Aira, seorang wanita yang lembut namun kuat, mulai merasakan kelelahan emosional dalam hubungannya dengan Delon. Hubungan yang dulu penuh harapan kini berubah menjadi toxic, penuh pertengkaran dan manipulasi. Merasa terjebak dalam lingkaran yang menyakitkan, Aira akhirnya memutuskan untuk keluar dari lingkungan percintaan yang menghancurkannya. Dalam perjalanannya mencari kebahagiaan, Aira belajar mengenal dirinya sendiri, menyembuhkan luka, dan menemukan bahwa cinta sejati bermula dari mencintai diri sendiri.
Disaat menyembuhkan luka, ia tidak sengaja mengenal Abraham.
Apakah Aira akan mencari kebahagiaannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ada hati yang harus aku jaga
Aira menatap layar ponselnya cukup lama sebelum akhirnya menekan tombol panggil. Suaranya terdengar lembut saat Lidya mengangkat.
“Aku ingin kamu terima klien bernama Iko,” ucap Aira pelan.
Lidya terdengar sedikit heran. “Kamu yakin nggak mau handle langsung?”
Aira menghela napas. “Aku tahu kemampuan tim kita cukup. Bukan karena aku nggak mau, tapi... ada hati yang sekarang harus aku jaga.”
Lidya tersenyum di seberang telepon, bisa merasakan ketulusan dari ucapan Aira.
“Baik, aku mengerti. Aku akan urus semuanya.”
Aira mematikan telepon lalu memandang jendela apartemen, tempat suaminya berdiri menatap langit sore.
Dalam diam, ia tahu bahwa kejujuran dan kesetiaan adalah bentuk cinta yang tak perlu selalu dijelaskan dengan kata.
Malam itu, setelah Aira menyelesaikan pekerjaannya, ia keluar dari ruang kerjanya dan berjalan menuju ruang tamu.
Di sana, ia menemukan Abraham yang sedang duduk di sofa dengan ekspresi manja.
"Sayang, bisa nggak kamu sedikit mendekat?" ucap Abraham dengan suara lembut, matanya yang hangat penuh dengan rayuan.
Aira yang sedikit terkejut hanya tersenyum. "Apa yang kamu inginkan lagi?" tanya Aira sambil melangkah mendekat.
Abraham menariknya ke pelukannya, memeluk tubuh Aira dengan erat.
"Jatahnya," bisiknya pelan di telinga Aira.
Aira tertawa kecil, merasa geli dengan sikap suaminya yang kini semakin manja sejak mereka menikah.
"Jatahnya? Maksudmu apa?" tanya Aira, mencoba bersikap santai meski hatinya sudah berdegup lebih cepat.
Abraham tersenyum nakal, matanya mengisyaratkan sesuatu yang lebih.
"Ya, sayang. Tahu sendiri kan, kita sudah lama menikah, jadi jangan biarkan aku menunggu terlalu lama," jawab Abraham dengan nada menggoda.
Aira tersenyum malu, merasa semakin dicintai.
"Kamu memang tidak bisa tenang, ya?" ucap Aira sambil memeluknya kembali.
"Tapi kamu tahu, aku akan selalu memberi yang terbaik untukmu."
Abraham tertawa ringan. "Aku tahu, dan aku sangat beruntung memilikimu, Aira. Kamu adalah segalanya untukku."
Aira menatapnya dalam-dalam, menyadari betapa dalamnya perasaan yang mereka bagi.
Tanpa kata-kata lagi, malam itu pun berlanjut penuh dengan kebahagiaan mereka, meski hanya dalam kebersamaan yang sederhana.
Lampu kamar itu dipadamkan, menyisakan hanya cahaya redup dari bulan yang masuk melalui jendela.
Suasana yang sebelumnya penuh dengan tawa dan canda kini berubah menjadi lebih tenang dan intim.
Aira berada di pelukan Abraham, merasakan detak jantungnya yang berdetak lebih cepat.
Meski malam sudah larut, keduanya merasa seperti dunia mereka hanya milik berdua, tanpa gangguan apapun.
Abraham yang masih memeluk Aira, berbisik lembut,
"Aku mencintaimu, Aira. Selalu akan seperti ini, dengan atau tanpa cahaya."
Aira menggenggam tangan suaminya, merasa aman dan dicintai. "
Aku juga, Mas. Selalu mencintaimu."
Malam itu, tanpa kata-kata lebih, mereka tertidur dalam pelukan satu sama lain, memulai babak baru dalam kehidupan pernikahan mereka, penuh dengan cinta dan kebahagiaan.
Malam itu, suasana menjadi semakin tenang dan damai.
Aira yang merasa nyaman di pelukan Abraham akhirnya terlelap, tenggelam dalam mimpi indah yang penuh dengan kebahagiaan.
Namun, meskipun tubuhnya lelah, pikirannya masih berkelana, memikirkan masa depan yang penuh harapan bersama Abraham.
