Kata orang, roda itu pasti berputar. Mereka yang dulunya di atas, bisa saja jatuh kebawah. Ataupun sebaliknya.
Akan tetapi, tidak dengan hidupku. Aku merasa kehilangan saat orang-orang disekitar ku memilih berpisah.
Mereka bercerai, dengan alasan aku sendiri tidak pernah tahu.
Dan sejak perceraian itu, aku kesepian. Bukan hanya kasih-sayang, aku juga kehilangan segala-galanya.
Yuk, ikuti dan dukung kisah Alif 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di Usir
Sudah satu minggu Alif menjual gorengan. Selain menjual gorengan, sekarang Alif juga menawarkan jasanya.
Sekarang, Alif menjadi kurir dadakan untuk teman-teman sekelasnya. Jika ada teman yang malas ke kantin, tak segan-segan Alif menawarkan dirinya untuk membeli apapun pesanan teman-temannya.
Dan Alif, hanya meminta bayaran seribu rupiah, untuk satu orang. Dan itu, membuat Alif mempunyai penghasilan sampingan.
Beruntung Alif mempunyai teman-teman yang baik, mereka tak pernah mengucilkan Alif, walaupun dia berbeda dari mereka semua.
Berbeda disini, mungkin karena Alif tinggal sendiri, dan dia juga yang paling mandiri.
Hampir satu bulan, Alif mengerjakan pekerjaannya sebagai penjual gorengan. Akan tetapi, orang-orang mulai bosan, karena Alif hanya bisa membuat menu yang sama setiap harinya.
Alif hanya bisa mundur dari profesi menjual gorengan, sebab selain tidak bisa, Alif juga tak punya cukup peralatan untuk memasak aneka kue. Termasuk risol, dia tak memiliki teflon untuk membuat kulitnya.
"Bagaimana, jika kamu bikin mie aja. Sekarang kan, banyak tuh mie-mie yang viral. Resepnya juga banyak terpampang di sosial media." ujar Aziz memberikan Alif masukkan.
"Belakangan ini, aku gak pernah mengisi paket data untuk ponselku." Alif mengaruk tekuknya.
"Ya udah, nanti pulang sekolah aku traktir kamu voucher. Tapi kamu harus janji satu hal, alu harus jadi orang pertama yang mencoba mie buatanmu." kata Aziz menepuk dadanya.
Begitu tiba di rumah, Alif mulai membuka media dia mulai mencari aneka resep untuk membantunya agar bisa menciptakan menu yang enak dan di sukai banyak orang.
Namun, fokusnya teralihkan dengan ketukan pintu di luar sana. Bahkan, orang itu terlihat tidak sabaran.
"Maaf, mau cari siapa?" tanya Alif mengerutkan dahinya.
"Aku beri kamu waktu tiga hari, dan seger angkat kaki dari rumah ini." ujar seorang lelaki bertubuh gemuk di depan muka Alif.
"Ta-tapi, kenapa? Ini rumahku, dan aku berhak tinggal disini." ujar Alif, tak ada rasa takut di matanya. Karena sekarang, dia mempertahankan rumahnya.
"Baca! Anak yang bernama Haris, atau pemilik rumah ini, menjualnya untukku seminggu yang lalu. Dan aku mau kamu angkat kaki dari sini."
"Tak mungkin! Anda tunggu disini, aku akan memanggil pak rt, untuk menanyakan tentang surat ini."
Alif langsung berlari menuju rumah Nila, dia merasa takut, sekaligus hancur.
Sambil berlari, Alif mulai paham, kenapa ayahnya mulai berubah, kenapa ayah dan istri barunya terlihat begitu baik padanya. Nyatanya, mereka hanya pura-pura.
Beni yang sedang mengbrol dengan Akmal, terkejut melihat Alif datang dengan air mata yang berderai. Dia berdiri, dan langsung menghampiri Alif.
"Tolong ke rumah, ads orang yang mengaku, jika ia membeli rumah nenek dari ayah. Tolong!" pinta Alif memohon.
Tanpa menunggu penjelasan lebih lanjut dari Alif, Beni menarik lengan Alif. Dia bahkan menuju ke sana dengan langkah setengah berlari.
Benar saja, begitu sampai lelaki yang bertubuh gemuk itu terlihat menyandar di mobilnya.
"Ini, ini buktinya jika aku telah membeli rumah ini." ujar lelaki itu, menyodori surat di tangannya.
Beni membaca dengan seksama. Akurat, rumah itu telah dijual oleh Haris. Dan lengkap dengan surat-suratnya.
