Aku dan Dia, dipertemukan Tuhan dengan status sebagai 'MUSUH BEBUYUTAN'.
Hari pertama masuk sekolah menengah atas, Aku dan Dia sudah menjadi couple 'TOM AND JERRY'.
Setiap hari kita ribut dan bertengkar tiada henti.
Sampai suatu hari...
Kita adalah MUSUH BEBUYUTAN TAPI MENIKAH.
Pernikahan yang seumur jagung, tapi berdampak luar biasa sampai usiaku kini 25 tahun.
Hingga suatu ketika, Tuhan mempertemukan kita kembali di cottage sebuah kota yang jauh dari keramaian kota.
Pertemuan yang membuka kembali kenangan lama Aku dan Dia. Semua kisah lama, akankah mendekatkan kembali Aku dengan JANDAKU dimasa lalu?
🙏🙏🙏Mohon dukungannya di MUSUH BEBUYUTAN TAPI MENIKAH, please...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AMY DOANK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JANDAKU (1) TUJUH TAHUN KEMUDIAN
Tujuh Tahun Kemudian...
Waktu berjalan tak terasa begitu cepat.
Aku, Gatot Subroto kini telah tumbuh dewasa dan berumur 24 tahun.
Bergelar Sarjana Manajemen serta sudah tiga tahun bekerja di sebuah perusahaan peti kemas yang cukup besar di jantung Ibukota. Dan sudah menjadi seorang Supply Chain Manager dengan sertifikat CSCM setelah mengikuti beberapa kelas dan seminar soal aktifitas logistik, pergudangan serta rantai pasok.
Kembali ke masa SMA-ku dahulu.
Aku memutuskan untuk home schooling dan ikut ujian negara kesetaraan. Memang sangat nanggung. Karena masa sekolahku yang tinggal empat bulan lagi.
Itu kulakukan demi meredam gosip-gosip panas yang kian merebak di sekitar wilayahku tinggal dan juga lingkungan sekolah.
Aku memikirkan jangka panjang Alifah.
Biar bagaimanapun, dia adalah perempuan yang rentan rapuh karena digempur masalah yang bertubi-tubi ini.
Mungkin pertemuan pertama kali Aku dan Dia adalah suatu kesalahan besar. Atau mungkin ada karma diantara kami di kehidupan sebelumnya. Mungkin.
Hhh... Meneketehe!
Mungkin saja dikehidupan kami yang lalu, aku atau dia adalah seorang penjahat kelas kakap yang merugikan negara triliyunan rupiah. Mungkin.
Hadeuh! Berasa gue ini makhluk titisan mafia tahun seribu yang reinkarnasi kembali hidup di bumi!
Intinya, aku benar-benar ingin menghilang dari kehidupan Alifah.
Berharap si Belut akan hidup aman, tenteram dan bahagia tanpa ada aku yang selalu rusuh meracau kehidupannya.
Maka kuputuskan sudah, biar aku yang mengalah. Aku menghilang dan benar-benar pergi jauh karena setelah tamat SMA, Ayah mendapatkan kesempatan pindah kerja di luar pulau Jawa.
Rumah akhirnya dijual, dan kami bertiga pindah domisili dengan kehidupan yang baru.
Aku juga kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di kota PP jurusan Manajemen Bisnis sampai tamat wisuda.
Tetapi karena langsung mendapat panggilan kerja setelah mengantongi ijazah, Aku kembali ke Ibukota dan menetap lagi disana sebagai kaum urban.
Ayah dan Ibuku masih tinggal di Kota PP. Walaupun Ayah sudah pensiun, tetapi mereka sangat betah tinggal di kota yang sebetulnya cukup gersang tapi menyenangkan itu.
Akhirnya, aku yang mengalah pulang ke kota PP empat bulan sekali demi melepas rindu pada kedua orang tuaku.
Menjadi seorang pekerja berjabatan SCM bukanlah pekerjaan mudah.
Aku dituntut untuk selalu mengetahui perkembangan terbaru dan informasi data-data yang valid tentang barang bagus yang harus kami gunakan dalam hal ini peti kemas. Termasuk papan peti kemas yang kami gunakan demi meningkatkan kualitas pelayanan konsumen sehingga hasilnya memuaskan.
