Drasha, si gadis desa yang cantik dan polos tiba-tiba diklaim sebagai keturunan keluarga Alveroz yang hilang 15 tahun silam.
Kecuali Nyonya besar Alveroz, tidak ada dari keluarga itu yang menerima Drasha. Bahkan dua orang yang katanya mama papa biologis Drasha lebih mengutamakan sang anak angkat.
Bagi mereka, Drasha adalah putri palsu yang hanya ingin memanfaatkan harta keluarga Alveroz. Sementara itu, sang anak angkat yang pandai mengambil hati keluarga, membuat posisi Drasha semakin terpojok.
Tapi, tanpa mereka semua tahu, Drasha bukan ingin memeras harta keluarga Alveroz melainkan dia membawa dendam dalam hatinya.
Siapa Drasha sebenarnya? Apakah dia memang putri palsu atau justru putri asli keluarga Alveroz? Dendam apa yang membuat Drasha memasuki keluarga Alveroz?
Yuk temukan jawabannya di cerita Drasha.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yita Alian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keluarga dan Sekolah Baru
Seorang gadis desa yang tampak polos melangkahkan kaki masuk ke sekolah barunya. Sebuah SMA Elit bernama Alveroz Highschool.
Namanya Drasha.
Meski asalnya dari desa, tapi warna kulitnya yang putih bening dan rambut panjangnya yang halus membuat siswa-siswi menaruh perhatian pada gadis itu.
"Eh, itu katanya cewek kampung yang dapet beasiswa yah."
"Iya, tuh liat kayaknya baru kali ini masuk ke sekolah elit."
"Pertama kali ke kota nggak sih."
"Planga-plongo tapi cantik banget."
"Cantiknya beda lagi, gak ngebosenin gitu."
"Paling cakep mah kata gue."
"Langsung jadi ranking 1 tercantik ini mah, tinggal poles dikit."
"Eittt… jangan asal ngomong, entar lo kena sasaran anak-anak The Velvets."
Drasha tidak peduli dengan bisik-bisik itu, karena bola mata honey ambernya sibuk berbinar memandangi setiap sudut sekolah barunya. Mewah dan eksklusif.
Ya, tak pernah Drasha sangka kalau dia akan bersekolah di sini, memakai seragam sekokah elit dengan desain serta potongan yang unik. Pokoknya beda jauhlah dengan seragam sekolah Drasha ketika di desa.
Dan, semua itu berawal dari pertemuan tak terduganya dengan seorang wanita tua satu minggu yang lalu.
Nenek bernama Althea kehilangan kucingnya dan kebetulan Drasha yang menemukan kucing nenek tersebut. Nyonya Althea yang berkenalan dengan Drasha langsung tersedu-sedu dan memeluk gadis itu.
"Drasha, cucu oma… kamu akhirnya kembali."
Drasha tentu mendelik kaget. Tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba dia diklaim sebagai cucu wanita tua asing.
"Maaf, Nyonya, saya cuma gadis desa yang baru pindah ke kota ini."
"Ya, tidak apa-apa, tapi nama kamu Drasha. Cucu oma yang hilang 15 tahun lalu namanya Drasha." Oma Althea memegang pundak Drasha dengan tatapan harunya.
Drasha cuma bisa celingukan menatap para pengawal Oma Althea yang hanya diam dengan pose profesional mereka. Gadis itu lalu menatap wanita tua tersebut.
"Tapi, Nyonya, nama Drasha bisa dipakai perempuan lain juga, bukan cuma saya, Nyonya," kata Drasha mencoba mengelak.
"Umur kamu berapa?"
"17 tahun."
Oma Althea kembali memeluk Drasha, kali ini lebih erat. "Cucu oma hilang 15 tahun lalu saat dia berusia 2 tahun, oma tidak salah orang, kamu pasti cucu oma, Drasha."
"Tapi, Nyonya… saya Drasha Melanie."
"Tidak… kamu adalah Drasha Ravery Alveroz."
Mendengar nama Alveroz disebut, Drasha akhirnya ikut pulang bersama Oma Althea.
"Kamu jangan panggil nyonya, bilang oma, Drasha."
Drasha hanya tersenyum.
Ketika tiba di mansion yang megah, Drasha menganga bukan main. Kediaman itu bahkan berkali-kali lipat luasnya ketimbang rumah Drasha di kampung.
Selanjutnya, kedatangan Drasha pada saat itu membuat hampir seluruh penghuni mansion keluarga Alveroz gempar. Apalagi saat Drasha diumumkan sebagai putri tunggal Riovandra dan Tamara yang hilang 15 tahun lalu kini telah kembali.
Tapi, Riovandra dan Tamara yang katanya orang tua biologis Drasha justru terlihat biasa saja dengan kedatangan gadis desa itu. Mereka tahu, Nyonya Althea mengidap penyakit Alzheimer dan bukan sekali dua kali Nyonya Althea mengatakan kalau telah menemukan Drasha yang hilang.
Makanya Riovandra dan Tamara hanya menerima Drasha karena sekadar menuruti permintaan Nyonya Althea. Toh, mereka berdua sudah punya putri kesayangan yang diadopsi 12 tahun lalu, Cherryline Racquela Alveroz.
