Me And The Boss Mafia

Seorang lelaki tengah bergerak cepat di atas tubuh sang wanita. Keringat sudah membasahi tubuhnya tapi lelaki itu tak kunjung mendapat pelepasannya sedari tadi.

"Ugh! Sayang...," suara wanita yang berada di bawahnya mengelu-elukan dirinya. Memuja raga perkasa itu.

"Kau sangat hebat, Sayang," pujinya lagi.

Lelaki itu diam tidak merespon, dia sebenarnya sangat bosan pada wanita yang tengah digagahinya sekarang.

Wanita itu sama saja seperti wanita-wanita yang dia tiduri selama ini, hanya ingin mendapatkan karir dengan cara instan.

"Peter...," pekik Carol saat mendapat pelepasannya.

Ya, wanita itu adalah Carol Watson yang menjual dirinya pada Peter seorang CEO dari agensi yang menaungi dirinya.

Dan tak lama Peter juga menyusul dan ambruk di samping Carol.

Carol mengatur nafasnya yang naik turun kemudian memeluk Peter di sampingnya. Dia menggoda lelaki itu dengan menciumi bibirnya.

"Apa kau puas, Sayang?" tanya Carol merasa sudah memberikan service terbaiknya.

"Hm," Peter hanya menjawab dengan deheman.

Carol mengelus-elus dada bidang Peter. "Sayang, di project film selanjutnya, aku harus mendapatkan peran utama, okay," rengeknya.

"Tenang saja, kau pasti akan mendapatkannya," jawab Peter sambil memejamkan matanya. "Bisakah aku istirahat, besok aku sendiri yang akan memilih calon pemain yang melakukan casting!"

"Baiklah," sahut Carol yang menaikkan selimut pada calon suaminya. Peter memang berjanji akan menikahinya.

Setelah melihat Peter terlelap, Carol beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Baru juga masuk kamar mandi, ponsel Carol berdering.

Dengan malas gadis itu mencari ponselnya berada, dia pikir itu adalah managernya tapi ternyata dia salah. Ternyata orang tuanya yang mencoba menghubunginya lagi dan lagi, karena hari ini Carol sudah menolak panggilan dari mereka.

"Hallo," akhirnya Carol menjawab dengan nada jengah dan ketus.

"Begitukah caramu menerima panggilan dari ayahmu!" bentak tuan Watson.

"Aku sedang sibuk, jadi cepatlah bicara!" Carol tidak mau berbasa-basi karena dia tahu tujuan ayahnya menghubunginya.

"Kirim uang sekarang juga!"

"Sudah aku duga!"

"Ini semua karena kau, bisnis keluarga bangkrut karena kau penyebab hilangnya Gwen!"

Carol berdecak kesal karena lagi-lagi ayahnya menyalahkan dirinya atas kepergian Gwen.

Setelah Gwen menghilang, keluarga Watson diserang oleh sekelompok orang-orang misterius. Ketua dari kelompok itu membuat bisnis keluarga Watson mengalami kebangkrutan.

Mereka selalu mengawasi gerak-gerik dari keluarga Watson dan menuntut mereka untuk bisa menemukan Gwen kembali.

"Gadis buruk rupa itu memang pembawa sial," gumam Carol yang semakin membenci Gwen.

*****

Peter bersiap-siap pergi dengan buru-buru karena dia bangun kesiangan, dia tidak mau terlambat mendatangi acara casting hari ini.

Dia ingin memilih sendiri artis yang cocok untuk memerankan project film barunya. Karena film ini sudah mempunyai sponsor dengan bayaran mahal oleh karena itu, Peter akan memilih pemeran yang cocok untuk setiap karakter film.

"Sarapan dulu, Sayang," ucap Carol yang tinggal di apartemen Peter. Dia bangun pagi-pagi setiap harinya untuk mempersiapkan semua kebutuhan Peter, tentu saja itu semua dia lakukan untuk menarik perhatian lelaki itu.

"Aku buru-buru, aku akan sarapan di kantor," sahut Peter yang langsung berlalu pergi begitu saja.

Carol mendengus kasar karena masakan yang dia buat berakhir sia-sia.

"Sialan, jika aku sudah menjadi nyonya Quill nanti aku tidak akan sudi memasak seperti ini," gerutunya.