Setiap perusahaan berlomba-lomba meningkatkan kreativitas dan daya saing mereka dengan merekrut pemuda-pemudi ber-SDM tinggi agar perusahaan semakin maju lagi.
Dan pastinya pula, sudah jadi rahasia umum kalau setiap perusahaan berprinsip menekan pengeluaran sekecil-kecilnya untuk mendapatkan laba keuntungan sebesar-besarnya.
Seperti saat ini, aku pun tengah dituntut untuk mencari bahan baku kayu bagus tapi murah harganya untuk bahan peti kemas berkualitas.
Boss gokil! Dimana-mana ya harga sebanding dengan kualitas lah! Hadeuh! Benar-benar gak mau rugi sebagai seorang pimpinan dalam menggaji karyawan. Gue sekarang diharuskan untuk survey bahan kayu yang bagus tapi dengan harga murah di sebuah kota kecil yang jauh dari pemukiman.
............
Hujan gemericik menyambut kedatanganku di kota kecil ini.
Kakiku yang pegal dan tubuh yang penat setelah seharian duduk di bis antar provinsi itu melewati jalur-jalur ekstrim perbukitan yang meliuk menukik tajam. Sampai perutku mual dan nyaris muntah, mabuk perjalanan.
Hhh... Kota yang tenang!
Kuhirup udaranya yang sangat jauh berbeda dengan udara Ibukota.
Becak adalah adalah alat transportasi yang kupilih untuk mengantarku pada sebuah cottage atau penginapan yang ada di sekitar terminal.
Sebelum aku lanjut perjalanan ke pedesaan mencari bahan kayu peti kemas yang bagus tapi murah seperti perintah atasan, aku ingin istirahat terlebih dahulu.
Tas ransel carrier ku sudah teramat lama bergelayut dibahu. Aku ingin istirahat tidur barang sejenak.
Netraku menyapu pemandangan cottage yang ada di depan mata setelah turun dari becak dan menyerahkan beberapa lembar uang kertas pada mamang penarik becak.
Cottage yang lumayan bersih, walaupun sederhana dan terkesan kusam karena usia.
Tiba-tiba seorang perempuan menabrakku sampai ranselku jatuh ke lantai lobi cottage.
"Maaf, Mas! Maaf..., saya terburu-buru!" katanya dengan wajah tertunduk mengambil ranselku.
Meskipun suaranya lembut ditelinga. Dan aku sedang tidak ingin bermanis-manis dengan seorang wanita, akhirnya keluar juga amarahku yang sedari tadi kupendam karena mabuk perjalanan.
"Kalo jalan liat-liat, Mbak! Jangan ngucluk terus kayak orang mau ambil gaji!" semprotku dengan nada tinggi.
"Maaf!"
Perempuan itu hanya menunduk mendengar ocehanku.
Dengan kepercayaan diri yang tinggi, aku melangkah lebih dulu dan menghampiri meja resepsionis cottage yang tinggi dan berpelur pelitur warna coklat. Sepertinya ini jati Belanda asli! Gumamku dalam hati, gagal fokus dengan meja resepsionisnya yang bernilai jual tinggi.
Rupanya gadis yang tadi menabrakku juga adalah pelanggan yang ingin menyewa kamar di cottage ini juga.
"Maaf, kamar yang ada tinggal satu kamar saja! Atas nama siapa?" tanya si Mbak-Mbak resepsionis dengan sopan.
"Tolong nama saya saja, Mbak!" serobot gadis tadi.
Sontak aku marah.
Aku lebih dulu datang. Dan mungkin sudah mendaftar dan pegang kunci kamar itu jika gadis ini tidak menabrakku.
"Saya duluan, Mbak! Enak aja, main serobot!" semprotku kesal.
"Tapi saya butuh kamar itu, Mas! Saya sudah cari penginapan lain, tapi semuanya penuh! Mas laki-laki, saya perempuan. Mengalahlah sedikit pada perempuan!"
Amboi, enaknya perempuan ini berkata!
"Mbak gak bisa seenaknya gitu dong! Saya juga butuh kamar itu, saya sudah 13 jam duduk di kursi bis perjalan,... Alifah?"
Kami sama-sama terkejut dan saling pandang.
"Gatot? Gatot Subroto?"
...❤BERSAMBUNG❤...