After Break Up

Orang pikir Achel menangis karena luka di dahi yang terus mengeluarkan darah. Pada nyatanya, hatinya tengah merasakan yang namanya sakit, tapi tak berdarah.

"Achel!!"

Suara seseorang mampu dia dengar. Tapi, dia meyakini itu hanya halusinasinya saja. Tidak mungkin lelaki itu membatalkan keberangkatannya. Apalagi tadi sudah diberi pelukan hangat oleh seorang perempuan.

Abai, itulah yang Achel lakukan. Tubuh gontainya terus berjalan dengan air mata yang terus menemani. Pandangan orang-orang terhadapnya sama sekali tak dipedulikan. Air mata serta darah sudah membasahi wajahnya yang semakin membuatnya terlihat buruk. Tubuh Achel menegang ketika ada yang mencekal lengannya dari belakang. Dengan sangat pelan dia memutar tubuhnya. Wajah terkejut seorang lelaki dapat dia lihat dengan jelas.

Sapu tangan yang ada di saku dikeluarkan. Disekanya darah yang sudah membasahi wajah Achel. Tak ada ucapan apapun, tapi raut kecemasan tak terbantahkan. Tiba-tiba tubuh kecil itu digendong bagai pengantin.

Tibanya di klinik yang berada sekitaran bandara, Achel sudah diperiksa oleh seorang dokter. Lelaki itu bahkan tak meninggalkan.

"Sakit?"

Bukannya dijawab, Achel malah menatap ke arah lelaki yang masih terlihat khawatir. Ketika tatapan mereka bertemu, Achel mengangguk dengan air mata yang kembali tumpah. Kembali lelaki itu mengusap lembut bulir bening yang membasahi pipinya.

"Gua di sini," ucapnya begitu pelan.

Bukannya mereda, tangis itupun semakin keras. Dokter mulai bingung dan menyuruh lelaki itu untuk menenangkan Achel. Barulah dia akan kembali mengobati lukanya.

Lelaki itu hendak mendekap tubuh Achel, tapi gadis itu menggeleng. Seketika dahi lelaki itupun mengkerut.

"Achel enggak mau dipeluk tubuh yang sudah dulu dipeluk orang. Achel enggak mau."

"Chel--"

"Panggil dokternya. Achel udah enggak apa-apa." Berbicara dengan nada terpatah-patah.

Dokter kembali memeriksa luka Achel. Dan kulit di pelipis gadis itu robek karena terkena benda yang sedikit tajam setelah terserempet mobil.

Setelah pengobatan selesai, Achel pun diperbolehkan pulang. Achel menoleh ke arah lelaki yang kini hanya diam saja. Seperti tengah menahan sesuatu.

"Achel bisa pulang sendiri. Lebih baik Kak Gy--"

Tatapan tajam Gyan berikan sehingga mulut Achel mendadak terbungkam. Ya, ternyata Gyan yang memanggil Achel dan membawanya ke klinik. Tanpa Achel duga, lelaki itu menggenggam tangannya dan membawanya menuju sebuah taksi. Alamat apartment Achel-lah yang dia sebutkan.

Achel melirik sekilas ke arah Gyan yang masih dengan wajah seperti tadi. Achel berniat untuk melepaskan tangannya dari genggaman tangan Gyan. Tapi, lelaki itu malah semakin erat menggenggam tangannya.

"Kenapa dengannya?"

Tibanya di apartment yang Achel huni. Lelaki itu segera ke kamar mandi dan terdengar gemercik air seperti orang yang tengah mandi. Gadis itu semakin bingung dibuatnya.

Lima belas menit berselang, lelaki itu keluar dari kamar mandi dengan rambut yang basah. Dia menghampiri Achel yang ada di ruang depan.

"Ada polibag?" Achel sedikit terkejut dengan pertanyaan Gyan.

"Buat apa?"

"Gua mau buang baju yang udah terkena najis."

Achel terdiam. Dia mulai mencerna ucapan Gyan perihal najis. Apa perempuan tadi yang Gyan maksud?

Setelah polibag Achel beri, Gyan segera menuju ke kamar mandi lagi. Pakaian yang dia pakai dari atas sampai bawah ketika di bandara dimasukkan ke polibag. Lalu diikat dan dibawa keluar dari unit yang dihuni Achel.

Di sepanjang jalan menuju tempat pembuangan sampah, rahang Gyan begitu mengeras. Dia teringat akan kejadian yang sangat tak dia inginkan di bandara. Perempuan tak tahu malu tetiba berlari ke arahnya dan memeluk tubuhnya dengan sangat erat.

"I really Miss you."