Dan gadis cantik yang dipanggil Cherryl itu dulunya tidak pernah merasa terancam ketika omanya bilang kalau menemukan Drasha. Tapi, kali ini, Cherryl merasa tidak tenang dengan kehadiran Drasha.
Malam itu, Drasha berkeliling menjelajahi mansion yang dianggap seperti kerajaan di dunia dongeng. Saat tiba di depan sebuah pintu yang dihias cantik, Drasha tercengang kagum.
Lalu, sebuah suara mengalihkan perhatian gadis itu.
"Ngapain lo berdiri depan kamar gue."
Drasha menoleh dan mendapati Cherryl yang menatapnya tajam.
"Oh, ini kamar kamu, ya, Cherryl."
"Iya, kamar gue," Cherryl mendekat dengan tangan yang bersimpul depan dada. "Kenapa? Lo merasa kalau ini sebenarnya kamar lo dan mau ngerebut balik karena lo adalah Drasha yang hilang, IYA?"
"Aku nggak mikir kayak gitu kok, Cherryl. Aku cuma lewat dan kagum sama desain pintu kamar kamu," kata Drasha santai.
"Lo harap gue percaya?" Cherryl menunjuk pundak Drasha. "Jangan sok polos deh lo, gue ngerti orang-orang kayak lo yang pura-pura polos."
Drasha diam lalu meneguk salivanya kuat-kuat.
"Aku nggak ngerti kamu ngomong apa, aku cuma ngikutin kata oma dan gak mau dia kenapa-kenapa, aku gak ada niat merebut atau apapun yang kamu pikirin, Cherryl."
"Drama, lo cuma punya nama yang kebetulan sama dengan Drasha yang hilang, tapi lo belagak udah merasa jadi keturunan Alveroz."
"Aku nggak mikir kayak gitu, Cherryl."
"Oke, kalau lo gak mau ngaku, kita lihat kepolosan siapa yang bakalan menang."
Cherryl tiba-tiba menabrakkan punggungnya sendiri ke tembok dan berteriak keras. Sementara, Drasha memiringkan kepalanya sedikit dengan ekspresi bingung.
"AAAAAA!!!!" pekik Cherryl.
Gadis berambut kecokelatan itu kemudian mengeluarkan air mata dan memegangi pundaknya, seolah kesakitan.
"Aku salah apa sih sama kamu, Drasha… hiks hiks hiks…"
Drasha mengangkat alisnya dan hanya berdiri di tempat tanpa membantu Cherryl yang sengaja melukai dirinya sendiri itu.
Riovan dan Tamara yang mendengar teriakan tersebut segera menghampiri Cherryl.
"Ada apa ini?" tanya Riovan dengan nadanya yang dingin. Dia menatap Cherryl lalu Drasha. Sementara, Tamara sudah membantu Cherryl berdiri.
"Drasha marah karena kamar dia beda jauh sama kamar aku yang sekarang, mah, pah…, hiks hiks hiks," tuduh Cherryl.
"Saya tidak pernah mengatakan hal itu, Tuan Riovan, Nyonya Tamara," kata Drasha, Lagi-lagi terlihat santai meski Riovandra dan Tamara tampak mempercayai perkataan Cherryl.
"Aku tahu kamu Drasha yang hilang, tapi tanpa kamu marah-marah aku bisa ngasih kamar yang memang seharusnya punya kamu, hiks hiks hiks, lagipula aku memang cuma anak adopsi," sahut Cherryl lagi.
"Cherryl, sayang, jangan ngomong gitu, kamu anak mama sama papa," kata Tamara menenangkan putri kesayangannya.
Selain itu, Riovan melirik Drasha tajam. "Jangan besar kepala hanya karena mama saya menganggap kamu Drasha yang hilang."
"Saya tidak merasa seperti itu, Tuan, saya tahu diri dan saya ke sini karena menuruti permintaan oma," ujar Drasha.
"Kalau begitu jaga sikap kamu," kata Riovan, lalu menuntun Cherryl dan Tamara masuk ke dalam kamar luas itu. Sementara, Drasha hanya mengedikkan bahu lalu berjalan menuju kamarnya.
Dan begitulah hari-hari Drasha satu minggu belakangan ini di mansion keluarga Alveroz. Terjebak dalam kepolosan Cherryl yang selalu menuduhnya yang tidak-tidak. Sekeras apapun dia menjelaskan tidak ada yang percaya. Bergantung pada oma Althea pun tidak membuahkan hasil karena penyakit yang diderita nyonya besar Alveroz itu.
Meski tidak dianggap, Drasha tetap bertahan karena beasiswa yang didapatkan berasal dari keluarga Alveroz. Dia tidak mau beasiswanya dicabut.
Kembali ke sekolah, Drasha akhirnya menyusuri koridor menuju ruang guru berdasarkan petunjuk di map sekolah yang sudah diinstal di hapenya.
Lalu –, Bruk…
Drasha tidak sengaja menabrak seorang cowok tinggi.
"Auchh, maaf." Drasha mendongak.
Aura cowok itu sangat dingin, sampai membuat Drasha seolah membeku sampai tulang-tulangnya. Cowok itu menatapnya sinis, lalu berjalan melewati Drasha.
cwo yg di toilet restoran itu jg gk sih
penasaran bangt sm siapa drasha
beneran drasha asli ato plsu