Dara, seorang detektif yang menangani kasus pembunuhan berantai harus menelan kenyataan pahit. Pasalnya semua bukti dan saksi mengarah padanya. Padahal Dara tidak kenal sama sekali dengan korban maupun pelaku, begitu juga dengan anggota keluarga dan saksi-saksi yang lain.
Dalam keadaan yang terpojok dan tanpa bantuan dari siapapun, Dara harus berusaha membuktikan bahwa dirinya tidak terlibat dalam aksi pembunuhan keji tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pertiwi1208, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
"Jam kematiannya sekitar tengah malam," ucap Dara.
Saat ini dia sedang berada di ruangannya bersama dengan rekan-rekan timnya, mereka pun memperhatikan Dara berbicara.
"Itu berarti tepat saat ulang tahunnya yang ke-20," gumam Dara yang suaranya masih bisa didengar oleh semua orang yang ada di ruangan tersebut.
"Dani, apa kamu sudah menemukan sinyal terakhirnya?" tanya Dara.
"Sudah, pesan terakhir dikirimkan di dekat rumahnya," jawab Dani sembari menunjukkan selembaran kertas A4 pada Dara, yang berisi sebuah laporan.
"Apa ponselnya juga sudah ditemukan?" tanya Dara.
"Sudah, dan memang benar jika ponsel tersebut ada di dekat rumahnya, tim kita menemukan ponsel tersebut dalam keadaan sudah mati," jelas Dani.
Huft.
Pak atasan mendengus kesal. "Orang tuanya tidak melaporkan kehilangan karena mendapatkan pesan tersebut, tapi pada kenyataannya dia sudah disekap selama tiga hari itu," ucap Pak Atasan.
Tap.
Tiba-tiba saja Dara berdiri dan memakai jaket. "Apa yang akan kamu lakukan?" tanya Pak atasan.
"Aku akan pergi ke lokasi," jawab Dara.
"Dani, temani dia," ucap Pak atasan yang sudah tahu, bahwa Dara tidak akan bisa dicegah.
"Baik," jawab Dani yang juga selalu siaga. Dani dan Dara pun segera pergi untuk menyusuri lokasi, sesuai dengan rute yang dilewati oleh putri Pak Krisna.
***
Setelah mereka berdua sampai di lokasi.
"Awalnya dari toko ini," ucap Dara setelah menemukan toko roti yang dikunjungi oleh putri pak Krisna.
Dara segera berjalan menyusuri jalan yang kemungkinan menjadi rute Ana saat malam itu, tentu saja diikuti oleh Dani di belakangnya. Mereka berjalan dengan perlahan dan mencoba memerankan sebagai korban, Dara bahkan juga berjalan di jam yang sama saat malam itu, hanya saja keadaannya sedang tidak hujan.
Sembari berjalan, Dara menunjuk beberapa bagian sudut rumah yang terpasang CCTV, Dani pun segera memahami maksudnya dan segera mencatat di buku kecil, sehingga besok pagi Dani bisa segera meminta izin pada pemilik rumah, untuk melihat rekaman CCTV di malam saat Ana menghilang.
Cukup lama mereka menyusuri jalan tersebut, hingga akhirnya mereka berdua tiba di tempat ponsel Ana ditemukan, di tempat itulah mereka melihat ke sekeliling. Rupanya, di area tersebut tidak ada CCTV. "Sepertinya memang korban sudah ditargetkan jauh-jauh hari," ucap Dara yang juga disetujui oleh Dani.
Dara menunduk, dia menyusuri jalan tersebut dan juga rerumputan di pinggirnya. Berharap ada petunjuk yang tertinggal, tapi sekian lama mereka berdua menyusuri area itu, tidak ada apapun yang mereka temukan.
Mereka berdua pun segera berjalan lagi. Setelah beberapa langkah, mereka tidak sengaja berpapasan dengan pengendara motor. Dara dan Dani segera berjalan melipir, karena memang jalan tersebut lumayan sempit, awalnya Dara biasa saja saat berpapasan dengan pengendara motor tersebut. Namun, sedetik kemudian barulah Dara menyadari, bahwa pengendara motor tersebut memasang kamera di helmnya. "Hei, tunggu... " teriak Dara pada pengendara motor tersebut, tapi pengendara motor tersebut tidak berhenti dan terus melajukan motornya.
"Pengendara motor tersebut membawa box di bagian belakang motor, sepertinya dia adalah seorang kurir," gumam Dara.
"Apa yang terjadi?" tanya Dani.
"Sepertinya dia memasang kamera di helmnya, apa dia melintasi jalan ini setiap hari?" tanya Dara.
"Entahlah," jawab Dani sembari dia mencatat di buku kecilnya.
"Besok aku akan mencari tahu, apa kamu mengingat wajahnya?" tanya Dani. Dara pun segera menggeleng pelan.
"Kalau dia memang bekerja di sekitar sini atau rumahnya di sini, kita pasti akan menemukannya. Paling tidak aku hafal dengan box yang ada di belakangnya dan juga jenis motornya," jelas Dani.