Beni menggeleng lemah, dia menatap Alif dengan iba. Dan Alif sendiri menangis tersedu-sedu. Rumahnya, kenangannya bersama sang nenek telah hilang sepenuhnya.
Nila yang mengetahui jika suaminya ke rumah Alif, langsung menyusul, kala Akmal memberitahunya. Dia gak mau ketinggalan berita sedikit pun.
"Karena aku berbaik hati, maka aku beri waktu untuknya selama tiga hari. Karena setelah ini, aku ingin merobohkan rumah ini." ujar lelaki itu tanpa belas kasihan.
Lelaki itu, sengaja mencari rumah di perkampungan, sebab dia berencana akan menyerahkan rumah itu, untuk istri sirinya. Dan lelaki itu berpikir, jika kampung mekar sari ialah tempat yang tepat.
Lelaki itu pun, berlalu pergi, setelah mengatakan keinginannya.
Tinggal lah, Alif yang bahkan tak sanggup berdiri akibat merasa lemah, serta lelah di hidupnya.
"Untuk sementara, kamu bisa tinggal di rumah bapak." ungkap Beni.
Nila membelalakkan matanya, dia tidak setuju dengan ucapan Beni. Namun, jika membantah, bisa-bisa Beni memarahinya di keramaian.
Dia juga masih sedikit menyimpan rasa dendam, karena saat kembali ke kampung, Alif tidak membawa kan oleh-oleh bolu, seperti pesanannya.
Alif sendiri langsung menolak ajakan Beni, dia gak mau membebani orang lain dengan kehadirannya, lebih-lebih harus satu atap dengan Nila, yang pasti akan menolaknya mentah-mentah.
Tak menunggu sampai tiga hari, Alif langsung mengepak barang-barangnya, dia meletakkan di sudut rumah.
Sorenya, dia memesan mobil untuk pergi ke keramat, dan meminta penjelasan pada ayahnya.
...🍁🍁🍁...
Suasana di warung terlihat ramai saat Alif turun dari mobil penumpang.
Tanpa menunggu waktu terlalu lama, Alif memasuki warung, dia ingin mencari keberadaan ayah serta ibu tirinya.
Namun, Alif merasa tatapan aneh dari orang-orang yang dulu bersikap ramah padanya. Bahkan, ada yang terang-terangan menyenggolnya dengan sengaja.
"Mau apa kamu pencuri?" tanya seorang, karyawan yang dulu sangat akrab dengan Alif.
"Pencuri? Siapa?" Alif bingung, "Oya, pak Haris sama bu Nanda dimana ya? Apa mereka di rumah?" tanya Alif.
"Kenapa? Mau minta maaf? Atau, mau mengemis untuk bekerja disini lagi?" beruntun lelaki itu.
Padahal, orang itu sudah dewasa namun dia tidak memiliki rasa iba sedikit pun.
Hari itu, setelah kepergian Alif. Nanda menjerit bak orang kesetanan, dia berlari tergopoh-gopoh guna menghampiri Haris, yang sedang menjadi kasir di warungnya.
Kehebohan itu, membuat beberapa orang mendekati Nanda.
Nanda mengaku, jika uang di dalam lemarinya hilang. Tak hanya uang, cincin emasnya juga ikut raib.
Dan orang yang terakhir ada di rumahnya ialah Alif. Dan Nanda baru menyadari jika uang dan emasnya hilang, saat Alif pamit pulang.
Berita tentang Alif si pencuri kecil langsung menyebar cepat. Karyawan yang di warung pun, mulai mempercayai segmen dari Nanda.
Karena selama ini, hanya Alif lah, yang bebas keluar masuk rumah besar itu.
"A-aku bukan pencuri." sanggah Alif, setelah mendengar cerita tentangnya pada lelaki itu.
"Kamu sering dengar pepatah kan? Gak ada pencuri yang mau ngaku, kalo nggak penjara penuh!" serunya.
"Tapi, aku memang bukan pencuri. Mereka lah, pencuri yang sebenarnya. Mereka telah merampas rumah nenekku dan menjualnya." teriak Alif.
"Jangan berteriak disini. Jika bukan karena pak Haris, mungkin kamu akan kami viralkan. Beliau masih menganggapmu keluarga, dan masih memikirkan kamu yang broken home." tutur lelaki itu.
Alif tercengang, sampai segini kah, ayahnya memfitnahnya? Atau, sebenarnya ini memang sudah direncanakan? Makanya dia tidak diperkenalkan sebagai anak.