Di sisi lain, Abraham yang masih terjaga menatap wajah Aira yang sedang tidur dengan damai.
Ia merasa bersyukur bisa memiliki Aira di hidupnya. Meskipun perjalanan mereka tidak selalu mudah, tetapi kini semuanya terasa begitu sempurna.
Dengan lembut, Abraham merapikan rambut Aira yang tergerai di atas bantal, kemudian menatapnya dengan penuh kasih.
"Kamu adalah segalanya bagiku, Aira. Aku akan selalu melindungimu," bisiknya pelan.
Ia pun akhirnya menutup matanya, berharap malam itu akan menjadi awal dari banyak malam-malam indah yang akan mereka jalani bersama, sebagai pasangan yang saling mencintai dan mendukung satu sama lain.
***
Keesokan paginya aira mengatakan kalau sudah tidak bekerja sama dengan Iko
"Sayang kenapa kamu menolak klien pertama kamu?"
"Karena ada hati yang harus aku jaga dan aku tidak mau membuat suamiku khawatir. Klien bisa dicari tapi mas Abraham hanya satu,"
Mendengar perkataan istrinya.Abraham langsung membopong dan mengajaknya ke kamar mandi
Abraham tersenyum lebar mendengar ucapan Aira yang tulus dan penuh kasih.
Tanpa berkata-kata, ia langsung membopong Aira dalam pelukannya, membuat wanita itu terkesiap kecil.
“Mas! Kamu mau apa?” Aira terkekeh, setengah protes, setengah malu.
Abraham membawa Aira menuju kamar mandi dengan langkah mantap.
“Kamu bikin aku terlalu bahagia pagi ini. Jadi aku harus balas,” ucapnya sambil mencubit hidung Aira pelan.
“Balasnya di kamar mandi?” tanya Aira sambil menutupi wajahnya yang memerah.
“Biar sekalian bersih-bersih bareng,” jawab Abraham dengan nada bercanda yang membuat Aira makin tertawa.
Pagi itu, rumah mereka dipenuhi tawa, canda, dan kehangatan dua insan yang saling mencintai tanpa syarat.
Mereka belajar bahwa kebahagiaan sejati bukan tentang harta atau status tapi tentang memilih satu sama lain setiap hari.
Setelah pagi yang penuh tawa, Aira dan Abraham melanjutkan hari mereka dengan suasana hati yang semakin hangat.
Mereka duduk bersama di meja makan untuk sarapan, menikmati momen sederhana bersama.
Aira menyuapi Abraham dengan senyum penuh cinta, sementara Abraham menggoda dengan berbagai cara untuk membuat Aira tertawa.
“Mas Abraham, kamu nggak tahu betapa bahagianya aku memiliki kamu. Aku nggak peduli lagi tentang masa lalu atau apapun. Yang penting sekarang adalah kamu dan kita.”
Abraham tersenyum lebar, lalu meraih tangan Aira dan menggenggamnya dengan lembut.
“Aku janji, Aira. Aku akan selalu di sini untukmu. Setiap detik, setiap langkah kita, aku ingin kamu merasa aman dan bahagia.”
Aira merasakan jantungnya berdebar, perasaan yang selama ini dia cari akhirnya ada di depan matanya.
Dengan satu keputusan besar ia menerima Abraham dalam hidupnya, semuanya terasa sempurna.
Setelah sarapan, mereka melangkah bersama keluar dari rumah, menuju ke petualangan selanjutnya.
Entah apa yang akan datang, tapi mereka tahu bahwa bersama-sama, mereka bisa menghadapi semuanya.
Sementara itu, Aira pun semakin percaya diri dalam menjalani kariernya, dengan dukungan penuh dari Abraham yang selalu berada di sampingnya.
Seiring berjalannya waktu, pasangan ini tumbuh lebih kuat, tak hanya karena cinta mereka, tetapi juga karena komitmen untuk saling menjaga, mendukung, dan tumbuh bersama.
Malam itu, saat mereka berdua duduk bersama di balkon rumah, melihat langit malam yang cerah, Aira bertanya, “Mas, pernahkah kamu merasa takut kehilangan orang yang kamu cintai?”
Abraham menatap bintang di langit, lalu mengalihkan pandangannya ke Aira.
“Aku pernah merasa takut, sayang. Tapi setiap kali aku melihatmu, aku tahu, kita akan selalu bersama. Kita lebih dari cukup. Kita tak akan pernah kehilangan satu sama lain.”
Aira merasa hatinya penuh, dan untuk pertama kalinya, ia benar-benar merasakan kedamaian yang dalam.
“Dan aku janji, Mas, aku akan selalu ada untukmu,” jawab Aira dengan penuh keyakinan.
Mereka saling berpegangan tangan, memandang ke depan dengan harapan yang tak terbatas.
Sebuah babak baru dalam kehidupan mereka dimulai, penuh dengan tantangan, tetapi juga penuh dengan cinta dan kebahagiaan yang semakin tumbuh setiap harinya.