"Oke, temukan dia sesegera mungkin, kita juga harus mengecek seluruh CCTV yang ada disini, sesuai yang aku tunjuk tadi," ucap Dara memberikan perintah.
"Oke," jawab Dani singkat.
"Kita kembali sekarang, karena kita tidak menemukan apapun malam ini," ucap Dara. Mereka berdua pun berjalan kembali ke titik awal dengan menyusuri rute yang berbeda.
***
"Kenapa aku bisa mengabaikannya?”
“Kenapa aku bisa mengabaikan firasatku, saat putriku tidak bisa dihubungi," sesal Pak Krisna yang saat ini ada di ruang tengah, sembari memandang keluar jendela. Sementara itu, istri Pak Krisna terdiam di ruang makan.
Sejak kedatangan polisi ke rumah Pak Krisna malam itu, istri Pak Krisna terus menangis, bahkan beliau tidak tidur karena memikirkan nasib anaknya yang sangat tragis tersebut.
Pak Krisna menoleh ke arah istrinya, dia menatap istrinya dengan tatapan nanar, seakan bisa merasakan kesedihan mendalam yang dialami oleh istrinya tersebut. Meskipun Pak Krisna saat ini tidak menangis, tapi rasa sakit di dadanya tentu saja sama seperti rasa sakit yang dialami oleh istrinya. Beliau sangat menyesal sekali, kenapa tidak mencoba mencari putrinya ketika beberapa kejanggalan sudah dia temukan saat itu. Pak Krisna terus menepis pikiran negatif dan menanamkan di pikirannya, bahwa putrinya akan baik-baik saja. Karena memang semenjak putrinya kuliah, Ana tidak lagi pulang ke rumah setiap hari, mereka juga hanya sesekali saja bertukar pesan, karena takut mengganggu jika saja putrinya sedang mengerjakan banyak tugas, atau melakukan pekerjaan paruh waktu. Sehingga di malam itu pun, Pak Krisna terus merasa bahwa semua keadaan berjalan seperti biasa.
Pak Krisna menatap ke arah luar jendela lagi sembari mengepalkan tangannya, rasa sesak dan sedih yang sedang dirasakannya saat ini, tiba-tiba menjadi rasa dendam dan amarah yang terpendam, terlebih ketika melihat istrinya yang benar-benar terlihat seperti orang linglung.
***
Keesokan harinya, Dara dan Dani mendatangi kediaman Pak Krisna sembari mencari bukti lagi. Mereka berdua melihat dekorasi ulang tahun yang masih menempel di seluruh ruang tamu, juga melihat istri Pak Krisna di ruang makan yang terus memandangi kue tart di hadapannya dengan tatapan kosong. "Maaf pak, jika kami datang dalam keadaan seperti ini," ucap Dara dengan sopan.
"Tidak apa-apa, silahkan masuk," ucap Pak Krisna dengan ramah juga. Dara dan Dani pun segera masuk dan duduk di sofa ruang tamu.
"Kami hanya ingin tahu saja, apa mungkin Bapak selama ini memiliki musuh?" tanya Dara tanpa basa-basi. Pak Krisna terdiam dan mencoba memikirkan beberapa kemungkinan.
"Sepertinya… hilangnya Putri Bapak itu sudah direncanakan sejak lama, karena si penculik tahu bahwa di area tersebut pencahayaannya minim dan juga tidak ada CCTV," jelas Dara.
Pak Krisna segera mencoba berpikir dan mengingat kejadian masa lalu. "Kalau dipikir lagi dari masa laluku, musuhku memang sangat banyak sekali."
"Tapi kan aku sudah mendaftarkan kematianku, juga sudah mengganti identitas. Apa mereka masih bisa menemukanku?"
"Aku bahkan sudah hidup di desa yang sangat kecil," monolog Pak Krisna dalam hati.
"Pak Krisna," panggil Dara, tapi beliau tidak menjawab. Pak Krisna terus menatap meja ruang tamu dengan tatapan kosong, karena sedang terhanyut dalam pikirannya sendiri.
"Pak Krisna, apa anda mengingat sesuatu?" Kali ini Dani yang bertanya.
"Oh iya, maaf," ucap Pak Krisna yang segera menyadarkan dirinya.
"Kalau musuh sepertinya aku tidak punya, karena aku selalu memberikan semua hak-hak pada partner kerja maupun pada karyawanku. Kalian bisa menanyakan sendiri tentang hal itu," jawab Pak Krisna.
"Baiklah kalau begitu, kami permisi dulu Pak," ucap Dara yang lantas mendapat senyuman tipis dari Pak Krisna.
***
Dara dan Dani mencoba menyusuri lagi jalan yang semalam mereka lewati, juga sekalian meminta izin pada pemilik rumah, untuk memeriksa rekaman CCTV pada malam itu. Kebetulan sekali saat mereka berjalan, mereka juga bertemu lagi dengan pengendara motor, yang semalam sedang membawa box di bagian jok belakang.