"Buka hatimu untukku kak Praja," mohon Ardina Rezky Sofyan pada sang suami dengan penuh harap. Air matanya pun sejak tadi sudah menganak sungai di pipinya.
Pernikahan sudah berlangsung lama tapi sang suami belum juga memberinya kebahagiaan seperti yang ia inginkan.
"Namamu belum bisa menggantikan Prilya di hatiku. Jadi belajarlah untuk menikmati ini atau kamu pergi saja dari hidupku!" Balas Praja Wijaya tanpa perasaan sedikitpun. Ardina Rezky Sofyan menghapus airmatanya dengan hati perih.
Cukup sudah ia menghiba dan memohon bagaikan pengemis. Ia sudah tidak sabar lagi karena ia juga ingin bahagia.
Dan ketika ia menyerah dan tak mau berjuang lagi, akankah mata angin bisa berubah arah?
Ikuti perjalanan cinta Ardina Rezky Sofyan dan Praja Wijaya di sini ya😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bhebz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 Jadikan Menantu
Mery dan Hanum saling berpandangan karena baru kali ini Desy, si istri ketiga dari suami mereka mendatangi mereka dengan wajah gembira. Tak nampak wajah culas dan licik diwajahnya yang cantik.
"Hai kak Mer, kak Hanum, apa kabar?" sapanya seraya cium pipi kiri dan cium pipi kanan kedua madunya itu.
"Eh tumben? Kamu tidak sedang sakit 'kan Des?" ucap Hanum dengan wajah curiga. Desy hanya tersenyum.
"Tentu tidak kakakku sayang, aku sedang baik-baik saja dan sekarang aku datang bersama dengan mas Maher," jawab Desy dengan senyum simpulnya.
Ia sengaja ingin mengatakan kalau beberapa hari ini Maher selalu menghabiskan malam panjang bersamanya. Hanum dan Mery saling berpandangan. Mereka sudah tidak peduli. Saat ini mereka hanya fokus pada anak-anak mereka saja.
"Gimana kabarnya Yuda kak Mer?" tanya Desy seraya duduk di samping perempuan berhijab itu.
"Baik. Tumben kamu nanya-nanya. Ada apa?" Hanum yang balik bertanya dengan wajah sinis. Ia belum bisa menerima dengan ikhlas perempuan ini menjadi istri ketiga dari suaminya.
"Lho, Yudha 'kan putraku juga kak. Jadi wajarlah kalau aku peduli." Desy tersenyum.
"Pencitraan!" dengus Hanum dengan wajah yang masih tampak kesal.
"Hanum, jangan bicara seperti itu." Mery cepat-cepat madunya itu. Ia sedang tak ingin terlibat masalah dengan Desy.
"Nah tuh Kak Mery kok dewasa banget sih." Desy langsung memeluk tubuh Mery dengan penuh drama. Mery hanya menipiskan bibirnya.
Hanum mendengus tapi akhirnya ia tidak lagi menunjukkan wajah juteknya karena Desy pintar mengambil hatinya.
Desy juga mulai menanyakan putra putrinya yang sudah remaja itu sampai mereka akhirnya akrab dan mengobrol dengan santai.
"Permisi nyonya. Tuan besar menunggu di ruang keluarga. Katanya ada hal penting yang ingin dibicarakannya."
Desy merasakan dadanya berdebar. Ia sudah mulai curiga kenapa ia dibawa ke rumah ini untuk bertemu dengan para istri suaminya. Ia takut akan ada hal besar yang akan ia dengar yang akan merugikan kedudukannya sebagai istri kesayangan.
"Nah, kedua kakakku yang baik ini. Sekarang mari kita ke depan bertemu dengan mas Maher," ujarnya seraya menggandeng kedua perempuan madunya itu.
Mery dan Hanum mengikut saja. Mereka berusaha berprasangka baik dengan apa yang akan dibicarakan oleh suami mereka.
Duduk di sofa memanjang, tiga perempuan itu menanti apa yang akan dibicarakan oleh Maher Abdullah, suami mereka.
Maher Abdullah menatap istrinya satu-satu dengan senyum miringnya. Ketiga istrinya itu tampak sangat membosankan dimatanya, meskipun yang ketiga baru ia nikahi beberapa bulan yang lalu tapi sekarang ia mulai tak berselera lagi.
