benar-benar mendalam, tapi ada makna lainnya di balik arti baiknya. Yaitu rasa kecewa dan sakit hati."

Tiba-tiba Bhaskar berhenti dan menghela napasnya lagi. "Gua kecewa sama diri gua sendiri karena nggak begitu berani buat melawan ketakutan gua dan rasa sakit lihat orang yang gua sukai udah nggak ada sebelumnya."

Suasana terasa berbeda saat Bhaskar menjelaskan makna ketiga warna bunga anyelir dalam kehidupannya. Bahkan Theresia benar-benar tenang dan diam ketika Bhaskar menjelaskannya dengan suara lembut laki-laki itu melalui panggilan suara.

"Jadi? Makna warna bunga anyelir mana yang lo maksud buat gua?"

"Bukannya udah jelas? Lo itu anyelir putih gua. Dan gua pernah bilang juga kalau lo itu Theresia yang gua kenal sekarang. Bukan Leta yang yang dulu gua kenal di masa lalu. Gua sekarang udah berdamai sama masa lalu gua, sesuai dengan ucapan lo. Lo bener, Re. Gua harus berdamai sama masa lalu gua kalau mau bahagia dan nggak mikirin itu lagi karena semakin berusaha ngelupain masa lalu, justru itu yang buat teringat-ingat."

"Makasih, Bhas. Dan selamat ya? Lo keren, karena bisa berdamai dengan masa lalu itu susah."

"Gua juga makasih, karena lo gua bisa bangkit dari masa lalu gua yang selalu menghantui diri gua. Walaupun ketakutan gua masih menempel di pikiran.

"Nggak apa-apa, gua yakin. Perlahan-lahan nanti juga bisa."

"Sekali lagi, makasih, Re."

"Hem.. gua juga, karena lo juga pernah bikin gua seneng sebelumnya. Udah ya? Udah malam, mending sekarang lo tidur."

"Iya."

Theresia mematikan panggilannya terlebih dahulu dan menatap langit malam yang tidak terdapat bulannya.

...••••...

Keesokan harinya yang cerah, Bhaskar memakai pakaian serba hitam dengan buket bunga anyelir yang terdapat berbagai macam warna di dalam satu buket, dan ia tidak hanya membawa satu buket saja, melainkan dua buket.

"Ma, aku udah ceritain soal bunga ini ke seseorang. Seseorang yang bikin aku jatuh cinta lagi. Dia itu definisi bunga anyelir putih, karena ada makna keberuntungannya juga karena bisa ketemu dia. Walaupun niat aku awalnya nggak bagus, tapi malah aku yang sekarang jatuh karena dia."

"Aku juga bawa bunga anyelir buat papa, karena mama sama papa dulu juga suka sama bunga ini. Mungkin mama sama papa udah tahu kondisi aku sekarang di sini karena lihat aku dari atas, tapi aku pengen cerita ke kalian. Tenang aja, ma, pa. Aku juga baik-baik aja di sini, ada Om yang selalu jagain aku, ada bibi yang selalu nunggu aku pulang ke rumah."

"Mama sama papa doain aku ya? Semoga aku lancar di ujian nanti."

...••••...

...Bersambung....

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!