Sebuah kalimat yang terdengar sangat menjijikkan. Tanpa memandang siapa yang memeluknya, Gyan mendorong tubuh perempuan itu hingga terjengkang. Bukannya menolong, dia malah menatap tajam perempuan yang terlihat meringis kesakitan dan meminta bantuan. Namun, Gyan sama sekali tak mengiba.

"Jangan pernah menyentuh saya!" tekannya dengan wajah penuh kemurkaan.

"Gyan, aku serius mengatakan itu karena udah lama aku mencari kamu. Aku ingin kita kembali menjalin hubungan--" Tawa penuh ejekan keluar dari bibir Gyan.

"Apa Anda sedang mabuk, Kethlyn?" tanyanya dengan penuh penekanan.

"Apa Anda sudah lupa dengan apa yang sudah Anda katakan di depan kedua orang tua kamu juga khalayak?" Gyan mencoba mengingatkan kejaksaan satu setengah yang lalu.

#Flashback on.

Kethlyn adalah perempuan cantik dan bisa dibilang primadona kampus. Dia yang pertama mengejar Gyan tanpa lelah hingga pada akhirnya Gyan tertarik kepadanya dan mulai membuka hati. Tepat di satu tanun mereka menjalin hubungan, Kethlyn mengundang Gyan ke Jakarta untuk dikenalkan kepada mama dan papanya.

Ketika Gyan tiba di sana, ternyata sudah banyak orang. Perempuan cantik itupun menyambutnya dengan sangat baik. Bahkan, Gyan dibawa ke hadapan kedua orang tuanya.

"Para tamu undangan yang terhormat, bertepatan dengan anniversary saya dan istri. Putri saya akan memperkenalkan kekasih hatinya kepada kita semua."

Perempuan yang begitu cantik bak putri dongeng sudah bersama kedua orang tuanya yang berada di sebuah mini panggung. Gyan tersenyum ketika perempuan itu tersenyum ke arahnya.

"Gi--"

"Giovano adalah kekasih saya."

Duar!!!

Gyan benar-benar merasa dipermainkan. Wajahnya sudah menahan marah ketika lelaki yang dia kenali di-up ke publik. Lalu, dianggap apa dirinya selama setahun ini? Gyan meminta sebuah penjelasan, tapi jawaban Kethlyn begitu menyakitkan.

"Aku menginginkan lelaki yang sudah jelas masa depannya. Bukan yang baru memulai menata masa depan," ujarnya.

Selama berkuliah dan menjalin hubungan dengan Kethlyn, lelaki itu mengunci informasi tentang dirinya. Dia hanya ingin hidup nyaman dan tenang dengan dikelilingi orang-orang yang tulus berteman dengannya. Padahal, hotel di mana acara anniversary kedua orang tua Kethlyn diadakan adalah hotel yang bekerja sama dengan Wiguna Grup. Perusahaan keluarga besarnya.

"Dan asal kamu tahu, aku ngejar kamu supaya aku bisa diterima oleh Giovano karena syarat untuk diterima Giovano adalah memacari kamu. Ketika kamu mulai jatuh cinta sama sama aku, aku harus tinggalin kamu," jelasnya panjang lebar. Gyan tersenyum sangat tipis sambil menahan emosi.

Kethlyn benar-benar keterlaluan. Hanya karena Giovano yang tak lain rivalnya di basket, perempuan itu rela melakukan apapun.

"Gua angkat topi atas kelicikan lu ini. Keren!" Gyan mengangkat dua ibu jarinya ke hadapan Kethlyn yang hanya terdiam.

"Benar kata pepatah, jodoh adalah cerminan diri," ucap Gyan dengan begitu tenang.

"Perempuan murahan kayak lu akan berjodoh dengan lelaki cemen kayak Giovano."

Pengkhianatan itulah yang membuat Gyan enggan pulang ke Jakarta. Dua orang itu menetap di sana dan dia tidak mau bertemu dengan mereka. Apalagi, Giovano menjadi salah satu petinggi di Wiguna Grup menggantikan ayahnya.

#off.

"Aku terlambat menyadari kalau sesungguhnya yang aku sayangi itu kamu. Bukan Giovano."

Gyan tersenyum tipis ketika mengingat kalimat terakhir yang terlibat dari mulut Kethlyn. Bahkan, perempuan itu rela bersujud di kaki Gyan supaya Gyan kembali menerimanya. Dan itu menjadi pusat perhatian orang-orang yang ada di Bandara.

Namun, Gyan tetaplah Gyan. Dia sama sekali tak menggubris tingkah Kethlyn yang sangat mencerminkan perempuan murah. Dia memilih meninggalkan bandara dan ternyata dia mengenali punggung yang berjalan ke arah pintu keluar bandara.

...*** BERSAMBUNG ***...

Tinggalkan komentar setelah baca ya ..