"Saya ingin menikah lagi," ujar pria paruh baya itu dengan wajah santainya. Tak ada basa-basi atau kalimat pengantar yang ia ucapkan.
"Apa?" Ketiga Perempuan dihadapannya tampak sangat kaget. Mereka langsung berdiri dari duduknya dengan wajah marah.
Pria ini benar-benar tak pernah bosan menjelajahi hal-hal baru hingga istrinya pun sudah tak tahan lagi.
"Sekali saja papa mengatakan akan menikah lagi, maka kami tidak akan segan-segan memotong pistolmu itu!" ancam Mery yang merupakan istri pertama.
"Bukannya mikirin anak yang sampe sekarang belum punya pasangan ini malah mikirin diri sendiri terus." Hanum ikut berkomentar.
"Iya betul banget tuh. Harusnya papa tuh sudah harus puas dengan kami ini," timpal Desy istri ketiga. Ia merasa sangat malu kalau ada lagi perempuan lain yang akan dijadikan istri oleh suaminya setelah dirinya. Karena itu ia yang menghasut para istri yang lain untuk melawan.
"Heh, sejak kapan kalian kompak begini menantang saya hah?!" Wajah Maher Abdullah tampak memerah. Selama ini tidak ada yang berani menantangnya jika ia menginginkan sesuatu.
"Sejak kami merasa kalau papa semakin meraja lale!" teriak Mery, yang paling senior diantara dua istri yang lain.
"Apa katamu? Kamu bahkan berani berteriak padaku Mer?" Maher menatap istri pertamanya itu dengan wajah tak percaya.
Merry yang lebih tua darinya beberapa tahun itu kini tak ia sangka berani melawan apalagi berteriak.
Mery yang sabar dan penurut, tapi kenapa jadi sangat berani seperti ini?
"Daripada saya berzina maka lebih menikah lagi 'kan?"
"Alasan! Kalau mau berzina lakukan dengan istrimu yang tiga orang ini. Kamu pasti bisa pa." Desy langsung maju melabrak sang suami.
"Jangan jadikan hal itu sebagai alasan terus. Tak akan ada habisnya!"
"Aku masih muda. Aku bahkan belum melahirkan. Jadi aku masih sanggup melayani kamu sampai kamu lelah!" Mery dan Hanum saling berpandangan. Saat ini yang paling tidak rela adalah Desy. Sedangkan mereka hanya memikirkan putra-putri mereka yang sudah beranjak dewasa.
Maher Abdullah terdiam. Ia berusaha memutar otaknya untuk mendapat jalan keluar.
Ardina harus ia dapatkan bagaimana pun caranya. Perempuan itu terlalu menarik baginya dengan kecantikan dan aura pemikat yang ia punya.
"Kalau kalian tidak setuju ya tidak apa-apa. Saya tetap akan menikah. Titik!" Maher Abdullah berucap dengan tegas kemudian pergi dari hadapan tiga istrinya itu.
"Kita harus membatalkan rencana mas Maher kak." Desy menatap dua orang perempuan itu bergantian.
"Iya betul," jawab Hanum semangat. "Tapi jangan pistolnya dong, nanti kalau kita butuh ditembak gimana?"
"Kak Hanum! Itu kan cuma ancaman! Mana ada kita mau potong pistolnya!" ucap Desy dengan wajah yang sangat kesal dan tak sabar.
Ia yang paling dirugikan dalam hal ini jika itu terjadi.
"Lalu?"
"Kita akan cari tahu siapa perempuan yang ingin dinikahi oleh Mas Maher. Kalau ia cantik dan hebat daripada kita-kita ini, kita jadikan saja menantu, bagaimana?" ujar Desy memberi ide.
"Maksud kamu?" tanya Mery tak mengerti.
"Kita jadikan ia istrinya Yudha bagaimana kak?"
"Hah?" Mery dan Hanum melotot tak percaya. Sedangkan Desy hanya menyeringai.
🌹🌹🌹
*Bersambung.
Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like dan ketik komentar agar author semangat updatenya oke?
Nikmati alurnya dan happy reading 😊